BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Allah SWT. Menciptakan semua makhluk yang ada di alam raya ini berpasang-pasangan, seperti ada siang dan malam, jantan dan batina, termasuk
tumbuh-tumbuhan pun masing-masing mempunyai pasangannya, begitu seterusnya. Demikian juga manusia, yang dikenal dengan istilah laki-laki dan wanita. Melalui
pasangan ini, maka berkembanglah manusia dan hewan serta makhluk lainnya yang membentuk sebuah kelompok yang menghuni bumi ini.
1
Kehidupan rumah tangga merupakan dasar bagi kehidupan manusia dan merupakan faktor utama dalam membina masyarakat. Dari sebuah keluarga, segala
suasana yang harmonis dan bahagia. Mereka akan mudah bersosialisasi dengan baik kepada anggota masyarakat di lingkungannya, karena sudah terbiasa bersikap baik
seperti yang telah dilakukan di dalam keluarganya. Suamilah sebagai kepala keluarga dalam sebuah rumah tangga yang mempunyai kewajiban dalam membina sebuah
keluarga yang harmonis dan sejahtera. Suami sebagai kepala keluarga yang dihasilkan oleh sebuah perjanjian dalam perkawinan. Hal ini telah tercantum dalam
al-Qur’an surat Yasin36 ayat 36:
☺
1
Muhammad Ali al-Barr, Hikmah Kejadian Alam Semesta Kuala Lumpur: Darul Nu’man, 2001, h. 7.
☺ ☺
“Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari
apa yang tidak mereka ketahui.” QS. Yasin36: 36.
⌧ ☯
⌧
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan Mengawasi kamu.”
QS. An-Nisa’4: 1. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia, sempurna, dan
istimewa serta telah dilantik sebagai khalifah di muka bumi sejak awal kejadiannya. Mulai dari pasangan Nabi Adam dan Hawa, maka berkembangbiaklah keturunan
manusia di bumi ini hingga hari kiamat nanti.
2
Untuk memlihara kesucian dan kemuliaan manusia, Allah telah menetapkan syariat sebagai pedoman bagi kehidupan dan kemaslahatan hambanya, yaitu undang-
undang perkawinan atau hukum keluarga mu’amalah ahliyah. Perkawinan
2
Syahrun Nasution, Fiqh Lengkap Perkawinan, cet. II Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 1993, h. 3.
merupakan salah satu kaedah bagi pembentukan keluarga dan untuk menciptakan regenerasiketurunan. Ia merupakan salah satu daripada sunnah Rasulullah SAW.
3
Perjanjian yang dibuat oleh seorang muslim untuk menjadikan seorang muslimah sebagai istri adalah perjanjian yang dibuat atas nama Allah SWT. Oleh
karena itu, seorang suami tidak boleh semena-semena terhadap istrinya, seperti menceraikan istri tanpa alasan, berlaku kasar terhadap istri, berpoligami tanpa alasan
yang dapat dibenarkan dan mendapat idzin dari istri pertama.
4
Salah satu bentuk perkawinan yang diatur dalam Islam ialah poligami, ia adalah salah satu bentuk perkawinan yang sangat terkenal sejak zaman jahiliyah
sampai sekarang. Poligami dalam pengertian umum bermaksudnya seorang laki-laki yang mengawini lebih dari seorang perempuan tanpa ada batasan dan syarat tertentu.
Tetapi setelah Islam datang, maka ajaran ini menetapkan batasan jumlah perempuan yang boleh dinikahi dalam satu masa dan berdasarkan syarat-syarat kelayakan bagi
orang yang hendak melakukan poligami.
5
Poligami tidak boleh dilakukan secara sembarangan oleh suami. Jangan karena istri sudah tidak cantik lagi lalu cintanya kepada istri pudar begitu saja,
kemudian ia memutuskan untuk menikah lagi. Pernikahan bukan semata-mata karena ketampanan atau kecantikan, kekayaan atau harta benda dan bukan pula karena
3
Walid Muhammad ‘Afif, Panduan dan Tata Cara Lengkap Kelahiran, Pernikahan dan Kematian menurut Aturan Islam
Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 1996, h. 78.
4
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Jakarta: Akademika Pressindo, 2004, h. 127.
5
M. Haswadi, Poligami dan Perspektif Islam, Makalah Hukum Islam di Indonesia Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2006, h. 2.
tujuan-tujuan lain yang bersifat duniawi. Namun pernikahan adalah perjanjian yang sangat kokoh antara suami-istri dilandasi dengan rasa kasih sayang agar tercipta
keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Lembaga bantuan hukum APIK LBH-APIK menyatakan tentang semakin
meningkatnya jumlah kekerasan dalam keluarga. Pada tahun 2001 terdapat 3.169 kasus, tahun 2002 meningkat 62 menjadi 5.163 kasus, tahun 2003 meningkat 51
menjadi 7.787 kasus, tahun 2004 meningkat 80 menjadi 14.020 kasus, dan pada tahun 2005 meningkat 45 menjadi 20.391 kasus.
6
Berdasarkan data tersebut 82 adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga, termasuk kasus poligami. Bahkan tahun-tahun berikutnya dipastikan jumlah tersebut
akan semakin meningkat. Poligami bagaikan kata yang menggambarkan kesan buruk dan meresahkan
mayoritas kaum perempuan, bahkan merupakan kata yang sangat dibenci oleh mereka. Kebencian itu timbul karena adanya semacam rasa tidak percaya terhadap
adanya keadilan dalam poligami, yang mana hal tersebut akan menyebabkan ketidakharmonisan keretakan dalam rumah tangga. Memang hal ini tidak mustahil
terjadi, karena secara realitas biasanya suami lebih memperhatikan dan mencintai istri muda dari pada istri tua. Sehingga muncullah berbagai macam problem psikologis
yang berbeda dalam bentuk konflik internal keluarga, baik di antara sesama istri maupun anak-anak. Menjadi persoalan kemudian adalah bagaimana hakikat dari pada
keadilan yang merupakan syarat dari pada poligami tersebut – termasuk bagaimana
6
LBH.APIK,”Kekerasan Dalam Rumah Tangga”, diakses pada 13 November 2007 dari http:www.lbh-apik.or.idkdrt.htm
.
mewujudkannya di tengah-tengah keluarga sebagaimana yang dimaksud dalam Islam.
7
Islam tidak melarang umatnya melakukan poligami membolehkan seorang laki-laki memiliki empat orang istri dalam satu masa, namun kebolehan ini dengan
syarat ia mampu berbuat adil di antara istri-istrinya. Sebagaimana firman Allah SWT: ...
☺
“… Maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka
kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
QS. An-Nisa’4: 3. Pada ayat di atas, poligami memang dibolehkan. Namun pada tataran
praktiknya, poligami sering disalahgunakan sehingga kesucian poligami ternodai dan dianggap oleh sebagian besar perempuan sebagai penyebab hancurnya keutuhan suatu
keluarga. Anggapan tersebut karena didasarkan pada mayoritas para suami yang berpoligami tidak lagi memperhatikan dan melaksanakan keadilan di antara para istri
dan anak-anaknya. Akhirnya, istri tidak hormat dan tidak taat lagi kepada suami, adanya permusuhan di antara istri-istri, permusuhan di antara anak-anak, pembagian
nafkah yang tidak adil merata, tempat tinggal yang tidak sama nilainya, padahal pembagian dalam hal yang sifatnya lahiriyah seperti ini sangat mungkin dilakukan
oleh suami yang berpoligami. Dan inilah pengertian keadilan yang dimaksud oleh
7
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h. 126.
surat an-Nisa’ ayat 3, sekaligus syarat yang membolehkan para suami berpoligami bilamana diiringi sebab-sebab dan faktor-faktor si istri tidak mampu lagi
melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri.
8
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti praktik poligami dan dampaknya terhadap keluarga, dan mengangkatnya menjadi sebuah
karya tulis yaitu skripsi sebagai gambaran sisi lain kehidupan berpoligami. Disamping itu juga poligami menjadi bahan diskusi yang aktual di kalangan pemikir
muslim kontemporer, sehingga banyak kalangan yang menyempatkan diri mengulas dan membahas soal tersebut. Diantaranya; karya Dr. ‘aisyah bintusy Syathi’
9
- karya Arij Abdurrahman As-Sanan - Karya Dr. Karim Hilmi Farhat Ahmad.
10
Dari beberapa karya tersebut peneliti melihat belum ada yang mengupas secara husus
tentang korban praktik poligami, padahal penelitian ini menurut penulis sangat penting untuk diteliti. Namun demikian, karya-karya tersebut masih punya relevansi
dan bisa dijadikan acuan dalam penelitian ini. Selanjutnya skripsi ini penulis memberi
judul: “KORBAN PRAKTIK POLIGAMI Analisis Hukum Islam”. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk mempermudah penulisan dalam skripsi ini, maka perlu bagi penulis untuk membatasi ruang lingkup dari permasalahan yang akan dibahas pada kajian ini.
8
Ibid.
9
‘Aisyah Bintusy Syathi’, Istri-istri Nabi Saw: Poligami di Mata Seorang Ahli Tafsir Wanita Bandung: Pustaka Hidayah, 2004.
10
Karim Hilmi Farhat Ahmad, Poligami Berkah atau Musibah? Jakarta: Senayan Publishing, 2007.
Agar pembahasan dalam skripsi ini jelas dan terarah penulis hanya akan memfokuskan permasalahan mengenai pembahasan yang berkaitan dengan korban
praktik poligami yang terjadi dalam suatu keluarga, yang pokok bahasannya dititikberatkan kepada akibat-akibat atau dampak terjadinya praktik poligami.
Berdasarkan pembatasan di atas, maka rumusan yang diajukan adalah sebagai berikut:
Apa motif terjadinya praktik poligami? Bagaimana dampak poligami terhadap keharmonisan rumah tangga?
Bagaimana pandangan hukum Islam tentang korban praktik poligami?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan mengacu kepada permasalahan sebagaimana penulis rumuskan di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, di antaranya:
Untuk mengetahui dan menjelaskan motif terjadinya praktik poligami. Untuk mengetahui dampak terjadinya praktik poligami terhadap keharmunisan
rumah tangga. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum Islam tentang korban praktik
poligami. Sedangkan manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan dan mengetahui secara umum motif terjadinya praktik poligami.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang dampak terjadinya
praktik poligami terhadap keharmunisan rumah tangga.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam
pelaksaan praktik poligami sehingga pelaksanaanya sesuai dengan syariat Islam.
4. Menjadi sumbangan sederhana bagi wacana keilmuan tentang praktik
poligami dari sudut pandang Islam.
Metode Penelitian Dan Teknik Penulisan
Dilihat dari segi tujuannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Sedangkan dilihat dari segi jenis data, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan, yakni dengan cara mencatat dan mendokumentasikan informasi dari bahan-bahan
tertulis, yaitu dengan mengumpulkan data-data yang bersifat normatif al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai landasan analisis serta pendapat-pendapat para ahli fikih dari
berbagai literatur yang ada seperti buku-buku, jurnal, makalah serta tulisan-tulisan lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini.
Di samping itu diterapkan juga studi lapangan, teknik observasi dan teknik wawancara.
Observasi dan wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang diperlukan pada korban praktik poligami. Peneliti sendiri merupakan alat
pengumpul data yang utama. Adapun teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam in-depth interviuw yang tidak terstruktur.
11
11
Wawancara tak terstruktur digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara ini menekankan kekecualian penyimpangan, penafsiran yang tidak
lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal. Wawancara jenis ini biasanya dilakukan ketika pewawancara berhubungan dengan orang “penting”. Lexy J. Moleong,
Metode Penelitian Kualitatif, h. 139.
Teknik observasi diterapkan dengan cara turun langsung mengamati objek penelitian mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan yang berkaitan
dengan korban praktik poligami. Teknik wawancara diterapkan dengan cara mewawancarai yang berkenaan
dengan hal-hal yang berkaitan dengan pokok bahasan yang akan dibahas. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait.
Populasi pada penelitian ini, sebagaimana data tahun 2007 yang penulis dapatkan dari Pengadilan Agama Jakarta Timur, terdapat 30 kasus keluarga korban
praktik poligami. Dari populasi tersebut di atas, sebanyak 10 akan dijadikan informan, yaitu sebanyak 3 orang yang kesemuanya bertempat tinggal di kawasan
Bekasi Jakarta Timur. Ditetapkan informan semuanya perempuan, karena secara umum yang selalu menjadi korban praktik poligami adalah pihak perempuan.
Analisis data dengan menggunakan teknik analitis kualitatif bersifat iteratif berkelanjutan dan dikembangkan sepanjang program. Maksudnya, analisis data
tidak dilakukan setelah pengumpulan data selesai, tetapi dilaksanakan mulai penetapan masalah, pengumpulan data dan setelah data terkumpulkan. Dengan
demikian, peneliti dapat mengetahui kekurangan data yang harus dikumpulkan dan dapat mengetahui metode mana yang harus dipakai pada tahap berikutnya.
12
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara induktif, yaitu penulis berangkat dari fakta-fakta dan ketentuan-ketentuan yang bersifat khusus, kemudian
12
Ibid., h. 192
membuat generalisasi analisis sehingga dapat ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
13
Adapun Teknik dan sistematika Penulisan skripsi berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2007.
14
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut adalah sebagai berikut:
Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang menjadi alasan diangkatnya kajian ini. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua menjelaskan tinjauan umum tentang poligami, yang meliputi: pengertian poligami, dasar hukumdan pengetahuan poligami dan praktik poligami
Rasulullah saw. Bab ketiga menguraikan gambaran umum tentang korban praktik poligami.
Pada bab ini menjelaskan tentang motif terjadinya praktik poligami, dampak negatif praktik poligami terhadap istri, sisi negatif terjadinya praktik poligami terhadap anak,
dan realitas kehidupan praktik poligami.
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, h. 5
14
Djawahir Hejazziey, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2007, Cet. Pertama.
Bab keempat merupakan inti persolan yang diangkat dalam skripsi ini, yaitu berupaya menerangkan analisis hukum Islam tentang korban praktik poligami, yang
meliputi: poligami dalam pandangan ulama mazhab, pandangan ulama tentang berlaku adil terhadap para istri, fenomena poligami: gambaran kasus, dan terakhir
tinjauan hukum Islam terhadap korban praktik poligami. Bab kelima merupakan akhir atau penutup dari penulisan skripsi ini, berisi
kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian penutup ini merupakan jawaban terhadap beberapa pertanyaan yang termuat dalam rumusan masalah.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI