Pasal 6 Pasal 7 Kajian Pasal –Pasal tentang perlindungan Hukum dalam Undang-Undang

49 dituntut balik dengan tuntutan pencemaran nama baik dan sebagainya, para saksi menjadi korban dari apa yang meraka suarakan. Hak atas status hukum bukan berarti bahwa seseorang tidak dapat dijadikan tersangka atau terdakwa tetapi lebih kearah pemberian posisi pada saksi yang mengungkapkan suatu tindak pidana untuk menjadi korban atas kesaksiannya tersebut.

3. Pasal 6

Dalam pasal 6 korban dalam pelanggaran hak asasi manusia yang berat, selai berhak atas hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, mereka juga berhak mendapatkan bantuan medis; dan bantuan rehabilitasi psiko-sosial. Penjelasan ketentuan tentang bantuan medis ini adalah bahwa tindak kekerasan pada dasarnya menyebabkan penderitaan fisik pada korban dan dalam hal ini negara berkewajiban untuk memberikan bantuan pada korban untuk membantu menyembuhkan luka-lukanya. Sedangakan penjelasan menganai bantuan rehabilitasi psiko-sosial adalah adanya korban yang menderita trauma atau masalah kejiwaan lainnya, bantuan psikolog sangat diperlukan untuk membentunya kembali menjalani kehidupan yang telah dikacaukan oleh adanya kekerasan. Pengertian rehabilitasi haruslah secara jelas ditentukan yang mencakupi pelayanan hukum, psikologis, perawatan medis, dan pelayanan atau perawatan lainnya, maupun tindakan untuk memulihkan martabat dan reputasi nama baik sang korban. Dalam ketentuan tentang pemberian bantuan medis dan rahabilitasi psiko sosial ini tidak ada ketentuan yang menyebutkan bahwa bantuan ini dapat 50 diberikan sesegera mungkin kepada korban atau segera setelah korban mengalami kejahatan terhadap dirinya. Ketentuan mengenai bantuan yang sifatnya segera ini seharusnya juga menjadi ketentuan yang baku agar para korban dapat mendapatkan penanganan secara cepat sehingga tujuan atas pemulihan terhadap korban ini tercapai.

4. Pasal 7

1 Korban melalui LPSK berhak mengajukan ke pengadilan berupa: a. hak atas kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia yan berat; b. hak atas restetusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindak pidana 2 Keputusan mengenai kompensasi dan restetusi di berikan oleh pengadilan 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi dan restetusi di atur dengan peraturan pemerintah Peraturan pemerintah ini mengatur tata cara melaksanakan konpensasi, restitusi, dan rehabilitasi kepada pihak korban, dari mulai proses di terimanya salinan putusan kepada instansi pemerintah terkait saksi dan korban sampai dengan pelaksanaan pengumuman pengadilan dan pelaksanaan laporan. Dan dari keterangan diatas maka undang-undang ini di perlengkap lebih terperinci yang di nyatakan pada Bab I pasal 2 ayat 1 sampai 2, dan Bab II pasal 3 ayat 1 sa mpai pasal 5 yang berisikan tentang: Ayat 1 51 Yaitu tentang kompensasi, restitusi, danatau rehabilitasi di berikan kepada korban atau keluarga korban yang merupakan ahli warisnya. Ayat 2 “ proses pemberian kompensasi, restitusi danatau rehabilitasi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 harus di lak sanakan secara cepat, tepat dan layak.” Dan di lanjutkan juga untuk lebih jelas dan terarah dengan sempurna dan ayat tersebut kepada ayat 1 sampai 5 pasal 3 bab II yang berupa: Ayat 1 Instansi pemerintah terkairt bertugas melaksanakan pemberian kompensasi dan rehabilitasi berdasarkan putusan pengadilan HAM yang telam memperoleh kekuatan hukum tetap. Dan penjelasan ayat 2 adalah: Ayat 2 Dalam hal kompensasi dan atau rehabilitasi menyangkut pembiayaan dan perhitungan keuangan Negara, pelaksanaannya dilakukan oleh departemen Keuangan. Kemudian pasal 4 adalah: Pasal 4 Pemberian restitusi dilaksanakan oleh oleh pelaku atau pihak ketiga berdasarkan perintah yang tercantum dalam amar putusan pengadilan HAM. Yang selanjutnya dalam pasal 5 adalah: Pasal 5 Pelaksanan putusan pengadilan HAM oleh instansi pemerintah terkait sebagaimana di maksud dalam pasal 3 ayat 1 wajib dilaporkan kepada 52 pengadilan HAM yang mengadili perkara yang bersangkutan dan jaksa agung paling lambat 7 tujuh hari kerja terhitung sejak tanggal putusan di laksanakan. Adapun salinan dari keterangan tentang undang-undang yang mengatur masalah perlindungan saksi dari ancaman, tata cara memperoleh perlindungan, mendapatkan restitusi, rehabilitasi, kompensasi, dan penghentian untuk tidak bersangkutan kembali oleh LPSK, yaitu guna untuk mengetahui kepastian hokum dan peraturan perlindungan saksi dan korban dari tindak kejahatan.

5. Pasal 8