Pembahasan Analisa Faktor Penyebab Stres Dan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 Dalam Menghadapi Pendidikan Profesi NERS

kesulitan-kesulitan yang ada berkaitan pada masalah interpersonal, perasaan frustasi dan perasaan lelah yang muncul pada saat kebutuhan mahasiswa tidak teridentifikasi dengan baik, serta situasi nyata di lapangan yang tidak sekedar menggambarkan situasi di teori. Dari penelitian ini juga diperoleh tingginya angka responden menjawab pernyataan nomor 2, 4 dan nomor 10. Untuk nomor 2 diperoleh 51,0 responden menyatakan bahwa kadang-kadang mereka merasa tidak nyaman dengan beberapa petugas kesehatan yang ada di rumah sakit. Kesulitan menjalin hubungan yang baik dengan petugas kesehatan di rumah sakit dapat menyebabkan ketidaknyamanan seperti adanya konflik yang akan timbul, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan dan gagal membentuk tim kerja yang baik sesuai dengan penelitian Nurgiwiati, E Desmaniarti, 1999 yang berjudul pengembangan daftar pengungkap sumber stres dan proses koping bagi mahasiswa keperawatan Depkes Bina Diknakes. Untuk pernyataan nomor 4 diperoleh 64,7 responden menyatakan bahwa kadang-kadang mereka merasa waktu yang diberikan tidak cukup untuk menyelesaikan tugas secara maksimal. Untuk pernyataan nomor 10 diperoleh bahwa sebanyak 43,1 responden menyatakan bahwa sering mereka merasa tertekan karena kurangnya dukungan dan perhatian dosen pembimbing. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mc. Grath, dkk 1989 di Inggris, menemukan kesepakatan tentang sumber stres dalam bidang keperawatan yaitu waktu tidak mencukupi untuk melaksanakan tugas secara memuaskan dan waktunya telah ditentukan. Faktor stres lain yang dialami mahasiswa regular adalah pemahaman mahasiswa yang terbatas terhadap tugas profesi, lingkungan baru, pengalaman pertama berinteraksi dengan pasien dan perannya sebagai perawat yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien, serta keharusan bertanggung jawab pada perawat ruangan. Mahasiswa regular yang belum memiliki gambaran tentang realitas di lahan praktek menyebabkan mahasiswa merasa tertekan ketika berhadapan dengan pasien, prosedur perawatan, teman sejawat yang sebagian besar belum memahami tujuan pembelajaran dan keterbatasan mahasiswa di lahan praktek membuat mahasiswa regular stres dan frustasi Syahreni Waluyanti, 2007. Menurut Dwiyanti 2001 tidak adanya dukungan sosial diartikan bahwa stres akan cenderung muncul pada para individu yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, individu yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan khususnya moril dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sejawatnya akan cenderung lebih mudah terkena stres. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya. Davis dan Newstrom dalam Nurgiwiati, E Desmaniarti, 1999 yang berjudul pengembangan daftar pengungkap sumber stres dan proses koping bagi mahasiswa keperawatan Depkes Bina Diknakes stres kerja disebabkan tugas yang terlalu banyak, terbatasnya waktu, kurang mendapatkan tanggungjawab, ambiguitas peran, perbedaan nilai, frustasi, perubahan tipe pekerjaan, dan perubahan atau konflik peran. Adanya tugas yang terlalu banyak memang tidak selalu menjadi penyebab stres, namun akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi individu. Sementara terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan mampu memicu terjadinya stres karena bila seseorang yang biasanya mempunyai kemampuan menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, individu dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan atasan DavisNewstron,2001.

5.2.1.2 Faktor Kondisi Personal

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penyebab stres dari faktor kondisi personal yang paling banyak adalah pernyataan 16 yakni mereka merasa mengeluarkan biaya yang cukup banyak selama masa profesi, ada 52,9 menyatakan selalu merasa mengeluarkan biaya yang cukup banyak selama masa profesi . Dari penelitian ini juga diperoleh tingginya angka responden menjawab pernyataan nomor 15, 17 dan nomor 19. Untuk nomor 15 diperoleh bahwa sebanyak 56,9 responden menyatakan bahwa sering mereka merasa bosan dan jenuh dengan rutinitas yang monoton. Untuk pernyataan nomor 17 diperoleh bahwa sebanyak 68,6 responden menyatakan bahwa kadang-kadang mereka merasa tertekan karena terbatasnya ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Untuk pernyataan nomor 19 diperoleh bahwa sebanyak 51,0 responden menyatakan bahwa kadang-kadang mereka merasa tertekan karena harapan tugas seorang perawat tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan. Menurut NSSS Nursing Student’s Stress Scale terdapat 6 sumber stress pada mahasiswa keperawatan yaitu adequate knowledge, close supervision, averse sights, causing pain, insufficient resources, dan reality conflict Wang, 2009. Perawat dituntut sebagai tenaga serba bisa, memiliki inisiatif, berperilaku kreatif serta memiliki wawasan yang luas dengan motivasi bekerja keras, berakal cerdas, berjiwa ikhlas, kerja tuntas dan berkualitas sesuai dengan profesi seorang perawat ArwaniHeru, 2004. Oleh karena itu dengan adanya tuntutan tersebut maka mahasiswa merasa tertekan karena masih terbatasnya ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mahasiswa miliki karena belum memiliki banyak pengalaman selama belajar di klinik atau komunitas. 5.2.2 Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mekanisme koping yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa adalah distancing dengan pernyataan nomor 4 yakni untuk menghilangkan kejenuhan saya mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa diperoleh bahwa sebanyak 84,3 responden menyatakan selalu menggunakan mekanisme koping distancing sesuai dengan pernyataan nomor 4. Para ahli menggolongkan dua strategi koping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari Lazarus Folkman, 1984. Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapai masalah- masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan perkuliahan atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi seperti dibutuhkan banyaknya biaya selama menjalani pendidikan profesi ners. Dari penelitian ini juga diperoleh tingginya angka responden menjawab pernyataan nomor 1, 6 dan nomor 8. Untuk nomor 1 diperoleh bahwa sebanyak 56,9 menyatakan selalu dengan pernyataan saya harus menyelesaikan segala masalah yang timbul selama masa profesi ini sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Untuk pernyataan nomor 6 diperoleh bahwa sebanyak 52,9 menyatakan sering dengan pernyataan saya berusaha mengkoreksi diri dan memperbaiki diri dari segala kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki selama masa profesi ini. Untuk pernyataan nomor 8 diperoleh bahwa sebanyak 68,6 menyatakan selalu dengan pernyataan saya harus bisa menempatkan diri dalam menghadapi masalah selama masa profesi ini karena timbulnya masalah akan memberikan pembelajaran bagi saya dan berguna untuk masa depan saya sendiri. Planful problem solving problem focused memposisikan individu berusaha untuk menganalisa situasi demi mencapai solusi kemudian bertindak langsung untuk pemecahan masalah. Keterampilan Memecahkan masalah meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. Positive reappraisal emotional focused merupakan bentuk usaha individu dalam menciptakan arti yang positif dari situasi yang dihadapi. Keyakinan atau pandangan positif menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan yang akan menurunkan kemampuan strategi koping Lazarus Folkman, 1984 dalam penelitian Tyas Ardi Suminarsis, 2009 dengan judul hubungan antara tingkat stress dengan mekanisme koping pada mahasiswa keperawatan menghadapi praktek belajar lapangan di rumah sakit. 5.2.3 Faktor Dominan Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor kondisi sosial ekonomi adalah faktor yang paling dominan menyebabkan stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners. Ekonomi sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari. Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem sistem sosial yaitu satu keseluruh bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan. Menurut Baron Greenberg dalam Margiati, 1999 hal yang memicu terjadinya stres sering disebabkan oleh ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi yang tidak stabil sehingga menghambat aktivitas selama menjalani kegiatan rutin. Faktor-faktor dari dalam diri individu termasuk kondisi ekonomi berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor pengubah ini menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap pembangkit stres potensial. Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi yang menciptakan stres bagi individu dan mengganggu konsentrasi kerja individu. Davis Newstrom dalam Margiati,1999. 5.2.4 Mekanisme Koping yang Paling Dominan pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners Dari hasil penelitian diperoleh bahwa planful problem solving adalah mekanisme koping yang paling dominan pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners. Pemecahan masalah planful problem solving dapat didefenisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan decision making yang didefenisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas hasil pemecahan masalah yang dilakukan. Planful roblem solving adalah salah satu pendekatan pemecahan masalah yang sering dilakukan, serta bisa meningkatkan kualitas individu. Dengan menggunakan metode planful problem solving, seseorang dituntut untuk bisa lebih kreatif dalam menganalisa sebuah permasalahan. Keberhasilan metode ini sangat bergantung kepada kepiawaian individu yang terlibat dalam masalah yang hendak diselesaikan itu. Sebagian besar mahasiswa profesi ners memiliki strategi pengelolaan stres akadamik yang sangat tinggi dengan kecenderungan penggunaan bentuk strategi pengelolaan yaitu planful problem solving. Hal ini berarti mahasiswa melakukan usaha yang lebih mengarah pada pencarian berbagai alternatif untuk menyelesaikan berbagai kesulitan atau tuntutan pendidikan profesi ners yang dihadapinya BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor lingkungan kerja yang terdiri dari kondisi fisik, manajemen rumah sakit, hubungan sosial di lingkungan pekerjaan, kesakitan bagi mahasiswa, kurang pengawasan dan dukungan serta faktor kondisi personal yang terdiri dari tipe kepribadian, peristiwapengalaman pribadi, kondisi sosial ekonomi keluarga, ketidakadekuatan pengetahuan, dan konflik realitas. Adapun faktor dominan penyebab stres pada mahasiswa profesi keperawatan adalah faktor kondisi personal yaitu kondisi sosial ekonomi keluarga karena pada mahasiswa profesi keperawatan mengeluarkan biaya yang cukup banyak dan di tuntut untuk mencukupi segala kebutuhan dan keperluan selama mengikuti pendidikan profesi ners. Selain faktor kondisi sosial ekonomi faktor lain yang paling besar menyebabkan stres pada mahasiswa yaitu kondisi fisik dan konflik realitas. Semua faktor tersebut dapat menyababkan stres pada mahasiswa keperawatan yang nantinya dapat berdampak pada proses jalannya pendidikan profesi ners. Oleh sebab itu mahasiswa perlu melakukan mekanisme koping yang tepat dalam menanggulangi stres. Dari hasil penelitaian mekanisme koping yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa profesi ners adalah dengan metode koping distancing yang berfokus pada emotional focused yaitu mahasiswa keperawatan USU menggunakan usaha kognitif untuk menjauhkan diri atau menciptakan pandangan yang positif dari situasi penyebab stres dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa untuk menghilangkan segala kejenuhan akibat stres.

6.2 SARAN

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Dari hasil penelitian maka disarankan bagi institusi pendidikan keperawatan USU agar dapat meminimalkan sumber stres mahasiswa menghadapi pendidikan profesi ners dengan salah satu cara seperti mengajarkan mahasiswa melakukan manajemen keuangan sebaik mungkin karena selama menjalani pendidikan profesi ners membutuhkan biaya yang cukup banyak serta memberikan penjelasan yang lebih baik lagi pada mahasiswa tentang pelaksanaan pendidikan profesi ners dan sebaiknya memperkanalkan serta mengakrabkan mahasiswa pada lingkungan rumah sakit, salah satunya dengan cara mengadakan kunjunganpertemuan dengan pihak rumah sakit.

6.2.2 Praktek Keperawatan

Bagi pihak rumah sakit dan seluruh staf di lingkungan praktek keperawatan harus memberikan informasi yang jelas dan pengajaran yang profesional kepada mahasiswa profesi keperawatan sehingga mahasiswa dapat menjalani pendidikan profesi ners dengan baik.

6.2.3 Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi ners, sehingga nantinya akan diperoleh data yang menunjukkan faktor penyebab stres lainnya