BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
PT. PDM Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan pembuatan kertas rokok
. Kertas rokok tersebut diproduksi dalam dua bentuk
yaitu bobbin dan ream .
Hasil produksinya sebagian besar diproduksi untuk memenuhi kebutuhan di Pulau Jawa dan sebagian lagi di Pulau Sumatera.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Kualitas
produk kertas rokok sangat menentukan tingkat persaingan. Industri yang tidak mampu menghasilkan kualitas produk yang baik akan tersingkirkan oleh industri
pesaingnya. Pada saat ini perusahaan telah menerapkan metode preventive maintenance
dalam pemeliharan mesin dan peralatan. Namun di lapangan, aktifitas produksi sering mengalami hambatan karena tidak berfungsinya mesin produksi. Karena proses
produksi berbentuk continous process, maka salah satu komponen mengalami kerusakan akan menyebabkan terhentinya keseluruhan fungsi sistem. Kegagalan
dalam operasi mesin mengakibatkan downtime yang dapat menurunkan performance perusahaan dalam menghasilkan produk
. Terlihat dari data perusahaan selama tahun 2008-2009, total delay maintenance sebesar 60,84 jambulan. Perusahaan menjadi
Universitas Sumatera Utara
tidak mampu memenuhi kuantitas produk yang diinginkan oleh konsumen pada waktu yang telah disepakati. Dalam keadaan normal, perusahaan seharusnya mampu
menghasilkan 7,5 jumbo roll per hari atau 2,5 jumbo roll per shift. Berarti dari segi kuantitas, perusahaan kehilangan 0,633 jumbo roll per hari. Selain itu, hal tersebut
berdampak pada kualitas produk tidak mencapai grade yang diinginkan. Ada 33 grade kertas rokok sesuai dengan permintaan konsumen. Grade yang memiliki porsi
permintaan terbesar adalah Fil LSTHOS. Seringkali akibat kerusakan mesin, produksi kesulitan menghasilkan produk dengan grade tersebut. Bila masih
memungkinkan, produk itu dimasukkan ke grade dibawahnya, namun
konsekuensinya terjadi penumpukan barang jadi yang sebenarnya belum dibutuhkan divisi penjualan. Akibat yang lebih parah, apabila kerusakan mesin menyebabkan
produk diluar spesifikasi atau hanya menjadi broke. Dalam hal ini kerusakan mesin bukan hanya berdampak terhadap besarnya waktu menganggur, tetapi juga efek
terhadap keluaran yang bernilai guna karena pemakaian bahan baku dan daya terbuang percuma. Hal ini disebabkan karena perusahaan belum menemukan sistem
perawatan yang optimal dan ketidakefektifan kinerja sumber daya manusia dalam
melakukan pemeliharaan.
1.2. Rumusan Permasalahan