Jenis dan Metode Penanganan Pemeliharaan Metode Pengerjaan Pelapisan Tambah pada Perkerasan Kaku Beton

Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009.

2.6 Jenis dan Metode Penanganan Pemeliharaan

Menurut Suryawan 2005:74, jenis penanganan pemeliharaan pada perkerasan jalan beton dapat dikelompokkan kedalam pekerjaan Pemeliharaan Perkerasan Kaku PPK, antara lain: PPK 1: Pengisian celah retak crack filling. PPK 2: Penutupan celah sambungan joint sealing. PPK 3: Tambahanpenambalan patching. PPK 4: Lapis perata levelling. PPK 5: Penyuntikan grouting. PPK 6: Pengaluran grooving. PPK 7: Pelapisan ulang tipis surfacing. PPK 8: Rekonstruksi setempat partial recontruction. PPK 9: Rekonstruksi Metode penanganan pemeliharaan dan perbaikan untuk berbagai jenis kerusakan pada perkerasan jalan beton, dapat dilihat pada Tabel 2.1. Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. Tabel 2.1 Metode pemeliharaan dan perbaikan pada perkerasan jalan beton No Jenis kerusakan Pemeliharaan Perkerasan Kaku PPK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Deformasi deformation a. Amblas depression b. Patahan faulting c. Pumping d. Rocking - - - - - - - - - - - - - - - - v v - - - - - v v - - - - - - - - - - - - - - - - v v v v 2. Retak cracking a. Blok block crack b. Sudut corner crack c. Diagonal diagonal crack d. Memanjang longitudinal f. Tidak beraturan - v v v v v - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - v v v v - - - - - v 3. Kerusakan pengisi sambungan joint seal defects - v - - - - - - - 4. Gompalrompal spalling - - v - - - v - - 5. Kerusakan bagian tepi slab edge drop-off v - - v - - - - - 6. Kerusakan tekstur permukaan 1. Scalling 2. Polished aggregate - - - - - - - - - - - v v v - - - - 7. Lubang pothole - - v - - - - - - 8. Ketidak cukupan drainase permukaan - - - - - v v - - Sumber: Suryawan 2005. Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. 2.7 Metode Penanganan Kerusakan 2.7.1 Deformasi a. Amblas depression Bila amblas depression dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan atau perbaikan, maka dapat menyebabkan kerusakan jalan beton seperti: 1. Meluasnya daerah atau slab yang mengalami amblas, 2. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan dalam berkendaraan. Kedalaman amblas yang dipandang kritis adalah bila lebih dari 25 mm. Cara mengatasi amblas dan penanganannya, antara lain: 1. Untuk kedalaman amblas 25 mm, dilakukan dengan penambalan patching, PPK 3. 2. Untuk kedalaman amblas 25 mm, dilakukan dengan lapis perata leveling, PPK 4. b. Patahan faulting Bila patahan faulting dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan atau perbaikan, dapat menyebabkan kerusakan jalan seperti: 1. Meluasnya area patahan dan slab beton mengalami patahan, 2. Terjadinya gompalrompal spalling, 3. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan dalam berkendaraan. Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. Saran penanganannya, antara lain: 1. Untuk perbedaan elevasi antar slab 25 mm, dengan pemberian lapis perata levelling, PPK 4 dan pengisian celah retak crack filling, PPK 1. 2. Untuk perbedaan elevasi antar slab 25 mm, dilakukan dengan penambahan patching, PPK 3. c. Pumping Pumping dapat menyebabkan berkurangnya daya dukung lapis pondasi maupun tanah dasar, karena timbulnya rongga di bawah slab pada lapis pondasi. Akibat lanjutan dari pumping bila dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan perbaikan, antara lain: 1. Akan terjadi rocking dan retak cracking, 2. Meluasnya area atau slab yang mengalami pumping, 3. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan. Upaya untuk mengatasinya, antara lain: 1. Penutupan celah sambungan joint sealing, PPK 2. 2. Penyuntikan bahan pengisi dari semen grouting, PPK 5. Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. d. Rocking Keberadaan rocking tidak dapat diamati secara visual, akan tetapi dapat dirasakan bila kendaraan melintas di atas slab yang mengalami rocking. Akibat lanjutan dari rocking bila dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan perbaikan, antara lain: 1. Terjadinya retak yang akan diikuti patahan faulting permanen, 2. Meluasnya area slab yang mengalami rocking, 3. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan. Upaya untuk mengatasi terjadinya rocking, antara lain: 1. Pengisian celah yang retak crack filling, PPK 1. 2. Penutupan celah sambungan joint sealing, PPK 2. 3. Penyuntikan bahan pengisi dari semen grouting, PPK 5.

2.7.2 Retak Cracking

a. Retak blok block cracking Bila retak blok block cracking dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan perbaikan, maka dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada perkerasan jalan beton, seperti: 1. Meluasnya area dan slab yang mengalami retak, 2. Terjadinya patahan faulting, 3. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan. Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. Pola retak blok berkembang dari retak tunggal atau berbentuk terbuka menjadi retak saling berhubungan sehingga membentuk jaringan tertutup. Cara mengatasi terjadinya retak blok, antara lain: 1. Untuk retak blok dengan lebar retak 5 mm, penanganannya dengan pengisian celah retak dengan aspal crack filling, PPK 1. 2. Untuk retak blok dengan lebar retak ≥ 5 mm, penanganannya dengan rekonstruksi satu slab, PPK 9. b. Retak sudut corner crack Apabila terjadi retak sudut corner cracking dan dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan perbaikan, maka dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada perkerasan jalan beton, seperti: 1. Meluasnya area dan slab yang mengalami retak, 2. Terjadinya patahan faulting atau gompalrompal spalling, 3. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan. Cara mengatasinya bila terjadi retak sudut: 1. Untuk retak sudut tanpa terjadi pecah, penanganannya dengan pengisian celah crack filling, PPK 1. 2. Untuk retak sudut yang disertai terjadinya pecah, penanganannya dengan rekonstruksi parsial, PPK 8. Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. c. Retak diagonal diagonal crack Bila terjadi retak diagonal diagonal cracking dan dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan perbaikan, maka dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada perkerasan jalan beton, seperti: 1. Meluasnya area dan slab yang mengalami retak, 2. Terjadinya patahan faulting atau gompalrompal spalling, 3. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan. Cara mengatasinya, antara lain: 1. Untuk lebar retak 5 mm, penanganannya dengan pengisian celah retak dengan aspal crack filling, PPK 1. 2. Untuk lebar retak ≥ 5 mm, penanganannya dengan rekonstruksi setempat partial reconstruction, PPK8. d. Retak memanjang longitudinal crack Akibat lanjutan dari retak memanjang longitudinal cracking bila dibiarkan dan tidak dilakukan pemeliharaan perbaikan, antara lain: 1. Meluasnya area dan slab yang mengalami retak, 2. Terjadinya patahan faulting atau gompalrompal spalling, 3. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan. Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. Cara mengatasinya, antara lain: 1. Untuk lebar retak 5 mm, penanganannya dengan pengisian celah retak dengan aspal crack filling, PPK 1. 2. Untuk lebar retak ≥ 5 mm, penanganannya dengan rekonstruksi setempat partial reconstruction, PPK 8. e. Retak tidak beraturan meandering crack Akibat lanjutan dari retak tidak beraturan meandering cracking bila dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan perbaikan, antara lain: 1. Meluasnya area dan slab yang mengalami retak, 2. Terjadinya patahan faulting atau gompalrompal spalling, 3. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan. Cara mengatasinya, antara lain: 1. Untuk lebar retak 5 mm, penanganannya dengan pengisian celah retak dengan aspal crack filling, PPK 1. 2. Untuk lebar retak ≥ 5 mm, penanganannya dengan rekonstruksi satu slab, PPK 9. f. Retak melintang transverse crack Akibat lanjutan dari retak melintang transverse cracking bila dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan perbaikan, antara lain: 1. Meluasnya area dan slab beton yang mengalami retak, Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. 2. Terjadinya patahan faulting atau gompalrompal spalling, 3. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan. Cara mengatasinya, antara lain: 1. Untuk lebar retak 5 mm, penanganannya dengan pengisian celah retak dengan aspal crack filling, PPK 1. 2. Untuk celah retak ≥ 5 mm, penanganannya dengan rekonstruksi setempat partial reconstruction, PPK 8.

2.7.3 Kerusakan Pengisi Sambungan

Akibat dari kerusakan pengisi sambungan, tegangan di dalam slab dapat naik, sehingga dapat menyebabkan terjadinya retak-retak cracks maupun gompal spalling pada pelat betonnya. Juga dengan rusaknya bahan pengisi sambungan, akan mempermudah air permukaan untuk masuk ke bawah perkerasan, sehingga dapat menimbulkan pumping. Akibat lanjutan dari kerusakan bahan pengisi bila dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan atau perbaikan, antara lain: 1. Akan terjadi pumping dan rocking, 2. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan, 3. Meningkatkan kebisingan. Cara mengatsinya, antara lain dengan melakukan penggantian bahan pengisi joint sealing, PPK 2. Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009.

2.7.4 Gompalrompal spalling

Akibat lanjutan dari kerusakan gompalrompal bila dibiarkan dan tidak dilakukan pemeliharaan atau perbaikan, antara lain: 1. Meluasnya area atau slab yang mengalami gompalrompal, 2. Berkurangnya kenyamanan dalam berkendara, 3. Dapat menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Cara mengatasinya, antara lain: 1. Untuk kedalaman spalling 50 mm, penanganannya dengan penambalan patching, PPK 3. 2. Untuk kedalaman spalling 50 mm, penanganannya dengan pelapisan ulang tipis surfacing, PPK 7.

2.7.5 Penurunan Bagian Tepi Perkerasan edge drop-off

Akibat lanjutan dari penurunan bagian tepi jalan bila dibiarkan dan tidak dilakukan pemeliharaan atau perbaikan, antara lain: 1. Masuknya air permukaan ke bawah perkerasan, 2. Dapat menimbulkan kerusakan yang lebih parah spalling, Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan bagian tepi perkerasan, antara lain: 1. Untuk penurunan ≤ 15 mm, dengan pengisian celah sambunganretak, PPK 1. 2. Untuk penurunan 15 mm, dengan perataan levelling, PPK 4. Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009.

2.7.6 Kerusakan Tekstur Permukaan surface texture defliciencies

a. Kerusakan akibat ausnya mortar dan lepasnya agregat scaling Akibat lanjutan dari ausnya mortar dan lepasnya agregat bila dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan atau perbaikan, antara lain: 1. Meluasnya area atau slab yang mengalami scaling, 2. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan. Untuk mengatasinya, antara lain dengan melakukan pelapisan ulang tipis white topping atau black topping, PPK 7. b. Keausan agregat polished aggregate Kekesatan yang rendah adalah kerusakan yang diakibatkan rendahnya tekstur mikro atau makro. Umumnya, rendahnya tekstur mikro disebabkan oleh ausnya polishing agregat kasar pada permukaan beton atau akibat penggunaan agregat bulat dan licin. Penurunan tekstur makro terjadi karena pengausan mortar beton pada perkerasan. Kekesatan yang rendah, meskipun kadang-kadang dapat dikenali, akan tetapi tidak dapat diukur secara visual. Kemungkinan penyebab lepasnya mortar dan agregat, antara lain: 1. Menggunakan agregat yang secara alami licin, 2. Terjadi tumpahan bahanmaterial yang licin,misalnya minyak, 3. Terdapat sisa larutan perawatan pada tekstur mikro, 4. Penyelesaian akhir finishing yang berlebihan, menyebabkan naiknya air semen ke permukaan slab, 5. Kualitas mortar pada permukaan perkerasan yang kurang baik. Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. Akibat lanjutan dari keausan agregat bila dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemeliharaan atau perbaikan, antara lain: 1. Meluasnya area atau slab yang mengalami kerusakan, 2. Membahayakan pengguna jalan. Saran penanganannya, antara lain: 1. Pembuatan alur grooving, PPK 8. 2. Pelapisan ulang tipis white topping atau black topping, PPK 7.

2.7.7 Lubang pothole

Akibat lanjutan dari adanya lubang bila dibiarkan dan tidak dilakukan pemeliharaan atau perbaikan, antara lain: 1. Meluasnya ukuran lubang, 2. Berkurangnya kenyamanan dan membahayakan keselamatan berkendara. Upaya untuk mengatasi terjadinya lubang pada perkerasan jalan beton, antara lain dengan melakukan penambalan patching, PPK 3.

2.7.8 Ketidak-cukupan Drainase Permukaan Perkerasan surface drainage

Bila kondisi drainase permukaan perkerasan tidak mencukupi kemudian dibiarkan dan tidak dilakukan pemeliharaan atau perbaikan, maka dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan terutama di waktu hujan turun. Cara mengatasinya, antara lain: Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. 1. Pembuatan alur grooving, PPK 8. 2. Pelapisan ulang tipis white topping atau black topping, PPK 7.

2.8 Metode Pengerjaan Pelapisan Tambah pada Perkerasan Kaku Beton

Overlay perlu dilakukan , bila terdapat rongga udara di bawah slab atau besarnya rata-rata lendutan di daerah retakan 0.7 mm, agar dilakukan penyumbatan atau pembongkaran setempat sebelum dilakukan overlay, Tebal taksiran overlay untuk pelapisan dengan pemisah pada jalan kecil road sekitar 75-100 mm, untuk jalan raya highway sekitar 100-125 mm, dan untuk jalan raya besar inter-state highway atau lapangan terbang sekitar 125-200 mm. Sedangkan tebal taksiran untuk pelapisan langsung pada jalan kecil road 50-75 mm, untuk jalan raya highway sekitar 75-100 mm, dan untuk untuk jalan raya besar inter- state highway atau lapangan terbang sekitar 100-150 mm. Untuk menentukan perlu dilakukan overlay atau tidak maka harus dilihat ratio keretakan pada perkerasan lama seperti pada gambar Sumber : Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,Tata Cara Pmeliharaan Perkerasan kaku rigid pavement, 1992 Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. Gambar 2.21 Overlay pada perkerasan beton kaku Sumber : Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,Tata Cara Pmeliharaan Perkerasan kaku rigid pavement, 1992 a. Pekerjaan Persiapan Hal yang perlu diperhatikan pada permukaan perkerasan yang ada sebelum dilakukan pelapisan tambah pada perkerasan beton adalah :  Lubang, genangan air, kotoran dan benda-benda asing lainnya  Pamping atau rembesan air pada sambungan Rongga dapat ditutup dengan menggunakan campuran aspal atau bahan lain yang sesuai. Pada daerah dimana terjadi kerusakan perkerasan yang cukup parah pada perkerasan atau tanah dasar, harus dilakukan pembongkaran dan diganti dengan material untuk mendapatkan kondisi pondasi permukaan yang memenuhi persyaratan. Sebelum dilakukan pekerajaan lapis tambah maka persyaratan permukaan harus dilaksanakan antara lain :  Sebelum penghamparan beton semen, kemiringan permukaan harus dibentuk sesuai dengan kemiringan pada potongan melintang yang ditentukan pada gambar rencana dengan toleransi tinggi permukaan Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009. maksimum 2 cm. Penyimpangan kerataan permukaan tidak boleh lebih besar 1 cm, bila diukur dengan mistar pengukur straight edge sepanjang 3 m.  Permukaan perkerasana agar dijaga tetap rata dan padat sampai pondasi atau beton semen dihamparkan. b. Pekerjaan Pelaksanaan  Apabila pelapisan yang diperlukan cukup tebal, naikkan terlebih dahulu perlengkapan jalan lainnya seperti kereb, saluran tepi dan lain-lain.  Lakukan cara ini bersama-sama dengan metoda penggantian parsial atau dengan injeksi pada beton yang mengalami kerusakan cukup berat.  Isi sambungan-sambungan dan retak-retak, kerusakan pelandaian-pelandaian taper yang lebih dari 3 cm, perbaiki pelepasan-pelepasan butir dengan kedalaman lebih dari 3 cm, ketidakrataan memanjang dan kerusakan- kerusakan sudut.  Sebelum penyemprotan tack coat, sapu slab-slab beton dan bersihkan kotoran-kotoran, lumpur dan lain-lain, jika mempergunakan aspal emulsi semprotkan setipis mungkin.  Mutu perkerasan harus sama dengan lapis permukaan perkerasan lama. Sumber : Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,Tata Cara Pemeliharaan Perkerasan kaku rigid pavement, 1992 Wahid Ahmad : Perencanaan Pelapisan Tambah Pada Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dan Aashto Study Literatur, 2009.

BAB III METODE ANALISA

3.1 Perencanaan Lapis Tambah dengan Metode Bina Marga 2002

Pelapisan tambahan dilakukan apabila kondisi perkerasan jalan yang ada sudah dianggap tidak memenuhi standar pelayanan yang diharapkan, baik itu sebelum ataupun setelah mencapai target umur rencana. Data-data yang diperlukan pada pelapisan tambahan ini secara umum sama dengan data-data yang diperlukan untuk perencanaan jalan baru, namun perlu juga dilakukan survey terhadap kondisi perkerasan jalan yang telah ada sebelumnya, seperti susunan material per- kerasan, tebal masing-masing lapis perkerasan dan penilaian terhadap kondisi lapis pennukaan, lapis pondasi atas maupun lapis pondasi bawah, sehingga dapat diketahui kekuatan perkerasan jalan yang telah ada. Dengan pemberian lapis tambahan ini, diharapkan tingkat pelayanan jalan dapat ditingkatkan kembali untuk memenuhi syarat standar pelayanan yang direncanakan. Lapis tambahan ini terkadang menjadi sangat penting dikarenakan beberapa sebab, diantaranya : o Angka pertumbuhan lalu lintas yang sulit diprediksi secara pasti. o Beban kendaraan yang melebihi batas normal. o Faktor pelaksanaan di lapangan. o Kondisi alam yang berbeda-beda di tiap daerah.

Dokumen yang terkait

Evaluasi Mekanistik Desain Perkerasan Lentur Bina Marga Nomor 02/M/Bm/2013 Terhadap Pembebanan Dan Modulus Lapisan

13 102 142

ANALISA PERBANDINGAN ANTARA METODE PD T-14-2003 (BINA MARGA) DAN METODE NAASRA UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) JALAN RAYA, TAHUN AJARAN 2016/2017.

18 69 24

ANALISIS DESAIN GEOMETRIK JALAN PADA LENGKUNG HORIZONTAL (TIKUNGAN) DENGAN METODE BINA MARGA DAN AASHTO (STUDI LITERATUR).

0 5 25

STUDI KOMPARASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU JALAN TOL MENGGUNAKAN Studi Komparasi Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Jalan Tol Menggunakan Metode Bina Marga 2002 Dan Aashto 1993 ( Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Solo – Kertosono ).

0 2 17

PENDAHULUAN Studi Komparasi Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Jalan Tol Menggunakan Metode Bina Marga 2002 Dan Aashto 1993 ( Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Solo – Kertosono ).

0 4 4

STUDI KOMPARASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU JALAN TOL MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002 DAN AASHTO 1993 Studi Komparasi Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Jalan Tol Menggunakan Metode Bina Marga 2002 Dan Aashto 1993 ( Studi Kasus : Ruas Jalan Tol

0 2 11

Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Pada Ruas Jalan Lingkar Majalaya Menggunakan Metode Bina Marga 2002.

0 7 22

Kata-kata Kunci : Metode AASHTO 1993, Metode Bina Marga 2013, Model lapis perkerasan lentur, Tebal lapis,

0 0 18

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA

1 24 11

PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL LALU LINTAS DENGAN METODE BINA MARGA PADA RUAS JALAN SAMPANG - PAMEKASAN (Sta.84+000 – 97+000) TUGAS AKHIR - PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OP

0 1 17