108
G. Dewan Direksi
Menurut National Committee for Corporate Governance NCCG, dalam pemenuhan kriteria kerangka kerja corporate governance salah satunya adalah dewan direksi, yang dalam pemenuhan
fungsinya ditugaskan dengan seluruh manajemen perusahaan. Untuk membantunya, direksi dapat menggunakan prosedur yang telah digunakan, menggunakan profesional independen atau komite
khusus yang ada. Kewajiban legal dewan direktur dapat diringkas meliputi kewajiban kesetiaan, kewajiban
untuk tidak berkubu dan kewajiban melakukan pengawasan Colley et.al.,2005 dalam Sugiarto,2006. Direksi harus mengelola perusahaan dengan kepentingan yang paling baik bagi perusahaan dan
pemegang saham, juga harus melaksanakan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Dalam pengendalian internal, direksi harus menyelenggarakan dan menegakkan sistem pengendalian internal untuk melindungi investasi dan aset-aset perusahaan. Dalam hal ini bukan
hanya pengendalian keuangan tetapi juga pengendalian atas ketaatan dan operasional dan manajemen risiko. Pada intinya, dewan direksi harus memahami risiko yang prinsipil untuk semua aspek bisnis
yang dijalankan perusahaan dan mengenali bahwa keputusan bisnis membutuhkan adanya risiko. Targetnya adalah mencapai keseimbangan yang baik antara risiko yang ada dan potensial return bagi
shareholder. Untuk itu dewan direksi mesti meyakinkan adanya sistem yang memonitor dan
mengelola risiko yang ada dari sudut pandang kelangsungan hidup perusahaan jangka panjang Sugiarto:2006.
Komposisi dewan direksi harus mempertimbangkan efektivitas dan kecepatan dalam pengambilan keputusan. Paling sedikit 20 anggota direksi harus direktur dari luar agar
meningkatkan 1 efektivitas peranan manajemen dan 2 transparansi keputusan yang diambil.
109 Jumlah direksi dari luar harus dapat menjamin bahwa suara mereka akan ikut menentukan keputusan
penting dalam rapat direksi.
H. Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham yang diangkat oleh pemegang saham melalui RUPS. Komisaris sebagai individu atau sebagai badan mewakili pemegang saham dalam melakukan
pengawasan terhadap tindakan manajemen. Dalam melaksanakan tugasnya, komisaris harus selalu berpihak kepada kepentingan pemilik perusahaan. Walaupun demikian, karena perusahaan beroperasi
dalam suatu negara yang diatur dengan berbagai peraturan hukum, maka komisaris juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa tindakan manajemen tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sesuai dengan ketentuan pasal 97 Undang-Undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan direksi. Secara garis besar, tanggung jawab dewan komisaris berhubungan dengan 6 enam lingkup utama yaitu:
1. Bertanggung jawab atas proses perencanaan strategis. Dewan komisaris harus melakukan pengkajian terhadap relevansi dan konsisten terhadap
perencanaan strategis perusahaan serta memberikan persetujuan terhadap perencanaan strategis yang akan dijadikan pedoman bagi seluruh jajaran manajemen perusahaan ke depan.
2. Bertanggung jawab terhadap risiko perusahaan. Para komisaris harus memahami semua aspek risiko bisnis yang mungkin dihadapi oleh
perusahaan dan meyakinkan bahwa adanya keseimbangan antara risiko dan return yang diperoleh. Oleh karena itu, maka para komisaris memerlukan suatu sistem yang dapat digunakan untuk
memantau efektifitas pengendalian risiko dalam perusahaan.
110 3. Memantau kinerja dewan direksi.
Dewan komisaris mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk mengangkat dan atau memberhentikan para direksiCEO, minimal memberikan rekomendasi, memberikan penilaian
terhadap balas jasa remunerasi mereka. Direksi juga bertanggung jawab untuk memberikan arahan dan penilaian terhadap kinerja para direksiCEO berdasarkan kontribusi mereka.
4. Menyebarkan informasi. Dewan komisaris harus menciptakan akuntabilitas dan transparansi informasi perusahaan.
Informasi yang disampaikan mencakup informasi keuangan dan non-keuangan. 5. Sistem informasi dan internal kontrol.
Para komisaris harus mempunyai kemampuan untuk memberikan arahan kepada manajemen dalam rangka mengidentifikasikan berbagai kriteria untuk melacak dan memastikan
pengimplementasian strategis, dan juga mempunyai kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sistem kontrol perusahaan.
6. Kesehatan dan keselamatan lingkungan dan pegawai.
Dewan komisaris mempunyai tanggung jawab untuk selalu waspada terhadap pelanggaran hukum atas keselamatan dan kesehatan lingkungan dan pegawai perusahaan melalui penyusunan
sistem yang baik, mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk meyakinkan efektifitas sistem operasional.
I. Komisaris Independen
Menurut Indonesian Society of Independent Commissioner ISICOM komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris
lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya
111 yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata
demi kepentingan perusahaan. Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan Peraturan Pencatatan Efek Bursa
Efek Jakarta BEJ Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak tanggal 1 Juli 2000. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta wajib
memiliki komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris
independen sekurang-kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris. Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya
prinsip tata kelola perusahaan yang baik di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan
lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Tugas komisaris independen tersebut diantaranya adalah:
1. Menjamin transparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan.
2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritaas dan stakeholders yang lain.
3. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar dan adil.
4. Kepatuhan perusahaan pada perundangan yang berlaku.
5. Menjamin akuntabilitas organ perseroan.
J. Kinerja Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan merupakan elemen penting dalam mengukur tingkat
keberhasilan corporate governance. Melalui penilaian kinerja keuangan, manajer dapat menentukan
struktur keuangan perusahaan dengan lebih baik. Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan informasi keuangan khususnya sebagai penilaian kinerja keuangan bagi para pengambil keputusan,
112 muncul alat pengukur kinerja keuangan baru yaitu economic value added EVA. EVA dianggap
lebih mencerminkan nilai bisnis secara riil dengan mengukur nilai tambah value added yang dihasilkan perusahaan kepada para investor Aji:2003.
1. Konsep dan Pengertian Economic Value Added Istilah EVA pertama kali dipopulerkan oleh Stern Steward Management Service yang
merupakan perusahaan konsultan manajemen keuangan terkemuka yang berkantor di New York, Amerika Serikat. Konsep EVA adalah konsep yang dipakai untuk menilai kinerja perusahaan.
Konsep ini muncul pada tahun 1989 dan mendapatkan perhatian serius oleh para praktisi bisnis pada tahun 1993.
EVA membantu manajemen puncak perusahaan untuk memfokuskan kegiatan usaha mereka, yaitu memperoleh EVA setinggi mungkin agar para pemegang saham mendapatkan
penghasilan yang maksimal. Fokus ini sangat membantu mengurangi serendah mungkin konflik yang umum terjadi antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan positivist agency theory
Eisenhardt,1989 dalam Soetjipto,1997. Widayanto 1993 dalam Nasser 2003 menyatakan bahwa nilai tambah ekonomis
dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan, kita harus dengan adil memperhatikan harapan para penyedia dana dari struktur modal yang ada. Derajat keadilan
tersebut dinyatakan dengan ukuran tertimbang weighted dari struktur modalnya. Utomo 1999 memberikan pengertian EVA sebagai nilai tambah ekonomis yang
diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuanagn
manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Pendekatan economic value added menurut Utama 1997 adalah suatu pendekatan
113 yang menilai hasil dari suatu investasi yang merupakan pendapatan sisa residual income yang
diperoleh setelah pemodal diberi kompensai yang berupa hasil return. 2. Manfaat Economic Value Added
Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh bila menggunakan konsep EVA Utama,1997: a.
EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai value creation. EVA sangat terkait dengan
penilaian kinerja perusahaan pada penciptaan nilai yaitu memaksimumkan nilai pemegang saham. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian
manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para menejer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang
memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga
nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
b. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan struktur modalnya. EVA
secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas ekuitas dan mengakui bahwa, karena lebih tingginya risiko yang dihadapi pemilik ekuitas, besarnya tingkat biaya modal atas ekuitas
adalah lebih tinggi daripada tingkat biaya modal atas hutang. Penggunaan EVA yang secara eksplisit memasukkan biaya modal atas ekuitas akan memaksa perusahaan untuk selalu
berhati-hati dalam menentukan kebijakan struktur modalnya. c.
EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan
nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan. Penggunaan EVA dalam mengevaluasi proyek akan mendorong para
manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas tingkat risiko proyek bersangkutan. Dengan
114 EVA, para manajer harus selalu membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan tingkat
biaya modal yang mencerminkan tingkat risiko proyek tersebut. 3. Kelemahan Economic Value Added
Dengan berbagai keunggulan, EVA juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu Utama:1997:
a. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Nilai suatu
perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan mempunyai EVA pada tahun yang berlaku positif tetapi nilai
perusahaan tersebut rendah karena EVA di masa datangnya akan negatif. b.
Secara konseptual EVA memang lebih unggul daripada pengukuran tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu EVA dapat diterapkan dengan mudah. Proses perhitungan
EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini, terutama untuk perusahaan yang go public
, sulit untuk dilakukan dengan tepat. Biaya modal atas hutang umumnya lebih mudah diperkirakan karena besarnya bisa diperoleh dari tingkat bunga setelah pajak yang harus
dibayar perusahaan jika perusahaan melakukan peminjaman. Sebaliknya, karena keterbatasan data tidak mudah untuk memperkirakan biaya modal atas ekuitas. Untuk perusahaan yang
sudah go public, tingkat biaya modal atas ekuitas dapat diperkirakan dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model
CAPM atau Market Model. 4. Perhitungan Economic Value Added
EVA merupakan
selisih antara
net operating profit after tax dengan cost of capital. Secara
sistematis EVA dapat dinyatakan sebagai berikut Martin dan Petty,2000 dalam Majidah,2003: EVA = NOPAT - C x Capital
= EBIT - Tax - WACC x Capital Dimana:
115 EVA = Keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan
biaya modal. NOPAT
= Laba operasi bersih setelah pajak. C
= WACC Weight Average Cost Capital atau biaya modal rata-rata tertimbang. Capital
= Jumlah dana yang terdiri dari hutang berbunga dan ekuitas saham yang tersedia di perusahaan untuk mendanai usaha perusahaan.
Di mana jika: EVA 0, maka artinya telah terjadi tambahan nilai ekonomis ke dalam perusahaan atau bisnis
tertentu. EVA = 0, maka artinya perusahaan impas karena semua laba digunakan untuk membayar
kewajiban kepada penyedia dana baik kreditur maupun pemegang saham. EVA 0, maka perusahaan tidak membuat nilai tambah karena laba yang tersedia tidak dapat
memenuhi harapan para penyedia dana terutama pemegang saham. Tahapan dalam Perhitungan EVA
Widayanto 1994 menyatakan tahapan perhitungan EVA sebagai berikut: 1.
Menghitung biaya modal hutang cost of debt. 2.
Menghitung biaya modal saham cost of equity. 3.
Menghitung struktur permodalan berdasarkan neraca. 4.
Menghitung ongkos modal rata-rata tertimbang Weighted Average Cost of CapitalWACC. 5.
Menghitung economic value added. 5. Strategi Menaikkan EVA
Dalam sistem EVA untuk menciptakan nilai pemegang saham, perusahaan harus menghasilkan untuk melebihi biaya modal di segala unit bisnisnya. Meskipun demikian tidak
116 berarti bahwa pihak manajemen memanfaatkan profitabilitas untuk jangka pendek tetapi betul-
betul memperhatikan pertumbuhan EVA untuk waktu yang akan datang sehingga peningkatan EVA secara terus-menerus. Ada tiga strategi untuk menaikan EVA yaitu Nasser:2003:
a. Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan profitable growth. Hal
ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian yang tinggi.
b. Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasional operating efficiency.
Dalam hal ini meningkatkan keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal. c.
Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak menjanjikan rationalize and exit unrewarding business, ini berarti menarik modal yang tidak produktif
dan menarik modal dari aktifitas yang menghasilkan return yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil.
6. Struktur Modal a. Pengertian Struktur Modal
Menurut Sartono 1996 dalam Mulia 2002 struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen
dan saham biasa. Penggunaan masing-masing jenis modal mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Penggunaan modal asing akan memperkecil
keuntungan yang diperoleh sebab harus membayar bunga. Bunga sendiri juga dimanfaatkan sebagai pengurang pajak yang harus ditanggung perusahaan. Sedangkan modal sendiri yang
kompensasinya berupa pembayaran deviden diambil dari keuntungan setelah pajak. b. Konsep Biaya Modal Cost of Capital
Biaya modal atau cost of capital menunjukkan besarnya kompensasi atau pengembalian yang dituntut investor atas modal yang diinvestasikan. Besarnya kompensasi
117 tergantung pada tingkat risiko perusahaan yang bersangkutan, dengan asumsi bahwa investor
tidak suka dengan risiko, semakin tinggi tingkat risiko, semakin tinggi tingkat pengembalian yang dituntut investor Utama:1997. Untuk praktisi bidang keuangan, istilah cost of capital
ini digunakan untuk: 1
Sebagai tarif diskonto discount rate untuk membawa arus kas masa mendatang suatu proyek ke nilai sekarang present value.
2 Sebagai tarif minimum yang diinginkan untuk menerima proyek baru.
3 Sebagai biaya modal capital charge dalam perhitungan economic value added.
4 Sebagai bandingan benchmark untuk menaksir tarif biaya pada modal yang digunakan.
7. Komponen Biaya
Modal Cost of Capital
Komponen cost of capital
terdiri dari biaya hutang cost of debt dan biaya ekuitas cost of equity.
Jenis biaya modal yang mempengaruhi perhitungan EVA sebagai berikut: a. Biaya Modal Hutang
Biaya modal hutang cost of debt adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya risiko kredit credit risk, yaitu risiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban
pembayaran bunga dan pokok hutang Utomo:1999. Biaya modal hutang dapat dihitung dengan rumus sebagi berikut:
K’d = Kd 1-T Dimana:
K’d = Biaya modal hutang
Kd = Biaya hutang setelah pajak
118 T = Tarif pajak penghasilan
b. Biaya Modal Ekuitas Biaya modal ekuitas cost of equity adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki
investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba. Kewajiban membayar bunga dan pokok hutang membuat laba bersih perusahaan lebih bervariasi naik turun daripada laba operasi,
sehingga menyebabkan timbulnya tambahan risiko. Jadi biaya ekuitas ini mencakup adanya risiko bisnis business risk dan risiko finansial financial risk. Business risk adalah risiko
yang berhubungan dengan tidak stabilnya laba atau profit, sedangkan financial risk adalah risiko kesulitan finansial dalam hal pembayaran biaya bunga dan pokok pada hutang. Biaya
hutang cost of debt adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya risiko kredit credit risk, yaitu risiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga
dan pokok hutang Utomo:1999. Terdapat tiga pendekatan dalam menghitung biaya modal ekuitas atau biaya modal
saham, yaitu: 1
Biaya modal saham preferen Saham preferen adalah surat bukti kepemilikan saham yang memberikan
penghasilan tetap berupa deviden yang besarnya telah ditentukan persentasenya terhadap harga saham. Saham ini merupakan gabungan dari hutang dan saham biasa. Seperti halnya
hutang, saham preferen membebani kewajiban tetap kepada perusahaan untuk melakukan pembayarann secara periodik. Dalam likuidasi, klaim para pemegang saham preferen
didahulukan daripada pemegang saham biasa. Besarnya biaya saham preferen sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor pemegang saham preferen
Mulia:2002. Biaya saham preferen dapat dihitung dengan rumus: Kp = D
119 P
Dimana: D = Deviden yang dibagikan setiap tahun
P = Harga saham preferen 2 Biaya modal saham biasa
Biaya common stock
bisa terjadi melalui dua komponen. Yang pertama adalah melalui internal, yaitu dari laba ditahan perusahaan, sedangkan yang kedua melalui
eksternal dengan mengeluarkan common stock yang baru. Perbedaan yang ada antara biaya internal dan biaya eksternal hanyalah pada biaya dalam mengeluarkan common
stock . Jika biaya internal merupakan opportunity cost dari penggunaan laba, maka biaya
eksternal modal yang didapat dari penjualan saham baru merupakan penjumlahan dari opportunity cost
dan biaya mengeluarkan common stock. Dalam biaya modal saham biasa harus diramalkan atau diperkirakan terlebih
dahulu besarnya tingkat pengembalian yang diharapakan. Tingkat pengembalian inilah yang nantinya merupakan biaya modal.
Dalam teori keuangan ada bermacam-macam pendekatan yang bisa dipakai untuk menghitung besarnya biaya common stock, akan tetapi Dividend Valuation Model DVM
dan Capital Asset Pricing Model CAPM merupakan model yang umum dan digunakan. a Dividend Valuation Model DVM
Model ini berangkat dari asumsi bahwa harga saham bukanlah yang terpenting dibandingkan dengan present value dari cash dividend dimasa yang akan datang.
Perhitungan biaya common stock dengan menggunakan metode ini sebenarnya
120 mempunyai dasar yang sama dengan perhitungan biaya preferred stock. Bedanya
hanya ada pada diikutsertakannya komponen tingkat pertumbuhan dividen. Perhitungannya sebagai berikut:
P = D
1
Ks - g; D
1
= D + 1 + g
Maka biaya
common stock: Ks = D
1
P + G Dimana:
P = Nilai atau harga saham.
D = Dividen pada periode sekaranng.
D
1
= Dividen pada periode berikut. Ks = Biaya common stock atau tingkat return.
g = Tingkat pertumbuhan dividen.
b Capital Asset Pricing Model CAPM Dalam pendekatan CAPM, tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang
diinginkan oleh para investor sama dengan tingkat bebas risiko ditambah dengan premi risiko. Premi risiko menggunakan premi risiko pasar, yaitu pengembalian pasar
dikurangi tingkat bebas risiko, yang ditetapkan perusahaan. Biaya modal saham biasa dirumuskan sebagai berikut:
Ks = Rf + Rm – Rf Bi Dimana:
Rf = Tingkat suku bunga investasi bebas risiko risk free rate. Rm = Tingkat bunga investasi rata-rata dari keseluruhan pasar.
Bi = Faktor risiko beta, berlaku spesifik bagi perusahaan.
121 Berdasarkan rumus tersebut, variabel yang diamati dalam menghitung tingkat
pengembalian saham biasa adalah Mulia:2002: 1
Beta Berdasarkan beta dapat dilihat faktor risiko perusahaan yang menjadi
parameter, dimana pengukuran perubahan yang diharapkan pada return suatu saham, jika terjadi perubahan pada return pasar. Perhitungan beta dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan regresi dengan rumus: ß
= n.
Σxy – Σx.Σy n.
Σx
2
– Σx
2
Dimana: n
= Banyaknya periode pengamatan. x
= Tingkat keuntungan portofolio pasar Rm. y
= Tingkat keuntungan suatu saham Ri. 2
Tingkat keuntungan portofolio atau return pasar Rm Return
pasar diperoleh dari besarnya keuntungan seluruh saham yang beredar di bursa efek. Perhitungan return pasar didasarkan atas Indeks Harga Saham
Gabungan IHSG di pasar modal. Perhitungan return pasar dilakukan dengan rumus:
Rm = IHSGt – IHSGt-1 IHSGt-1
Dimana: Rm
= Tingkat pengembalian pasar pada bulan ke t. IHSGt
= Indeks harga saham gabungan bulan ke t. IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan bulan ke t-1.
3 Tingkat keuntungan suatu saham atau return individual Ri
122 Return
individual yang digunakan penulis berdasarkan data perkembangan harga saham individual. Perhitungan return individual dilakukan dengan rumus:
Ri = Pit – Pit-1 Pit-1
Dimana: Ri
= Tingkat keuntungan suatu saham. Pit
= Harga saham pada akhir periode. Pit-1
= Harga saham pada awal periode.
3 Biaya modal rata-rata tertimbang Weight Average Cost Capital WACC
merupakan tingkat
return minimum yang harus dihasilkan oleh perusahaan untuk
memenuhi ekspektasi kreditor dan pemegang saham. Dengan demikian di dalam perhitungan masing-masing komponennya, yaitu cost of debt biaya hutang dan cost of equity biaya modal
sendiri, serta proporsi masing-masing di dalam struktur modal perusahaan Rousana:1997. Perhitungan WACC dilakukan dengan rumus:
WACC = Ke EV + Kd DV Dimana:
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang
Ke = Ongkos modal saham
E = Ekuitas
V = Jumlah modal saham dan modal hutang
D = Hutang
Kd = Ongkos modal hutang
123
K. Ukuran Dewan Direksi, Ukuran Dewan Komisaris dan Kinerja Perusahaan