49
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Jakarta Timur
1. Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Timur
Sejarah  Kelahiran  Pengadilan  Agama  Jakarta  Timur  Sebagai kelanjutan  dari  sikap  pemerintah  Hindia  Belanda  terhadap  peradilan  agama,
pada tahun 1828 dengan ketetapan Komisaris Jenderal tanggal 12 Maret 1828 nomor  17  khusus  untuk  Jakarta  Betawi  di  tiap-tiap  distrik  dibentuk  satu
majelis  distrik  yang  terdiri  dari  :  Komandan  Distrik  sebagai  Ketua,  Para penghulu masjid dan Kepala Wilayah sebagai anggota
Majelis ada perbedaan semangat dan arti terhadap Pasal 13 Staatsblad 1820 Nomor 22, maka melalui resolusi tanggal 1 Desember 1835 pemerintah
di  masa  itu  mengeluarkan  penjelasan  Pasal  13  Staatsblad  Nomor  22  tahun 1820 sebagai berikut
1
“Apabila  terjadi  sengketa  antara  orang-orang  Jawa  satu  sama  lain mengenai  soal-soal  perkawinan,  pembagian  harta  dan  sengketa-sengketa
sejenis  yang  harus  diputus  menurut  hukum  Islam,  maka  para  “pendeta” memberi keputusan, tetapi gugatan untuk mendapat pembiayaan  yang timbul
dari  keputusan  dari  para  “pendeta”  itu  harus  diajukan  kepada  pengadilan- pengadilan biasa”. Penjelasan ini dilatarbelakangi pula oleh adanya kehendak
1
Erfaniah  Zuhriah,  Peradilan  Agama  di  Indonesia,  dalam  rentang  Sejarah  dan  pasang Surut,UIN malang Press, 2008, cet.1 h.67
50
dari  pemerintah  Hindia  Belanda  untuk  memberlakukan  politik  konkordansi dalam  bidang  hukum,  karena  beranggapan  bahwa  hukum  Eropa  jauh  lebih
baik  dari  hukum  yang  telah  ada  di  Indonesia.  Seperti  diketahui  bahwa  pada tahun  1838  di  Belanda  diberlakukan  Burgerlijk  Wetboek  BW.  Akan  tetapi
dalam  rangka  pelaksanaan  politik  konkordansi  itu,  Mr.  Scholten  van  Oud Haarlem  yang  menjadi  Ketua  Komisi  penyesuaian  undang-undang  Belanda
dengan  keadaan  istimewa  di  Hindia  Belanda  membuat  sebuah  nota  kepada pemerintahnya, dalam nota itu dikatakan bahwa :
“Untukmencegah  timbulnya  keadaan  yang  tidak  menyenangkan mungkin  juga  perlawanan  jika  diadakan  pelanggaran  terhadap  agama  orang
Bumi Putera, maka harus diikhtiarkan sedapat-dapatnya agar mereka itu dapat tinggal tetap dalam lingkungan hukumagama serta adat istiadat mereka ”.
2
Di  daerah  khusus  Ibukota  Jakarta,  berdasarkan  Keputusan  Menteri Agama  Nomor  4  Tahun  1967  lahir  Peradilan  Agama  Jakarta  dan  diadakan
perubahan  kantor-kantor  cabang  Pengadilan  Agama  dari  2  kantor  cabang menjadi 4 kantor cabang, antara lain :
a.   Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Timur b.   Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan
c.   Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Barat d.   Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
2
Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama di Indonesia, dalam rentang Sejarah dan pasang Surut hal.68
51
2. Wilayah Yurisdiksi