dalam pengambilan keputusan dan memberikan tanggung jawab pada karyawannya La Monica, 1986.
c. Gaya kepemimpinan Partisipatif : merupakan gabungan bersama antara
gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis. Dalam pemimpin partisipatif manajer menyajikan analisa masalah dan mengusulkan tindakan kepada
para anggota kelompok, mengundang kritikan dan komentar mereka. Dengan menimbang jawaban bawahan atas usulannya, manajer
selanjutnya membuat keputusan final bagi tindakan oleh kelompok tersebut Gillies, 1986.
d. Gaya kepemimpinan Laisserz Faire : disebut juga bebas tindak atau
membiarkan. Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pangarah, supervisi, dan koordinasi. Staf bawahan
mengevaluasi pekaryaan sesuai dengan cara sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendali secara minimal atau sebagai
fasilitator Nursalam. 2002.
4. Semangat Kerja
4.1 Pengertian Semangat Kerja
Moekijat 1997 menyatakan bahwa semangat kerja menggambarkan perasaan berhubungan dengan jiwa semangat kelompok kegembiraan dan
kegiatan. Apabila pekerjaan tanpa merasa senang optimis mengenai kegiatan tugas serta ramah satu sama lain maka karyawan itu dinyatakan mempunyai
semangat kerja tinggi. Sebaliknya, apabila karyawan tanpak tidak puas , lekas
Universitas Sumatera Utara
marah, sering sakit, suka membantah, gelisah dan pesimis, maka reaksi itu dikatakan sebagai bukti semangat kerja rendah. Menurut Gondokusumo
1995, semangat kerja adalah refleksi dari sikap pribadi atau sikap kelompok terhadap seluruh lingkungan kerja dan terhadap kerja sama dengan orang lain
untuk mencapai hasil maksimal sesuai dengan kepentingan bersama.
Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat dengan jalan memperkecil kekeliruhan dalam pekerjaan, mempertebal rasa
tanggung jawab, serta dapat menyelesaikan tugas tapi waktunya sesuai dengan rencana yang ditetapkan Nitisemito, 2000
Semangat moril kerja adalah kemampuan sekelompok orang-orang untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan
bersama Moekijat, 2002 : 130. Semangat kerja sangat penting bagi organisasi karena 1
semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka absensi atau tidak bekerja karena malas, 2 dengan semangat kerja yang tinggi dari
buruh dan karyawan maka pekerja yang diberikan atau ditugaskan kepadanya akan dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat, 3
dengan semangat kerja yang tinggi pihak organisasi memperoleh keuntungan dari sudut kecilnya angka kerusakan karena semakin tidak puas dalam
bekerja, semakin tidak bersemangatdalam bekerja, maka semakin besar angka kerusakan, 4 semangat kerja yang tinggi otomatis membuat karyawan
akan merasa senang bekerja sehingga kecil kemungkinan karyawan akan pindah bekerja ketempat lain, 5 semangat kerja yang tinggi dapat
Universitas Sumatera Utara
mengurangi angka kecelakaan karena karyawan yang mempunyai semangat kerja yang tinggi ncenderung bekerja dengan hati – hati dan teliti sehingga
bekerja sesuai dengan prosedur yang ada Tohardi, 2002.
4.2 Dimensi Semangat Kerja