Dasar Hukum Perceraian TEORI TENTANG PERCERAIAN ISTRI NUSYUZ

16 Artinya : “melepaskan ikatan pernikahan atau melepaskan tali akad nikah dengan lafaz At- Thalaq dan semisalnya.” Menurut Al- jaziri, talak ialah”: 8 Artinya: “Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata tertentu.” Jadi dari beberapa pengertian diatas meskipun berbeda-beda redaksinya, tetapi mempunyai substansi yang sama dimana talak ialah salah satu bentuk putusnya perkawinan antara suami dan istri karena sebab-sebab tertentu yang memang sudah tidak diteruskan lagi dalam ikatan pernikahan mereka demi menghilangkan kesengsaraan yang diderita, maka dapat diambil kesimpulan bahwa talak merupakan pemutus hubungan suami dan istri serta hilanglah pula hak dan kewajiban suami istri. Meskipun dalam pengucapan talak menggunakan lafaz-lafaz tertentu, namun penekanannya dimaksud dengan tujuan yang sama yaitu untuk berpisah antara suami dan istri dalam artian putusnya perkawinan.

B. Dasar Hukum Perceraian

Hidup dalam hubungan perkawinan itu merupakan sunnah Allah dan Rasul. Itulah yang dikehendaki oleh Islam. Sebaliknya melepaskan diri dari kehidupan perkawinan itu menyalahi sunnah Allah dan sunnah Rasul tersebut dan menyalahi kehendak Allah menciptakan rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah 7 Wahba zuhailiy, Al Fiqh Al Islamiy wa Adillatuhu, Juz IX damaskus : Da Al Fikr, 2007, h.6873 8 H.M.A. Tihami, Fikih Munakahat, Jakarta: Rajawali 2009 Cet.1 h.230 17 dan Warahmah. Dan pada prinsipnya suatu perkawinan itu ditujukan untuk selama hidup dan kebahagiaan yang kekal abadi bagi pasangan suami istri yang bersangkutan. 9 Meskipun demikian, ketika hubungan pernikahan itu tidak dapat dipertahankan dan kalau dilanjutkan juga akan menghadapi kehancuran dan kemudharatan, maka Islam membuka pintu untuk terjadinya perceraian. Dengan demikian, pada dasarnya perceraian atau talak itu adalah sesuatu yang tidak disenangi, memang tidak terdapat dalam Al-quran menyuruh atau melarang eksistensi perceraian itu, 10 sedangkan untuk perkawinan ditemukan beberapa ayat yang menyuruh melakukannya. Walaupun banyak ayat Al-quran yang mengatur perceraian atau talak mesti terjadi, seperti dalam firman Allah :                                                    229 Artinya: Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak 9 Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta; PT. Bumi Aksara, 1996, Cet ke 1, hal 98 10 Amir Syarifuddin,Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Jakarta : Kencana 2009 Cet.3 h.199 18 akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum- hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum- hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. Qs Al-baqarah 229 Dalam surat yang lain juga Allah berfirman yang berbunyi :           1 Artinya: Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya yang wajar At-Thalaq :1           232 Artinya: apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu para wali menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya Qs. Al-Baqarah ayat 232 Adapun hadist Nabi yang menyatakan bahwa ketidaksenangan Nabi kepada perceraian yang diriwayatkan dari Ibnu Umar menurut riwayat Abu Daud, , sabda Nabi : 11 11 Abu Daud, sunan Abu Daud, Al-Qahirah, Dar- Al-Harin, 19881408 H, Juz kedua, h.226 19 Artinya : Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah thalak . Walaupun hukum asal dari thalak itu adalah makruh, namun melihat keadaan tertentu dalam situasi tertentu, maka hukum thalaq itu adalah sebagai berikut 12 : 1. Nadab atau sunnah; yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah tidak dapat dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga kemudharatan yang lebih banyak akan timbul. 2. Mubah atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi perceraian dan tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dengan perceraian itu sedangkan manfaatnya juga ada kelihatannya. 3. Wajib yaitu seperti menalak istri yang disumpah di-ila, yaitu si suami bersumpah demi Allah bahwa dia tidak akan menjimainya selama 4 bulan. Jika waktu telah berlalu atau bila sudah 4 bulan sisuami tidak menjimainya, istrinya berhak mengadukan perkaranya ke Pengadilan Agama agar mendapat penyelesaian sebagaimana mestinya. Kemudian setelah ketua Pengadilan Agama menerima istri itu serta telah mempelajari dengan cukup bukti-bukti kebenaran istri itu, lalu mengadakan siding dan menghadirkan suaminya. Kemudian ketua Pengadilan Agama setelah mengadakan pemeriksaan sebagaimana mestinya, atas wewenang hukum untuk menceraikan suami sitri termaksud dengan sekalian talak. 13 12 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia,h.201 13 Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta :Rineka Cipta, 1992, h.265 20 4. Haram thalaq itu dilakukan tanpa alasan, sedangkan istri dalam keadaan haid atau suci yang dalam masa itu ia telah digauli.

C. Sebab-Sebab Terjadi Perceraian