Tabel 6.1. Identifikasi Penyebab Kurang Efektifnya Existing Maintenance
Faktor Umum
Mengapa Terjadi? Level 1
Level 2 Level 3
Manusia operator
Operator produksi tidak terlibat dalam menjaga
fungsi mesin, hanya oleh operator
maintenance. Kurang memahami cara
operasi mesin, fungsi dan kegagalan fungsi mesin.
Belum tersedianya kesatuan kerangka kerja
framework bagian maintenance dan produksi
Mesin dan peralatan
Kerusakan mesin peralatan
High component failure bearing
Belum tersedianya metode yang sesuai
dengan karakterisrik komponen
Identifikasi secara dini terhadap kegagalan tidak ada.
Metode Preventive maintenance
Prosedur kurang memadai -
Tindakan perawatan tiap komponen belum diketahui
pasti -
Lingkungan High temperature Sifat operasi
-
Dapat dilihat pada Tabel 6.1 bahwa faktor kerusakan mesin yang disebabkan oleh prosedur yang kurang jelas terdapat hingga penyebab level 3.
Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan, bahwa faktor kerusakan mesin yang merupakan kegagalan mesin dalam menjalankan fungsinya
merupakan faktor yang kritis karena proses produksi kertas rokok di PT. PDM Indonesia adalah continuous process.
6.2. Analisa Logic Tree Analysis
Proses yang dilakukan pada tahap Logic Tree Analysis LTA dengan pendekatan RCM adalah memberikan kategori komponen berdasarkan mode
kerusakan yang sudah dibuat pada langkah FMEA. Kategori yang diperoleh dengan pendekatan RCM dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.2. Kategori Komponen
No. Kategori
Komponen Utama
Persentase
1. A atau DA
- -
2. B atau DB
99 100
3. C atau DC
- -
TOTAL 99
100
Berdasarakan Tabel 6.2. dapat dilihat bahwa tidak ada kegagalan yang termasuk dalam kategori safety problem kegagalan peralatan yang menyebabkan
masalah pada kesalamatan operator. Semua komponen dryer section berada dalam kategori outage paroblem kegagalan komponen yang menyebabkan
berhentinya sebagian unit proses dryer section ataupun sistem paper making secara keseluruhan. Kegagalan komponen ini dapat menyebabkan kegagalan
fungsi operasi, seperti kegagalan dalam proses pengeringan, kegagalan dalam proses pelumasan chemical, dan kegagalan suplai arus listrik.
6.3. Perencanaan Pemeliharaan Paper Machine
Perancanaan pemeliharaan didefinisikan sebagai penentuan sebelum pekerjaan dilakukan meliputi cara, bahan, alat, mesin, karyawan dan waktu yang
diperlukan.
6.3.1. Analisis Pemilihan Tindakan
Pada Tabel 6.3. berikut ini dapat dilihat rekomendasi tindakan yang dihasilkan dengan pendekatan Reliability Centered Maintenance RCM sebagai
perencanaan tindakan terhadap masing-masing komponen.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.3. Tindakan Perawatan Komponen
No. Kategori
Komponen Persentase
1. Condition directed
75 76
2.. Failure finding
14 14
3. Run to failure
10 10
TOTAL
99 100
Berdasarkan Tabel 6.3, dapat dilihat bahwa ada 76 komponen yang termasuk dalam kategori tindakan pemeliharaan condition directed. Pada kategori
ini, pemeliharaan komponen dilakukan dengan mendeteksi kerusakan, apabila dalam pemeriksaan ditemukan gejala-gejala kerusakan, maka dilanjutkan dengan
perbaikan atau penggantian komponen. Sebanyak 14 komponen termasuk dalam kategori failure finding, yang berarti pemeliharaannya bertujuan menemukan
kerusakan peralatan tersembunyi dengan pemeriksaan berkala. Komponen yang termasuk run to failure sebanyak 10. Komponen tersebut direkomendasikan
masuk dalam kategori tersebut karena dilihat dari kemudahan pemasangan, dan tidak ada tindakan ekonomis yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan.
Untuk 4 komponen kritis yang diteliti, pemeliharaan dilakukan dengan condition directed yang meliputi mendeteksi kerusakan dengan cara vibration
monitoring, temperature monitoring, wear particle analysis dan melakukan pemeriksaan dengan alignment inspection dan lubricant oil analysis. Instrumen
yang diperlukan meliputi vibrometer untuk mendeteksi getaran, accelerometer untuk mendeteksi kecepatan putarab roll, temperature test mendeteksi temperatur
komponen, dan spectrometric mendeteksi gesekan antar logam.
Universitas Sumatera Utara
6.3.2. Pengendalian Persediaan Bahan
Perusahaan mengoperasikan dan memelihara pabrik dan mesin pada periode tertentu. Penyimpanan catatan riwayat mesin, informasi manajemen
mengenai cara kerja mesin, catatan-catatan persediaan gudang yang benar akan membantu perusahaan untuk menentukan suku cadang mana yang seharusnya
disimpan sebagai persediaan. Komponen itu bukan hanya merupakan benda yang perputarannya cepat fast moving item, tetapi juga merupakan suku cadang vital
untuk bagian-bagian kunci dari mesin, dimana ketidaktersediaan komponen ini bisa menyebabkan terhentinya suatu proses atau lini manufaktur lengkap.
Sumber informasi yang lengkap akan berguna untuk menyusun tingkat persediaan gudang maksimum dan minimum dan mengetahui kuantitas pesanan
berdasarkan metode EOQ Economic Order Quantity, dimana ciri-cirinya adalah jumlah unit pemesanan tetap dan waktu antar pemesanan bervariasi.
Untuk bearing dryer diperlukan 13 unit pertahun, flatbelt sebanyak 10 unit pertahun, bearing sizepress diperlukan 11unit dan gear coupling sebanyak 12 unit
pertahun.
6.3.3. Penggunaan Tenaga Kerja dan Pembebanan Kerja
Tingkat kebutuhan tenaga kerja hanya dapat ditentukan jika perencanaan dan pengendalian yang sesuai dengan pemeliharaan sudah dilakukan, dan catatan
yang dapat diandalkan disimpan dan dianalisis secara rutin terhdap hasil pemeliharaan yang dikerjakan.
Universitas Sumatera Utara
Tenaga kerja dan pembebanan kerja adalah fungsi-fungsi yang erat hubungannya dengan penentuan prioritas. Untuk kasus di PT. PDM Indonesia,
diperlukan 2 orang tenaga kerja maintenance tiap sekali kerusakan komponen. Untuk kebutuhan gerinda, ataupun pembubutan pada komponen tertentu cukup
dikerjakan oleh 1 tenaga kerja maintenance.
6.3.4. Perhitungan Selang Waktu Penggantian
Setelah didapatkan nilai MTTF dan parameternya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan selang waktu penggantian yang
optimum dengan kriteria downtime yang minimum. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode total minimum downtime. Penentuan selang waktu
penggantian dilakukan dengan cara trial and error. Untuk komponen bearing dryer dengan menggunakan metode total
minimum downtime. didapat bahwa selang waktu penggantian sebesar 28 hari. Artinya bahwa komponen bearing sudah harus diganti pada saat waktu siklus ke-
28. Sedangkan untuk komponen flat belt diperoleh selang waktu waktu penggantian sebesar 39 hari. Yang berarti bahwa komponen tersebut sudah harus
diganti pada saat waktu siklus ke-39. Untuk komponen bearing size press dengan menggunakan metode total minimum downtime. didapat bahwa selang waktu
penggantian sebesar 35 hari. Artinya bahwa komponen bearing sudah harus diganti pada saat waktu siklus ke-35. Sedangkan untuk komponen gear coupling
diperoleh selang waktu waktu penggantian sebesar 31 hari. Yang berarti bahwa komponen tersebut sudah harus diganti pada saat waktu siklus ke-31.
Universitas Sumatera Utara
6.4. Analisa Biaya Penggantian Komponen
Perhitungan pemeliharaan saat ini sebelum penggantian yang terencana meliputi ongkos tenaga kerja, pembelian komponen dan biaya kehilangan
produksi. Sedangkan untuk perhitungan ongkos pemeliharaan usulan dilakukan berdasarkan selang waktu penggantian yang diperoleh dengan menggunakan
metode total minimum downtime. Analisa biaya penggantian komponen sebelum penjadwalan dan sesudah penjadwalan dapat dilihat pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4. Analisa Biaya Penggantian Komponen Komponen
Sebelum Penjadwalan
Sesudah Penjadwalan
Penghematan Penghematan
Bearing Dryer 369.956.653
54.846.844 315.109.809
85,17
Flat Belt Main Drive 120.539.322
117.113.940 3.425.382
2,84
Bearing SizePress 144.116.335
59.666.434 84.449.901
58,59
Gear Coupling Dryer 349.248.666
86.475.043 262.773.623
75,23
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil yang diperoleh dari empat kategori mode kegagalan berdasarkan
gejalasymptoms yang dapat diidentifikasi, yakni: a.
Tidak ada komponen yang masuk dalam kategori A safety problems, artinya tidak ada kegagalan komponen yang menyababkan masalah pada
keselamatan operator. b.
Kategori B outage problem, kategori ini mencapai angka 100 berdasarkan pengelompokan komponen.
c. Tidak ada komponen yang masuk dalam kategori C economic problem,
artinya tidak ada komponen yang bila terjadi kegagalan, komponen tidak menyebabkan masalah keselamatan demikian juga berhentinya operasi.
2. Rekomendasi tindakan yang dihasilkan melalui pendekatan RCM yakni:
a. Condition Directed C.D, yaitu tindakan yang diambil yang bertujuan
untuk mendeteksi kerusakan dengan cara visual inspection, memeriksa alat, serta memonitoring sejumlah data yang ada. Tindakan ini mencapai
angka sekitar 76 berdasarkan pengelompokan komponen. b.
Finding Failure F.F, yaitu tindakan yang diambil dengan tujuan untuk menemukan kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara