Data Demografi Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan

1.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap

Semangat Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tabel 5.6 Korelasi antara gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja Rumah Sakit Umum Pusat Hji Adam Malik Medan Gaya Kepemimpinan Semangat Kerja Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Correlation Coefficient Sig.2-tailed N 1 . 55 -.397 .003 55 Semangat Kerja Perawat Pelaksana Correlation Coefficient Sig.2-tailed N -.397 .003 55 1 . 55 Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed Keterangan: Dari hasil analisa uji korelasi bivariat Spearmen’s, koefisien korelasi ditunjukkan dalam tabel 5.6. Terdapat arah hubungan yang negatif pada tiap subskor gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja yang artinya adalah adanya hubungan berlawanan antara gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja. Oleh kareba itu Ha diterima yaitu ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap Semangat Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan r : - 0. 397, ρ :0.003

2. Pembahasan

2.1 Data Demografi

Hasil penelitian karakteristik demografi perawat pelaksana di ruang Inap RSUP Adam Malik Medan adalah dilihat dari segi usia responden mayoritas Universitas Sumatera Utara berada dalam rentang ≤ 40 tahun yaitu 40 orang dengan persentasi 72,73 Dilihat dari segi umur biasanya semangat kerja tinggi menurut Suma’mur 2002 tenaga kerja yang produktif dibawah umur 40 tahun masih memiliki konsentrasi yang tinggi untuk pekerjannya menjaga atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan menjaga keselamatan kerja dan bersifat alami. Semua responden adalah perempuan 100 , Schermerhorn dalam Antoni, 2009 diketahui perempuan bekerja dengan rajin dan sabar mengerjakan pekerjaan walaupun pekerjaan itu telah sering dikerjakan, perempuan memiliki sikap yang sabar menghadapi semua masalah. Lama bekerja antara ≤ 10 tahun sebanyak 30 dengan persentasi 54,55, Nitisemitro 2002 menyatakan Lama kerja berpengaruh pada keterampilan melakukan kerjanya, dengan pengalaman kerja yang lama pada bidang yang sama akan mempermudah kita menyelesaikan masalah tersebut, dan penyesuaian tugas yang baru akan mudah dikerjakan tetapi akan terjadi kebosanan jika terlalu lama. Mayoritas berpendidikan D3 50.9 , Praptianibgsi 2006 D3 sebagai advokasi pemberi pelayanan Asuhan keperawatan yang praktisi, hal ini mempermudah perawat untuk melakukan pekerjaan.

2.2 Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan

Dari hasil penelitian didapat bahwa gaya kepemimpinan yang didapakai kepala ruangan untuk mengatur bawaannya adalah gaya kepemimpinan demokrasi 50. Dimana Gaya kepemimpinan demokratis, artinya bersikap tengah antara memaksakan kehendak dan memberi kelonggaran kepada bawahan oleh Universitas Sumatera Utara Rachmansyah dalam Antoni, 2009. Gaya kepemimpinan mengggambarkan prilaku pemimpin sendiri kepada bawaannya Nursalam, 2000. Kepala Ruangan di ruang Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Adalah perempuan, sehubungan dengan itu, menurut Schermerhorn dalam Antoni, 2009 , pemimpin wanita selalu lebih cenderung untuk bertingkah laku secara demokratik dan mengambil bagian dimana mereka lebih menghormati dan prihatin terhadap pekerjanyabawahannya dan berbagi ‘kekuasaan’ serta perasaan dengan orang lain. Gaya kepemimpinan ini dikenal sebagai kepemimpinan interatif yang menekankan aspek keseluruhan dan hubungan baik melalui komunikasi dan persepsi yang sama. Ditemukan paling banyak yang dilakukan kepala ruangan yang menggambarkan sikap demokratis adalah jika perawat pelaksana mengalami masalah pekerjaan, tindakan yang dilakukan Karu adalah berdiskusi bersama dengan perawat pelaksana yang lain 52,2 . Dimana dalam menentukan dinas jam kerja oleh perawat pelaksana secara mutlak ditentukan oleh kepala ruangan itu sendiri 49.1 . Selain gaya kepemimpinan demokrasi yang ada di terapkan ada juga gaya kepemimpinan partisipatif 36,4 , Gaya kepemimpinan “Partisipasi” adalah gaya yang sesuai untuk tingkat kematangan mampu akan tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab tugas, karena ketidakmauan atau ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugastangung jawab seringkali disebabkan karena kurang keyakinan. Dalam kasus seperti ini pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendegarkan mendukung usaha- Universitas Sumatera Utara usaha yang dilakukan para bawahanpengikutnya. Selanjutnya, untuk tingkat kematangan yang mampu dan mau, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya “Delegasi”, karena orangbawahan seperti ini adalah mampu melaksanakan tugas dan mauyakin. Dengan gaya delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan tugastanggung jawabnya Sinungan dalam Antoni, 2009 Gaya kepemimpinan yang ketiga diterapkan oleh kepala ruangan walaupun hanya 16,4 saja. Sesuai dengan teori Schermerhorn dalam Antoni, 2009 , bahwa Gaya kepemimpinan otoriter atau otokrasi, artinya sangat memaksakan kehendak kekuasaannya kepada bawahan, hubungan dengan bawahan kurang serasi.

2.3 Semangat Kerja Perawat Pelaksana