31
c. Materi Dakwah
Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak di capai. Namun secara global dapatlah dikatakan
materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu: 1
Masalah Keimanan Aqida Aqidah dalam Islam adalah bersifat
i’tiqad bathiniyah yang mencangkup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun
iman.
39
2 Masalah Keislaman
Syariah dalam islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir nyata dalam rangka menaati semua peraturanhukum Allah guna
mengatur hubungan manusia dengan Tuhanya dan mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia.
3 Masalah Budi Pekerti Akhlakul Karimah
Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah sebagai materi dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan
keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibanding
dengan masalah keimanan dan keislaman. Akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurnaan keimanan dan keislaman.
40
39
Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Penerjemah, Agus Hasan Bashori, Kitab Tauhid 2, Jakarta: darul Haq, 1998, cet. Ke-1, h.15
40
AsmuniSyukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya:Al-Ikhlas, 1983, h.60
32
d. Metode Dakwah Seorang Da’i kepada Mad’u
41
Dakwah ditujukan kepada ummat manusia dalam keadaan umurnya yang berbeda-beda, serta tingkatan kedudukannya dikalangan
masyarakat di samping kecerdasan dan alam lingkungannya, dan kemauan serta jalan fikirann
ya. Hal ini menyebabkan para da’i harus menjadi orang- orang yang bijaksana, mahir dalam menyampaikan pendapat dan
pengertiannya kepada mad’unya. Para da’i yang mendapat taufiq dan kejayaan ialah mereka yang
sanggup memberikan untuk tiap-tiap individu, apa yang diperlukannya, baik berupa buah fikiran atau pun pengarahan. Da’i mestilah berusaha
meyakinkan orang itu tentang kebenaran apa yang diajukannya, kemudian berusaha menarik orang itu supaya bergerak mengamalkan apa yang
diajarkannya. Da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang menimbulkan kesan dalam hati mad’unya.
Menurut Fathi Yakan
42
, dalam hal ini para pendakwah perlu memperhatikan hal-hal yang berikut:
1 Berkenalan dengan seseorang sebelum menyampaikan da’wah
kepadanya:
Adalah suatu kewajiban bagi seo rang da’i, agar ia berkenalan
lebih dahulu dengan seseorang yang akan menerima dakwahnya. Ia harus memahami terlebih dahulu bagaimana latar belakang kehidupan
orang itu, bagaimana jalan ikhtiarnya, dan bagaimana pengertian dan
41
Fathi Yakan, Bagaimana Kita menyeru Kepada Islam,T.tp: T.pn, t.t, h.21.
42
Fathi Yakan, Bagaimana Kita menyeru Kepada Islam, h.22.
33
gambarannya terhadap alam raya ini. Para pendakwah harus menyelidiki hal itu dengan mengadakan wawancara dan sebagainya,
sehingga ia menemui apa kekurangan dan kesulitan yang sedang dialami oleh mad’unya. Dengan demikian, para da’i menemui pintu-
pintu dan jendela-jendela, yang mungkin dijadikannya sebagai batu loncatan untuk mengetuk pintu hati orang yang diserunya itu. Jadi,
harus banyak bergaul secara individu, dan mengadakan percobaan dan usaha, yang diharapkan akan membawa kejayaan. Pendakwah mesti
mencatat pengalaman-pengalamannya,
kemudian, ia
berusaha m
enyampaikan dakwah kepada mad’unya itu disertai dengan pengarahan dan memberikan contoh teladan yang menimbulkan kesan
yang menarik dan mempengaruhi jalan fikiran mad’u itu.
2 Dari mana penda’wah harus mulai dan bagaimana caranya.
Untuk menemukan titik yang tepat dalam menentukan tempat memulai tugasnya, da’i harus mengorbankan waktu yang tidak sedikit,
supaya ia berjaya dalam usahanya untuk meyakinkan mad’unya terhadap ajaran yang disuguhkannya itu. Jangan sampai terjadi, da’i
salah memilih tempat yang akan menjadi titik tolak dakwahnya.
3 Sistematika yang akan dijadikan panduan:
Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahawa perlu sekali ditetapkan. Sistematika yang baik, agar da’i dapat mengetahui,
bagaimana caranya ia mulai berdakwah, dan dari mana titik tolak dakwahnya. Pada detik-
detik pertemuan pertama, da’i harus berusaha
34
keras untuk benar- benar mengenali mad’u yang akan dihadapinya. Jika
hal ini sudah Terlaksana, maka mudahlah ia memperbandingkan di antara satu
mad’u dengan mad’u yang lain, kira-kira bagaimana kedudukan mad’unya di kalangan masyarakat, dan bagaimana cara menghadapinya. Selanjutnya,
Menurut Fathi Yakan da’i dapat mengikuti tiga langkah yang berikut,
sebagai ukuran dasar dakwahnya:
1 Pembentukan Aqidah:
43
Membentuk aqidah, maksudnya menciptakan cara berfikir yang benar, terhadap alam raya serta manusia dan kehidupan ini. Untuk itu,
harus diyakinkan terhadap Rukun Iman, terutama Iman kepada Allah Maha Pencipta. Usaha ini merupakan dasar dalam pembentukan
keperibadian seorang muslim. Inilah asas dan titik tolak dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Dan inilah simpulan atau
ikatan yang terbesar, pangkal terbukanya simpulan-simpulan yang lain-lain.
Pembinaan aqidah ini kemudian akan bersambung dengan pembinaan am
al. Mad’u harus diyakinkan bahawa Islam adalah pedoman hidup yang akan menuntun manusia dalam memenuhi
tuntutannya dalam kehidupan ini. Islam berasal dari wahyu ilahi, pemberian Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Islam
adalah peraturan yang lengkap, mencakup segala lapangan kehidupan manusia Islam terbit dan filsafat alam yang murni yang akar-akarnya
43
Fathi Yakan, Bagaimana Kita Menyeru Kepada Islam,T.tp: T.pn, t.t, h.23.
35
berdiri sendiri. Sedang peraturan yang lain-lain, semuanya kurang lengkap,karena memang kekurangan dasar, karena semuanya berasal
dari manusia. Dan sifat manusia yang hidup di sesuatu daerah, menyebabkan peraturan-peraturan yang dibuatnya itu kurang tidak
lengkap, karena terpengaruh dengan alam sekitar tempat ia berada. Inilah desakan yang menghimpit manusia sebagai pembuat peraturan.
Untuk mengemukakan hal itu. da’i harus mempelajari fikrah
islamiyyah secara mendalam dan harus juga mempelajari pendapat- pendapat dan pemikiran-pemikiran yang lain-lain yang berada di luar
Islam. Dengan demikian. Da’i dapat berusaha meyakinkan mad’unya tentang kekurangan yang ada dalam peraturan yang lain dan
bagaimana lengkapnya peraturan dalam ajaran Islam.
2 Dan Iman menuju Amal
Kalau Keimanan mad’unya sudah baik, aqidahnya sudah mendarah daging, dan sudah sempuma kefahamannya tentang Islam,
maka langkah elanjutnya adalah pe ringkat amal. Da’i perlu berusaha
mewujudkan teori iman itu dalam bentuk amal, ibadah, budi pekerti dan tingkah laku keislaman yang benar.
44
e. Metode Dakwah