91
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kinerja dunia usaha dan perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi tahun 1997 sangat memprihatinkan, terlebih Indonesia mendapat predikat negara terburuk di Asia sehingga akan
mempengaruhi kepercayaan investor dan berdampak pada nilai perusahaan publik di Indonesia. Banyak pihak beranggapan lamanya proses pemulihan ekonomi di Indonesia disebabkan lemahnya
penerapan corporate governance yang diterapkan pada perusahaan di Indonesia. Kurniawan dan Indriantoro 2000 dalam Arifin 2003 mengidentifikaisi beberapa isu tentang
corporate governance di Indonesia. Mereka menemukan bukti empiris bahwa struktur kepemilikan
yang masih didominasi keluarga menyebabkan perlindungan terhadap investor kecil masih rendah. Disamping itu, fungsi dewan komisaris dalam membawa aspirasi pemegang saham minoritas masih
lemah dan belum adanya kewajiban membentuk komite audit sehingga informasi keuangan yang disampaikan diragukan kualitasnya. Hal senada diungkapkan Sudarma 2005 yang menyatakan
bahwa buruknya corporate governance di Indonesia diantaranya adalah disebabkan karena rendahnya etika bisnis, rendahnya perlindungan terhadap investor, rendahnya independensi komisaris, serta
rendahnya transparansi dan pengungkapan kinerja perusahaan. Untuk mengatasi permasalahan diatas perlu penerapan good corporate governance yang
optimal sehingga dapat mendorong perusahaan dalam mengelola kinerjanya dengan baik dan dapat mengelola bisnisnya dengan lebih tanggung jawab. Penerapan good corporate governance yang
optimal menunjukkan bahwa perusahaan melakukan suatu perbaikan dalam mengelola perusahaan dengan transparansi, akuntabilitas, bertanggungjawab dan adil terhadap pihak yang terkait dengan
92 perusahaan, sehingga berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan meningkatkan kepercayaan investor
menanamkan modalnya. Dalam pengelolaan perusahan yang modern, terdapat pemisahan antara pemilik perusahaan
dengan pengelola perusahaan. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan kemampuan pemilik dalam mengelola perusahaan sedangkan di sisi lain para profesional yang menawarkan kemampuannya
untuk mengelola perusahaan dengan tujuan memaksimalkan keuntungan peusahaan. Hal ini memunculkan agency problem dimana manajer mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan para
pemilik perusahaan. Di sisi lain, manajer mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.
Konsep corporate governance muncul untuk meminimalkan potensi kecurangan akibat agency problem
tersebut. Prakteknya berupa adanya sistem dan struktur yang efektif untuk mendorong dipenuhinya hak dan kewajiban masing-masing organ perusahaan. Pemegang saham
dapat melakukan kontrol yang efektif terhadap pengelolaan perusahaan melalui dewan komisaris. Di sisi lain, direksi sebagai pengelola perusahaan mempunyai batasan yang jelas tentang tangung jawab,
wewenang dan hak kewajibannya. Lebih lanjut teori keagenan menyatakan bahwa penunjukkan komisaris dan penetapan komite audit merupakan mekanisme pengendalian terhadap perilaku
oportunistik manajer. Corporate governance
secara praktis digunakan sebagai mekanisme administrasif yang mengatur hubungan antara manajemen, perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan
kelompok kepentingan lainnya. Hubungan ini diwujudkan dalam bentuk berbagai peraturan dan sistem insentif sebagai kerangka yang diperlukan untuk menentukan tujuan perusahaan dan
mekanisme pencapaian tujuan serta evaluasi terhadap kinerja. Disamping itu struktur kepemilikan juga terkait dengan corporate governance
Khomsiyah,2002 dalam Suartana,2005. Seperti yang diungkapkan Claessen, Djankov dan Lang
93 1999 dalam Ulupi 2005, tujuan utama corporate governance adalah untuk menciptakan sistem
pengendalian dan keseimbangan check and balances untuk mencegah penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan. Jensen dan Meckling
1976 dalam Sartono 2001 menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan adalah dengan meningkatkan kapemilikan saham perusahaan oleh
manajemen. Kepemilikan ini mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham.
Porter 1991 dalam Wardhani 2006 menyatakan bahwa alasan mengapa perusahaan mengalami sukses atau gagal mungkin disebabkan oleh strategi yang diterapkan perusahaan itu
sendiri. Kesuksesan suatu perusahaan banyak ditentukan oleh karakteristik strategis dan manajerial perusahaan. Strategi tersebut diantaranya mencakup strategi penerapan sistem good corporate
governance dalam perusahaan. Struktur good corporate governance dalam suatu perusahaan bisa jadi
dapat menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan. Pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, karyawan, remunerasi berdasarkan
kinerja dan komite audit merupakan unsur corporate governance yang berasal dari dalam perusahaan Ariyoto et.al:2000. John D. Sullin 2000 dalam Jatmiko 2004 menyatakan suatu cara untuk
merangkum konsep corporate governance adalah dengan cara melihatnya dari perspektif direktur perusahaan. Selanjutnya Tirole 2001 dalam Suartana 2005 menyebutkan bahwa untuk mencapai
struktur monitoring yang efisien, maka salah satu yang harus diperhatikan adalah bagaimana sebaiknya direktur dipilih dan diberi kompensasi.
Corporate governance merupakan bagaimana sistem organisasi dikelola dan dikendalikan.
Sistem governance antara lain mengatur mekanisme pengambilan keputusan pada tingkat atas organisasi. Corporate governance mengatur hubungan antara komisaris, direksi dan manajemen
perusahaan agar terjadi checks and balance dalam pengelolaan perusahaan Tugiman:2005.
94 Sistem good corporate governance merupakan jalinan keterkaitan antara stakeholders
perusahaan yang digunakan untuk menetapkan dan mengawasi arah strategik dan kinerja usaha suatu organisasi. Dalam prakteknya good corporate governance merupakan acuan tertulis mengenai
kesepakatan antar para stakeholders dalam mengidentifikasi dan merumuskan keputusan-keputusan strategik secara efektif dan terkoordinasi Hitt et.al. 2000 dalam Chandra 2006. Dengan bekal
pedoman tersebut maka dapat dibangun saling kepercayaan antara pemilik perusahaan dan para pimpinan perusahaan dewan direksi dan para manajer tingkat puncak. Guna mengawasi lebih lanjut
kinerja perusahaan dan menjaga kepentingan para pemilik modal secara profesional, maka pemilik perusahaan melalui RUPS, mengangkat anggota komisaris untuk duduk dalam dewan komisaris
Chandra:2006. Dengan corporate governance yang baik, keputusan penting perusahaan tidak lagi hanya
ditetapkan oleh suatu pihak yang dominan misalnya direksi akan tetapi ditetapkan setelah mendapatkan masukan dari dan dengan pertimbangan kepentingan, berbagai pihak yang
berkepentingan stakeholders. Dengan demikian akan tercipta esensi corporate governance yaitu peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya
akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya berdasarkan kerangka aturan yang berlaku.
Upaya pihak regulator Indonesia dalam penerapan corporate governance dilakukan dengan membuat kebijakan menyangkut corporate governance. Pemerintah melaui Kep-
10M.EKUIN081999 membentuk suatu lembaga yaitu Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG. Kebijakan ini bertugas untuk merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional
tentang corporate governance, antara lain meliputi Code for Good Corporate Governance. Bursa Efek Jakarta BEJ ikut merespon adanya keinginan untuk menciptakan corporate
governance di pasar modal. Hal ini dibuktikan Direksi Bursa Efek Jakarta telah megeluarkan
95 peraturan pelaksanaan penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik good corporate
governance , yaitu Peraturan Pencatatan Efek No. Kep-315BEJ06-2000.
B. Perumusan Masalah