Pengertian Nusyuz Pengertian dan Dasar Hukum Nusyuz

31

BAB III TEORI SEPUTAR NUSYUZ

A. Pengertian dan Dasar Hukum Nusyuz

1. Pengertian Nusyuz

Nusyuz secara bahasa berasal dari kata nazyaza-yansyuzu-nasyazan wa nusyuzan, yang bebarti meninggi, menonjol, durhaka, menentang, atau bertindak kasar. 1 Secara definitive nusyuz diartikan dengan : “Kedurhakaan istri terhadap suami dalam hal menjalankan apa-apa yang diwajibkan Allah atasnya. 2 Nusyuz juga diartikan sebagai kedurhakaan istri terhadap suami dan pembangkangannya atas perintah Allah dalam ketaatan terhadap suami ataupun penolakan istri atas ajakan suami untuk bersetubuh, ataupun keluarnya istri dari rumah tanpa seizin dari suami.dalam hal ini Nusyuz ialah penolakan atau pembangkangan intri terhadap suami terhadap hal-hal yang menjadikan otoritas suami untuk mendidik istrinya, seperti keluar tanpa izin suami, meninggalkan perintah Allah, seperti Shalat, atau berkhianat terhadap suaminya dalam urusan harta dan jiwa. 3 Kemudian nusyuz adalah tindakan istri yang dapat ditafsirkan menentang atau membandel atas kehendak suami. Tentu saja kehendak suami yang tidak 1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Progresif, 1997 Cet. XIV, h. 1418-1419 2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta Kencana, 2006 Cet.2 h. 190- 191 3 Sayyi sabiq, Fiqih Sunnah, Juz II, Semarang : Toha putra h. 179 32 bertentangan dengan hukum agama. Apabila kehendak suami bertentangan atau tidak dapat dibenarkan oleh agama, maka istri berhak menolaknya. Dan penolakan tersebut bukanlah sifat nusyuz durhaka . 4 Adapun beberapa perbuatan yang dilakukan istri, yang termasuk nusyuz, antara lain : a. Suami telah menyediakan rumah yang sesuai dengan keadaan suami, tetapi istri tidak mau pindah kerumah itu, atau istri meninggalkan rumah tangga tanpa izin suami . b. Apabila suami istri tinggal dirumah kepunyaan istri dengan izin istri, kemudian pada suatu waktu istri mengusir melarang suami masuk rumah itu, dan bukan karena minta pindah kerumah yang disediakan oleh suami. c. Istri menolak ajakan suaminya untuk menetap dirumah yang disediakannya, tetapi istri berkeberatan dengan tidak ada alasan yang pantas. d. Apabila istri bepergian dengan tidak beserta suami atau mahramnya, walaupun perjalanan itu wajib, seperti pergi haji, karena perjalanan perempuan yang tidak beserta suami atau mahram terhitung maksiat. 5

2. Dasar Hukum Nusyuz