48
BAB IV KAJIAN TERHADAP FATWA MUI TENTANG PUASA BAGI PENERBANG
A. Problematika Penerbang Dalam Menjalankan Tugas Pada Saat Berpuasa di
Bulan Ramadhan
Ibadah puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh seluruh umat Islam. Tetapi, didalam dunia penerbangan yaitu bagi penerbang pilot ibadah
puasa merupakan suatu dilema. Penerbang pilot adalah awakkru pesawat yang sedang bertugas menerbangkan pesawat. Pada satu sisi, puasa merupakan
kewajiban yang harus dijalani oleh umatnya. Tetapi, disisi lain, berpuasa dari segi medis dapat mengakibatkan tubuh kekurangan zat yang dibutuhkan untuk
menghasilkan energi. Hal ini dapat berakibat fatal, karena apabila seorang penerbang kekurangan energi pada saat melaksanakan tugas, maka akan
mengakibatkan sesuatu hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya incident atau bahkan accident.
1
Dan juga karena berpuasa sedikit banyak mengurangi performa seorang penerbang dalam hal konsentrasi, berpikir mengambil keputusan, penglihatan,
menimbulkan rasa kantuk. Sehingga tidak dipungkiri akan terjadi degradasi kemampuan buat seorang penerbang yang memerlukan konsentrasi ekstra pada
fase-fase tertentu misalnya take off, descent, approach, landing, engine
1
Dislambangjaau, “Pengaruh Dalam Penerbangan”. diakses pada 26 september 2010 dari http:www.tni-au.mil.idpustakapengaruh-dalam-penerbangan
49
failurekegagalan mesin atau kondisi-kondisi abnormal lainnya. Hal ini bisa terjadi sewaktu-waktu, kapan saja dalam setiap detik fase penerbangan. Pada fase
inilah sebagai awak pesawat benar-benar dituntut selalu dalam kondisi yang fit
dalam melaksanakan tugasnya.
Dalam beribadah puasa Ramadhan disunnahkan untuk makan sahur sebelum waktu imsak tiba yaitu sekitar jam 3-4 pagi. Dalam segi medis hal ini
menyebabkan pada pagi hari perut penuh berisi makanan, dan lebih banyak darah berkumpul dibagian perut yang berguna untuk mencerna makanan. Akibatnya
darah yang mengalir ke otak relatif jumlahnya berkurang, sehingga akan memudahkan terjadinya tekanan darah menurun didalam pembuluh arteri otak,
sehingga akan menurunkan daya tahan tubuh. Selanjutnya hal yang perlu diperhatikan dalam tubuh seseorang yang
berpuasa yaitu masalah kadar gula darah yang rendah. Dalam dunia medis, berpuasa diartikan bahwa kita tidak memasukan makanan atau minuman ke
dalam tubuh untuk jangka waktu 8 sampai dengan 12 jam. Dengan berpuasa, maka tubuh akan kekurangan beberapa zat penting yang dapat mengganggu kerja
tubuh. Salah satu zat itu adalah glukosa atau zat gula. Zat gula merupakan sumber energi yang diperlukan oleh tubuh. Zat gula ini diperoleh dari makanan
yang mengandung gula atau karbohidrat. Dalam keadaan berpuasa, tubuh akan kekurangan glukosa dan tubuh melalui otak akan mencoba mencari glicogen
didalam bagian tubuh lainnya. Glycogen adalah suatu molekul yang merupakan bentuk energi yang dibuat dan disimpan terutama di dalam liver hati dan
50
muscles otot. Setelah makanan masuk kedalam tubuh, kadar level glukosa akan meningkat. Selanjutnya, insulin akan merangsang enzimes dan glukosa ini
kemudian ditambahkan ke glicogen. Pada proses ini liver hati akan menyerap glukosa lebih banyak daripada yang harus dilepas. Setelah makanan dicerna,
kadar gula dalam tubuh mulai turun dan insulin yang dihasilkan akan berkurang sehingga memaksa tubuh untuk menyerap cadangan glicogen.
2
Dalam keadaan berpuasa, kadar level glukosa tidak akan naik dikarenakan tidak ada asupan makanan kedalam tubuh. Oleh karena itu, ketika
energi dibutuhkan, tubuh akan mencarinya melalui cadangan glicogen yang selanjutnya akan dirubah menjadi glukosa yang merupakan sumber energi bagi
tubuh. Semakin lama berpuasa, maka kadar gula darah akan menurun dibawah normal dan ini akan memicu kerusakan glicogen. Akibatnya keadaan gula darah
yang rendah ini dapat merasakan gejala-gejalanya berupa rasa lemah lekas capai, pening, perasaan seperti mau pingsan, lapar, berkeringat, jantung berdebar,
tekanan darah berubah, perasaan mudah tersinggung, dan kemampuan berfikir relatif agak terganggu serta
mengalami kemunduran berkonsentrasi atau rasa kantuk yang hebat.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa adanya pengaruh puasa Ramadhan yang mengakibatkan berkurangnya daya konsentrasi pada penerbang dalam
menerbangkan pesawat terbang yang dapat menyebabkan kecelakaan. Dengan
2
Dislambangjaau, http:www.tni-au.mil.idpustakapengaruh-dalam-penerbangan
51
mempertimbangkan efek – efek tersebut diatas, maka perlu diambil suatu
kebijakan yang dapat dijadikan suatu pedoman bagi awak pesawat dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga, tindakan yang diambil oleh awak pesawat
tidak menyalahi aturan, baik itu aturan agama, organisasi, maupun aturan –
aturan lainnya. Kebijakan yang diambil diharapkan dapat memenuhi tuntutan semua pihak dengan mengedepankan keselamatan dan keamanan operator,
penumpang, maupun material.
B. Fatwa MUI Tentang Puasa Bagi Penerbang PILOT