Tujuan pembentukannya Landasan hukumnya

41 materi muatan yang diatur dalam undang-undang tentang perlindungan saksi dan korban meliputi: 45 1. Perlindungan dan hak saksi dan korban; 2. Lembaga perlindungan saksi dan korban; 3. Syarat dan tata cara pemberian perlindungan dan bantuan; dan 4. Ketentuan pidana

2. Tujuan pembentukannya

Perlu di tegaskan kembali bahwa tujuan pembentukan Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban PSK, untuk memberikan perlindungan terhadap saksi harus diberikan atas dua hal: perlindungan hukum dan perlindungan khusus terhadap ancaman. Perlindungan hukum dapat berupa kekebalan yang diberikan kepada pelapor dan saksi agar tidak dapat digugat secara atau dituntut secara perdata. Tentu dengan catatan, sepanjang yang bersangkutan memberikan kesaksian atau laporan dengan i‟tikat baik atau yang bersangkutan bukan pelaku tindak pidana itu sendiri. Perlindungan hukum lain berupa larangan bagi siapapun untuk membocorkan nama pelapor atau kewajiban merahasiakan nama pelapor disertai dengan ancaman pidana terhadap pelanggarannya. Semua saksi, pelapor, dan korban memerlukan perlindungan hukum ini. Perlindungan khusus kepada saksi, pelapor dan korban diberikan oleh 45 Ibid., Cet. Ke-1. h. 19, lihat juga penjelasan undang-undang nomor 13 tahun 2006 42 Negara untuk mengatasi kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan harta bendanya, termasuk keluarganya. Karena itu, perlindungan pun harus meliputi perlindungan atas keamanan pribadi dari ancaman fisik, mental, dan harta benda. Perlindungan semacam ini harus dilakukan terhadap seluruh saksi atau pelapor, termasuk Vincentius Amin Sutanto, sebagai saksi dan pelapor dugaan tindak pidana Asian Agri meski dia terlibat tindak pidana tersendiri. 46

3. Landasan hukumnya

Adapun yang menyebabkan adanya landasan hukum ini yang mendasari di bentuknya Undang-undang No. 13 tahun 2006 ini adalah: 1. Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia HAM, pasal 1dan 3, dan pasal 7. 2. Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. 3. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi. 4. Peraturan pemerintah No. 57 Tahun 2003 tentang tata cara perlindungan khusus terhadap pelapor dan saksi dan, 5. Peraturan ini ditindak lanjuti dengan peraturan kepala kepolisian Negara Republik Indonesia No. 17 Tahun 2005, yang belaku sejak 30 desember 2005. 46 Yunus Husein, “Sang Pelapor dan Perlindungan Saksi” Saturday 12 Januari 2008 43

4. Susunan dan isi