60
BAB IV PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DALAM KASUS
PIDANA DI INDONESIA
A. Pandangan Hukum Islam Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban
Hukum Islam bersumberdari al- Qur‟an, al-Hadits dan ijma‟ para sahabat
dan tabi‟in. Al-Qur‟an dan al-Hadits melengkapi sebagian besar dari hokum- hukum Islam, kemudian para sahabat menambahkan atas hukum-hukum itu.
Aneka hokum yang diperlukan untuk menyelesaikan kemuskilan-kemuskilan yang terjadi dalam masyarakat. Karena dapat dikatakan bahwa
syari‟at hukum Islam adalah hokum-hukum yang bersifat umum yang dapat diterapkan dalam
perkembangan hukum Islam menurut kondisi dan situasi masyarakat. Hukum Islam mempunyai gerak yang tetap dan perkembangan yang terus menerus
karenanya hukum Islam senantiasa berkembang dan perkembangan itu merupakan tabi‟at hukum Islam yang terus hidup.
56
Menurut hukum Islam kesedian menjadi saksi dan mengemukan kesaksian oleh orang yang menyaksikan peristiwa atau perkara pidana hukumya fardhu
kifayah.
57
Hal ini didasarkan pada dalil-dalil yang antara lain sebagai berikut: Firman Allah SWT
56
Hasbi Ash-Shiddiqi, Filsafat Hukum Islam Jakarta: Bulan Bintang, 1975 h. 44
57
Abdurrahman umar, Kedudukan saksi dalam peradilan menurut hukum Jakarta: PT. Pustaka al-Husna, 1986, cet ke 1 h. 41
61
ا ق لا 2
: 283
Artinya: “Dan janganlah kamu para saksi Menyembunyikan persaksian.
dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya
” QS. 2 al-Baqarah. 283
ق لا 2
: 282
Artinya: “Janganlah saksi-saksi itu enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil
” QS. 2 al-Baqarah 282 Muhammad Abduh menjelaskan makna ayat-ayat diatas bahwa seseorang
yang menemui peristiwa pidana yang ia saksikan dan disadari oleh pikirannya dan hati nuraninya maka dapat diibaratkan ia memenjarakan kesaksian tersebut dalam
hatinya, yang dengan demikian menjadikan dirinya itu orang yang berdosa.
58
Sabda Rasulullah saw: “Dari Zaid dan Khalid al-Juhani, bahwasanya Nabi saw. Telah bersabda:
Apakah tidak kukabarkan kepadamu tentang sebaik-baiknya saksi? Yaitu orang yang memberikan kesaksiannya sebelum ia diminta mengemukakannya” HR. al-
Baihaqi dan al-Tirmidzi Ayat dan hadits diatas jelas mengemukakan kesaksian dalam suatu perkara
pidana di pengadilan mengemukakan kesaksian dalam suatu perkara dipengadilan merupakan suatu hal yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasulnya, terutama
terhadap seseorang dimana hanya dia sendiri yang dapat mengemukan kesaksian, sedangkan hak di dalam peristiwa tersebut tidak akan ditegaskan tanpa adanya
kesaksian. Tujuan perlindungan saksi menurut hukum Islam tidak terlepas dari tujuan
hidup manusia itu sendiri, yaitu mengabdi kepada Allah. Hukum buat agama Islam
58
Muhammad Abduh, Tafsir al-Manar Mesir: Maktabah al-Qahirah, 1960, h. 132
62 hanya berfungsi mengatur kehidupan manusia, baik pribadi maupun dalam
hubungan mansyarkat yang sesuai dengan kehendak Allah, untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Dengan kata lain, hukum dalam agama Islam
terlingkup dalam masalah ta‟abbudi. Sesuai dengan tujuan hukum Islam
ta „abbudi di atas, maka metode penemuan hukumnya adalah deduktif dan kasuistik. Setiap peristiwa hukum
haruslah diatur menurut aturan-aturan pokok yang ada dalam sumber-sumber pokok hukum Islam yaitu Al Qur‟an dan Hadits Nabi. Dalam Islam adanya hukum
terlepas dari ada atau tidaknya suatu masyarakat. Dalam hukum Islam, martabat dan hak hidup manusia serta hak-hak yang
melekat padanya telah mendapatkan perhatian yang maksimal. Dengan demikian manusia memiliki hak al Karamah hak pemuliaan dan hak al Fadhilah
pengutamaan manusia. Apalagi misi Rasulullah SAW adalah rahmatan lil „alamin, dimana keselamatan atau kesejahteraan merupakan tawaran untuk
manusia dan alam semesta. Misi atau tujuan hukum islam di atas disebut al Khams lima prinsip dasar yang meliputi:
59
a. Hifzhud din, memberikan jaminan hak kepada umat islam untuk memelihara
dan keyakinan. Sementara itu islam juga menjamin sepenuhnya atas kelompok agama yang bersifat lintas etnis, oleh karena itu islam menjamin kebebasan
agama.
59
Ramli Atmasasta, HAM dan Penegakan Hukum Bandung, Bina Cipta, 1997 h. 159
63 b.
Hifzhun Nafs, jaminan hak atas setiap jiwa manusia, untuk tumbuh dan berkembang secara layak. Dalam hal ini Islam menutut adanya keadilan hak
kemerdekaan, bebas dari penganiayaan dan kesewenang-wenangan. c.
Hifzhul Aql, adanya suatu jaminan atas kebebasan berkreasi, kebebasan mengeluarkan opini. Dalam hal ini Islam melarang terjadinya pengrusakan akal
dalam bentuk penyiksaan, minuman keras dan lain-lain. d.
Hifzhul Nasl, jaminan atas kehidupan privasi setiap individu, perlindungan atas profesi, jaminan masa depan dan keturunan. Free sex, zina, serta homoseksual,
menurut syara‟ adalah perbuatan yang dilarng karena bertentangan dengan hifzhul-nasl.
e. Hifzul Mal, jaminan atas pemilikan harta benda dan lain-lain. Dan larangan
adanya tindakan mengambil hak dari harta orang lain, seperti mencuri, korupsi, monopoli, dan lain-lain.
Seorang saksi dalam kasus perkara pidana dipengadilan hendaknya diketahui setatusnya. Status saksi adakalanya berfungsi sebagai syarat hukum dan
adakalanya ia berfungsi sebagai alat bukti. Bahkan, adakalanya ia berfungsi sebagai syarat hokum sekaligus syarat pembuktian.
Kesaksian dalam setiap kasus pidana islam menempati urutan kedua setelah pengakuan. Keadaan seorang saksipun dalam hukum islam sangat
dilindungi dari ancaman-ancaman yang memberatkannya untuk memberikan keterangan dalam sebuah proses pengadilan baik itu ancaman dari pelaku maupun
dari yang lain. Untuk mengungkap suatu kasus pidana maka keberadaan seorang saksi
sangat urgen. Karena, tanpa adanya seorang saksi maka laporan bisa dibatalkan. Islam sangat melindungi hak-hak kebebasan hidup seseorang, baik orang tersebut
64 dalam keadaan baik maupun dalam melakukan tindak criminal. Seseorang tidak
dapat dihadapkan ke pengadilan tanpa adanya laporan dan kedudukan laporan tidak akan kuat tanpa adanya kesaksian dari seorang saksi.
Perlindungan seorang saksi mutlak harus terjamin karena biasanya seorang yang mendapatkan tekanan atau ancaman untuk bersaksi cenderung memberikan
kesaksian palsu dalam suatu perkara pidana dipengadilan karena seandainya seorang saksi memberikan kesaksian dengan sejuurnya maka ia merasa takut
jiwanya akan terancam. Maka sehubungan dengan hal tersebut perlu di lakukan perlindungan bagi
saksi yang sangat penting keberadaannya dalam proses peradilan pidana. Kesaksian merupakan salah satu alat bukti yang penting karena saksi merupakan
orang yang mendengar, melihat, dan mengalami sendiri tindak pidana. Demikian pentingnya posisi keterangan saksi maka keberadaannyapun harus selalu
terlindungi dari segala ancaman yang memberatkannya untuk memberikan kesaksian.
Dalam proses peradilan tindak pidana yang berat baik hukum Islam maupun hukum positif keberadaan saksi perlu di berian perlindungan baik fisik
maupun mental dari ancaman, gangguan, terror kekerasan dari pihak manapun. Dengan jaminan pemberian perlindungan tersebut diharapkan saksi dapat
memberikan keterangan yang benar sehingga proses peradilan bisa brjalan dengan baik.
B. Pandangan Hukum Positif Terhadap Perlindungan Saksi dan korban