Perkembangan Akomodasi dan Perhotelan di Indonesia

2.4 Sistem Perkembangan dalam Usaha Hotel

Dengan adanya era perhotelan dimulai setelah sebuah hotel didirikan pada tahun 1774 di London dan City Hotel berdiri di New York Amerika Serikat tahun 1794. Kemudian Grand National berdiri di Lucerne Switzerland tahun 1870. Perhotelan modern dimulai setelah Hotel Savoy dioperasikan pada tahun 1887 di London yang diusul dengan pembukaan Paris Ritz Hotel di Paris pada bulan Juni 1898. Sebelumnya, di Amerika Serikat usaha perhotelan makin berkembang dengan berdirinya the Palmer House dan the Sherman House di Chicago, Plantershyeldi ST. Luose dan Palace Hotel di San Fransisco, yang kesemuanya beroperasi diantara tahun 1830 hingga tahun 1850. Perkembangan hotel modern menerapkan berbagai model dan sistem pengelolaan yang tidak terlepas dari hotelier dan sekaligus merupakan pakar-pakar akomodasi dengan berbagai ide dan pemikiran gemilangnya. Mereka itu antara lain adalah Cesar Rity 1850-1918, Ellsworth Milton Statler 1863-1920, Goerge Augusta Escoffier 1846-1935, Ernest Henderson 1897-1967, dan Howard Dearing Johnson 1898-1972.

2.4.1 Perkembangan Akomodasi dan Perhotelan di Indonesia

Perkembangan akomodasi dan perhotelan di Indonesia tentu sejalan dengan perkembangan politik dan kondisi pemerintahan. Betapapun juga tujuan pendirian akomodasi di Indonesia adalah untuk kepentingan pemerintah hindia Belanda. Pada awalnya akomodasi yang ada sangat sederhana tetapi cukup populer berbentuk losmen. Usaha perhotelan di Indonesia dengan kinerja bisnis akomodasi dimulai setelah didirikannya hotel-hotel di beberapa kota besar, atau kota yang dekat dengan pelabuhan. Hotel-hotel tersebut adalah sebagai berikut. a. Batavia: Hotel des Indes, Hotelder Nederlander, Hotel Royal, Hotel Rijswik. Universitas Sumatera Utara b. di Surabaya : Hotel Sarkies, Hotel Oranje. c. di Semarang : Hotel du Pavilion. d. di Medan : Hotel de Boer, Hotel Astoria, Hotel Grand. e. di Makasar : Hote Grand, Staat Hotel. Pada masa pendudukan Jepang keadaan pariwisata di Indonesia terlantar dan bahkan mati. Orang tidak lagi memikirkan masalah pariwisata karena untuk menghadapi masalah ekonomi saja pun sudah terlalu berat akibat perang. Banyak hotel-hotel yang berkualitas baik dijadikan heitan ryokan dan ditempati oleh para perwira perang. Perkembangan di sektor pariwisata dan perhotalan terjadi setelah diterbitkannya Keppres nomor 30 tahun 1969 tentang pengembangan kepariwisataan nasional yang disusul dengan terbitnya Inspres nomor 9 tahun 1969 dimana pada pasal 2 dinyatakan tujuan pengembangan kepariwisataan Indonesia sebagai berikut. a. Meningkatnya pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan Negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri-industri penunjang dan industri samping lainnya. b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. c. Meningkatkan persaudaraanpersahabatan nasional dan internasional. Dengan berbagai kemudahan yang di berikan oleh pemerintah dalam bidang perhotelan seperti pembebasan bea masuk dan pajak penjualan, atas pemasukan barang- barang yang diperlukan untuk pembangunan, perluasan dan rehabilitasi hotel-hotel, maka pembangunan hotel pun sangat pesat dan lancar. Jika pada tahun 1967 kapasitas kamar hotel yang dimiliki di seluruh Indonesia hanya lebih kurang 1.000 unit, maka pada awal tahun 1973 sudah bertambah menjadi sebanyak 3. 267 kamar. Jumlah kamar meningkat Universitas Sumatera Utara lagi menjadi 7.500 kamar pada tahun 1974 menjelang diselenggarakannya komperensi PATA di Jakarta. Pada tahun 1992 jumlah kamar hotel di Indonesia telah mencapain131.973 kamar yang terdiri dari 43.729 kamar pada 485 unit hotel berbintang dan88.244 kamar dari 4. 859 unit hotel melati.

2.4.2 Bentuk Akomodasi di Indonesia