BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KORBAN PRAKTIK POLIGAMI
A. Motif Terjadinya Praktik Poligami
Kalau kita mengkaji perihal poligami tentu akan didapatkan bahwa poligami dilaksanakan dengan berbagai motifasi. Ada di antaranya bermotif penyaluran hasrat
seksual semata, kemegahan diri, kebutuhan ekonomis, menata pembagian kerja, untuk memperoleh keturunan atau mempertahankan bahkan meningkatkan mutu gen
melalui generasi, dan motif-motif lain seperti motif Rasulullah saw. berpoligami dengan motif untuk mendukung keberhasilan dakwahnya atau perjuangan ajaran
Islam,
46
sebagaimana penulis telah uraikan pada bab dua tentang tujuan perkawinan Nabi Muhammad saw. dengan istri-istrinya.
Mushfir Al-Jahrani mengutip pendapat Musthafa As-Syiba’i membagi alasan- alasan berpoligami secara umum ke dalam dua motif, yaitu: Motif sosial dan Motif
pribadi.
2
1. Motif sosial
Motif sosial ini berupa fakta sejarah yang terjadi pada masyarakat dunia, yakni bahwa:
a. Jumlah wanita ternyata secara kuantitas melebihi jumlah laki-laki.
46
Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, h. 159.
2
Mushfir Al-Jahrani, Poligami dan Berbagai Persepsi, terj. Moh. Suten Ritonga, cet. II Jakarta: Gema Insani Press, 1997, h. 47.
b. Kurangnya jumlah laki-laki akibat terjadinya peperangan yang mengakibatkan
banyaknya janda-janda yang terabaikan tanpa suami. 2.
Motif pribadi Motif pribadi ini berupa hal-hal yang melekat pada diri suami atau istri yang
bersangkutan. Motif ini sangat subjektif mengingat betapa seorang istri selalu harus selalu mengalah dami kebahagiaan sang suami tanpa ada yang peduli
terhadap kebahagiaannya. Sehubungan dengan motif ini, orang yang melakukan poligami harus
mempunyai alasan yang dapat dibenarkan dan dapat dipertanggung jawabkan, di antaranya:
a. Sebab yang ada pada wanita itu sendiri, seperti: sakit keras yang
menyebabkan dirinya tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri, mandul, lemah nafsu seksnya, panjang masa haid dan nifasnya,
kurang setia sehingga menyebabkan hubungan tidak intim, atau mengidap penyakit kronis. Suami dalam kondisi itu ada dalam dua pilihan, yaitu:
menceraikan istrinya yang dalam keadaan sakit dan tentunya perbuatan ini tidak berprikemanusiaan, kecuali atas izinnya karen tidak mau dipoligami
walaupun dalam keadaan sakit keras. Atau suami menikah lagi dengan perempuan lain dan menetapkan istrinya yang pertama tetap mempunyai hak
untuk mendapatkan nafkah termasuk di dalamnya biaya pengobatan. Dan hal ini adalah pilihan yang tepat dan lebih bijaksana dari keduanya.
47
b. Sebab yang berada pada diri suami, seperti: suami memiliki kemauan
seksualitas yang sangat tinggi sehingga tidak cukup hanya dengan seorang istri, ingin memiliki keturunan yang banyak karena mampu memenuhi
kebutuhan hidup dan pendidikan kepada anak-anaknya, suami sangat mencintai perempuan lain khawatir berbuat zina, suami suka bepergian jauh
dan tidak memungkinkan untuk selalu membawa istrinya bersama. c.
Sebab yang berupa kejadian yang bersifat pribadi, seperti ada kerabat yang menjanda dan membawa tanggungan banyak anak, maka ia mengawininya
untuk menanggung nafkah mereka.
48
Selain motif di atas, menurut Musjfir Al-Jahrani, ada dua motif lagi yang menjadi alasan seseorang melakukan poligami, yaitu:
1. Motif yang bersifat ekonomis, seperti poligami untuk membantu usaha atau
pekerjaannya. Contohnya yang terjadi pada masyarakat agraris. 2.
Motif yang bersifat tidak menentu, seperti seseorang yang pekerjaannya mengharuskan dia untuk hidup merantau dalam waktu yang cukup lama dan tidak
47
Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW; Poligami dalam Islam VS. Monogami Barat,
terj. Ilyas Ismail al-Sendany Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993, cet. Pertama, h. 57-63.
48
Ibid., h. 63-65
mampu membawa istrinya, karena khawatir melakukan perzinahan maka lebih baik menikah lagi berpoligami.
49
Itulah beberapa motif seseorang melakukan poligami, tentu saja kebolehan itu dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan syari’at Islam, seperti keharusan berbuat
adil dan memperlakukan dengan baik terhadap semua istri-istrinya.
B. Dampak Negatif Terjadinya Praktik Poligami terhadap Istri