35
pada Pasal 152 Yang berbunyi : Bekas isteri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali ia nusyuz.
10
B. Akibat Nusyuz
Pada dasarnya nafaqah itu diwajibkan sebagai penunjang kehidupan suami istri. Bila kehidupan suami istri berada dalam keadaan yang biasa, dimana suami
maupun istri sama-sama melaksanakan kewajiban yang ditetapkan agama tidak ada masalah. Namun bila salah satu pihak tidak menjalankan kewajibannya, maka
berhaklah ia menerima hak yang sudah ditentukan, seperti istri tidak menjalankan kewajibannya berhaklah menerima nafaqah dari suaminya; sebaliknya suami
tidak menjalankan kewajibannya, berhaklah menerima pelayanan dari istrinya. Dalam hal istri tidak menjalankan kewajiban yang disebut dengan nusyuz,
menurut jumhurul ulama suami tidak wajib memberi nafaqah dalam masa nusyuznya itu. Alasan bagi jumhur itu adalah bahwa nafaqah yang diterima istri
itu merupakan imbalan dari ketaatan yang diberikannya kepada suami. Istri yang nusyuz hilang ketaatannya pada masa itu, oleh karena itu istri tidak berhak atas
nafaqah selama masa nusyuz berlangsung dan kewajiban itu kembali dilakukan setelah nusyuz istri berhenti.
11
Dari uraian diatas bahwa istri yang nusyuz dalam hal tidak taat, suka membantah, tidak menjalankan kewajibannya sebagai istri
yang baik dan menelantarkan anaknya itu tidak berhak mendapatkan nafakah dari suaminya karena istri tersebut sudah tidak mampu dalam menjalankan kewajiban
10
Ibid h.149
11
Amir syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fikih Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, h. 173-174
36
yang disyariatkan oleh agama, oleh karena itu hak nafakah istri terlaksana lagi apabila istri kembali taat dan nusyuz istri berhenti.
Sebab, wabah nusyuz akan berakibat pada rusaknya bangunan keluarga, serta
menimbulkan suasana
tidak kondusif
bagi pendidikan
anak- anak.konsekuensi akhirnya, bahtera rumah tangga menjadi oleng dan kemudian
tenggelam.
12
C. Upaya Mengatasi Nusyuz
Bahwa ada beberapa tahapan upaya mengatasi Nusyuz yang harus dilakukan suami terhadap istri yang durhaka yaitu :
Pertama: Suami memberi nasihat, atau dengan nasihat orang lain.
13
Nasihat Yang Baik, Suami berhak memberi nasihat kepada istrinya bila tanda- tanda kedurhakaan istri sudah tampak. Nasihat terbaik adalah dengan
mengembalikan si isteri kepada Allah.. Isteri yang baik terus akan terdidik dengan nasihat yang baik dari suami. Sebab itulah, bagi suami hendaknya menjadi
psikiater, sekiranya ia menasehati istri dengan hal yang sesuai baginya dan menyelaraskan wataknya serta sikapnya, diantara hal yang dapat dilakukan suami
adalah seperti memperingatkan dengan hukuman Allah bagi perempuan yang bermalam sedangkan suami marah dengannya, mengancam denagn tidak member
sebagian kesenangan materiil, mengingatkan istri pada sesuatu yang layak dan patut dan menyebutkan dampak-dampak Nusyuz, diantaranya bisa berupa
12
Abd Al-qadir Mansur,Fikih Wanita,Penerbit Zaman cet.1 2009 h.317
13
Peunoh Daly, Hukum Prekawinan Islam, Usatu studi Perbandingan dalam kalangan Ahlus- sunnah dan Negara-Negara Islam, PT Bulan Bintang Jakarta, 2005, cet.2 h.87
37
perceraian yang berdampak baginya keretakan seksistensi keluarga dan terlantarnya anak-anak,
14
Ingatkan mereka bahwa tindakannya itu telah menyakiti hati suami dan telah durhaka kepada suaminya, dan peran suami harus memberikan peringatan
dan pengajaran kepada istrinya dengan menjelaskan bahwa tindakannya itu adalah salah menurut agama dan menimbulkan risiko ia dapat kehilangan haknya. Bila
dengan pengajaran itu si istri kembali dalam keadaan semula sebagai istri yang baik, masalah sudah terselesaikan dan tidak boleh diteruskan”
15
Kedua: Jika nasihat itu tidak sedikitpun memberi kesan, dan istri tidak memperlihatkan perbaikan sikapnya dan memang secara nyata nusyuz itu telah
terjadi dengan perhitungan yang objektif, suami melakukan usaha berikutnya yaitu hendaklah suami pisah tidur dari istrinya, dalam arti menghentikan
hubungan seksual didalam firman Allah dalam suart An- nisa‟ 4 : 34 ; yang
berbunyi :
34
Artinya: dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, QS. An-nisa 4 :34
Berpisah tempat tidur dari tempat tidur yaitu suami tidak tidur bersama istrinya, memalingkan
punggungnya
dan tidak bersetubuhan dengannnya. Jika istri mencintai suami maka hal itu terasa berat atasnya sehingga ia kembali baik. Jika
14
Ali Ali Yusuf As-subki, Fiqih Keluarga, Pedoman Belkeluarga dalam Islam,Sinar Grafika Offset 2010 cet-1 h.302
15
http:halaqah.netNusyuz Pada Perspektif Undang-Undang Syariah diakses pada tgl 14-
2-2011
38
masih marah maka dapat diketahui bahwa nusyuz darinya sehingga jelas bahwa nusyuz berawal darinya. Beberapa suami ada yang meninggalkan kamar tidur
ataupun rumah ketika ia marah.
16
bila dengan usaha pisah ranjang ini istri telah kembali taat, dan persoalan sudah selesai maka tidak boleh dilanjutkan ke tahap
berikutnya.
17
Ketiga : dari penjelasan-penjelasan panjang tentang tujuan di balik langkah-langkah pereventif atas perbuatan nusyuz di atas, kita tahu bahwa
memukul istri disini bukan dimaksudkan untuk menyiksa dan menyakiti istri, menghina dan melecehkannya, atau memaksa melakukan sesuatu yang tidak
disukainya. Pukulan dimaksud untuk mendidik, seperti halnya pukulan seorang ayah terhadap anaknya atau pukulan seorang guru terhadap muridnya.
Jadi, ketiga langkah diatas memberikan nasihat yang baik, memisahkan istri ditempat tidur lain, dan memukulnya, tentu saja tidak perlu diambil ketika
terjadi keharmonisan diantara dua belah pihak, yaitu suami sitri. Ketiga langkah itu baru diambil ketika terjadi sebuah penyimpangan dari istri, ketika nasihat yang
baik tidak lagi berguna, begitu pun langkah memisahkan istri dari tempat tidur, maka penyimpangan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh istri terkadang tidak
bias diluruskan dengan cara lain selain cara ketiga.
18
16
Ibid Ali Yusuf As-subki, 2010 cet-1 h.305-306
17
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta Kencana, 2006 Cet.2 h.192
18
Abd Al-qadir Mansur,Fikih Wanita,Penerbit Zaman cet.1 2009 h.319
39
Yang terpenting untuk dicatat, yang boleh dipukul hanyalah bagian yang tidak membahayakan si istri
19
dan pukulan dalam hal ini adalah dalam bentuk ta’dib atau edukatif, bukan atas dasar kebencian. Bila dengan pukulan ringan
tersebut istri telah kembali kepada keadaan semula masalah telah dapat diselesaikan. Namun bila dengan langkah ketiga cara ini masalah belum dapat
diselesaikan baru dibolehkan suami menempuh jalan lain yang lebih lanjut yaitu dengan jalan perceraian.
D. Faktor-Faktor Penyebab Istri Nusyuz Terhadap Suami