Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009.
1.2 Permasalahan
Pelapisan tambah merupakan salah satu cara untuk perbaikan pada perkerasan kaku beton dimana ada cara lain yang mungkin dapat dilakukan
seperti, pengisian celah retak crack filling, penutupan celah sambungan joint sealing., tambahanpenambalan patching, lapis perata levelling, penyuntikan
grouting, pengaluran grooving, pelapisan ulang tipis surfacing, rekonstruksi setempat partial recontruction, atau rekonstruksi keseluruhan.
Sumber : Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,Tata Cara Pmeliharaan Perkerasan kaku rigid pavement, 1992
Adapun metode pelapisan tambah pada perkerasan kaku yang dipakai di Indonesia yaitu Metode Bina Marga 2002. Dalam tugas akhir ini akan dibahas
tentang pelapisan tambah pada perkerasan kaku dengan menggunakan Metode Bina Marga 2002 dan AASHTO 1993, yang menjadi permasalahan dalam tugas
akhir ini adalah seberapa besarkah perbedaan yang ditimbulkan dari kedua metode yang digunakan sehingga memungkinkan untuk dijadikan acuan perencanaan.
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari tugas akhir ini adalah untuk meningkatkan kapasitas struktur dan masa layan dari perkerasan kaku yang lama akibat pertambahan
beban lalu lintas di masa yang akan datang maka perlu dilakukan pelapisan tambah.
Sedangkan tujuan dari pembahasan tugas akhir ini yaitu : 1.
Membahas pelapisan tambah pada perkerasan kaku dengan menggunakan metode Bina Marga 2002 dan AASHTO 1993.
2. Menghitung tebal lapis tambah dengan pemisah unbonded dan tebal lapis
Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009.
tambah langsung bonded dengan menggunakan metode Bina Marga 2002 dan AASHTO 1993.
3. Membandingkan hasil yang diperoleh dari kedua metode tersebut.
1.4 Pembatasan Masalah
Sebelum dilakukan perencanaan pelapisan tambah maka terlebih dahulu dibuat pembatasan-pembatasan tersebut :
1. Perencanaan pelapisan tambah pada perkerasan beton semen di atas beton
semen. 2.
Data parameter untuk mutu beton, mutu baja yang digunakan, data CBR tanah serta data lalu lintas harian rata-rata ditentukan sendiri berdasarkan
peraturan PU Bina Marga 2002 maupun AASHTO 1993. 3.
Perencanaan pelapisan tambah yang ditinjau adalah untuk pelapisan perkerasan yang mengalami retak awal dan perkerasan yang telah
mengalami rusak secara struktur. 4.
Perencanaan pembesian dan sambungan-sambungan pada perkerasan tidak diikut sertakan.
1.5 Metodologi