Da’i Mad’u

29 a. Mengajak orang lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau memeluk agama Islam serta menjalankan segala perintahnya. b. Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat atau islah. 35 c. Nahi Munkar, mencegah perbuatan yang dilarang Allah, proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang di ridhoi oleh-Nya. Pengertian dakwah tersebut bukan hanya merupakan sebuah pengertian, namun juga merupakan sebuah kewajiban kita semua yang harus dikerjakan.

2. Unsur-unsur Dakwah

a. Da’i

Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah. Da’i pada dasarnya adalah penyeru ke jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang mujahid yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia. Sebagai penyeru ke jalan Allah, da’i tidak bisa tidak, harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar. Ia juga harus memiliki semangat dan ghirah keislaman yang tinggi yang menyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan 35 A.Hasanuddin, Retrorika Dakwah dan Jurnalistik Dalam Kepemimpinan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, Cet.ke-2,h.35 30 mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi tantangan yang berat. 36 Bahk an da’i adalah indentik dengan dakwah itu sendiri. Dikatakan demikian, karena seorang da’i harus menjadi teladan dan panutan yang baik di tengah- tengah masyarakat. Untuk itu, da’i harus memiliki sifat- sifat yang terpuji atau akhlak yang mulia. Keluhuran budi pekerti ini menjadi salah satu pendorong yang memungkinkan masyarakat mad’u dapat mengikuti jalan kebenaran yang diserukan sang da’i. Sifat-sifat yang mulia itu adalah sifat-sifat yang harus dimiliki semua kaum muslim. Namun, bagi seorang da’i, sifat-sifat itu harusalah memiliki nilai lebih. Dengan perkataan lain, sifat- sifat yang mulia itu bagi seorang da’i harus tampak lebih mantap, lebih sempurna, dan lebih menonjol, sehingga ia dapat menjadi dakwah yang hidup dan menjadi teladan yang bergerak. 37

b. Mad’u

Mad’u dapat dikatakan pula mitra dakwah atau penerima dakwah. Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. 38 36 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. Jakarta: Penamadani. 2008. Cet ke-2, h.311. 37 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, h.312. 38 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004, cet.ke-1, h.79 31

c. Materi Dakwah