Rukun Dan Syarat Puasa

24 Artinya: “Berpuasalah kamu niscaya akan menjadi sehat” H.R. Ibnu Sunniy dan Abu Nu‟aim. Disamping itu dokter-dokter sering menyatakan, bahwa puasa satu bulan dalam satu tahun dapat melenyapkan sisa-sisa makanan yang mengendap di dalam tubuh. Bagaimana besarnya pengaruh puasa kepada kesehatan jasmani dan rohani. 23

C. Rukun Dan Syarat Puasa

1. Rukun puasa Adalah menahan diri dengan disertai niat dari dua macam syahwat perut dan syahwat kemaluan. Maksudnya adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya. a. Menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa, dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Adapun yang membatalkan puasa antara lain ialah makan dan minum meskipun sedikit tapi dilakukan dengan sengaja, dan hal-hal lain yang hukumnya disamakan dengan makan. Secara definitif, hal-hal lain yang yang membatalkan puasa itu ialah setiap benda yang masuk ke dalam tubuh lewat lobang yang terbuka yang dilakukan dengan sengaja dan sadar kalau ia sedang berpuasa. 24 23 Latihief Rousydiy, Puasa Hukum Dan Hikmahnya Berdasarkan Sunnah Rasulullah SAW, h. 30 24 Anas Tohir Sjamsuddin, Terjemahan Kifayatul Akhyar 1, Surabaya, PT Bina Ilmu,1997.h.414 25 b. Niat Yang dimaksud niat adalah mengatakan keinginannya dalam hati untuk berpuasa, dan tidak harus diucapkan dalam lisan. Pendapat ulama tentang kapan niat itu dilakukan dan bangaimana caranya. Ada bermacam- macam, yang penting adalah hatinya sudah mantap bahwa besok ia akan puasa tanpa ragu-ragu. Kapan kemantapan hati itu dirasakan, apakah pada awal malam atau pada waktu akan sahur, atau diantara keduanya, tidak menjadi soal yang penting dianggap telah berniat akan puasa Ramadhan besok. Rasulullah saw bersabda: عس ح ث ح ق فس ث ح ق ه ع ح ث ح ق ع ع س أ ح خ ق أ ق ع ع ه ض ط ع ع س س ع ه ه س ع س : عأ ئ 25 Artinya: “Diceritakan kepada Hamidi Abdillah bin Zubair berkata telah diceritakan kepada kami Yahya bin Sa‟id al-Anshari dan at-Timi bahwasannya Ulqamah bin Waqas al-Laisi telah mendengar berkata saya telah mendengar Umar bin Khattab r.a di atas mimbar berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw berkata:“Setiap pekerjaan harus dengan niat dan setiap orang yang bekerja akan mendapatkan pahala sesuai dengan niatnya” H.R al-Bukhari 25 Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut: Darul Fikr, T.th, Jilid 1, h. 6 26 2. Syarat-syarat Sah Puasa Para ulama ahli fiqh membedakan syarat-syarat puasa diantaranya: 26 a. Islam Menurut jumhur ulama Islam merupakan syarat sah puasa, sedangkan menurut Mazhab Hanafi, Islam merupakan syarat wajib puasa. Dengan demikian tidak diwajibkan atas orang kafir. Menurut Madzhab Hanafi, orang kafir tidak dikenai kewajiban yang berkenaan dengan cabang- cabang syari‟at, yang merupakan ibadah. Sedangkan menurut jumhur ulama oang kafir ketika mereka dalam keadaan kekafiran dikenai kewajiban yang berkaitan dengan cabang- cabang syari‟at. Sama halnya dengan orang murtad, juga tidak dituntut berpuasa, tetapi bila ia masuk masuk Islam kembali, ia wajib mengqada puasa yang tinggal selama masa murtadnya itu, sebab ia telah terikat dengan kewajiban itu pada masa Islamnya yang pertama, dan kewajiban tersebut tidak gugur karena murtad, sama dengan berbagai hak lain yang terkait dengan dirinya. 27 26 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000, Cet. Ke-33, h. 227-229 27 Wahbah Al-Zuhaily, Puasa Dan Itikaf Kajian Berbagai Mazhab,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996, h 187 27 b. Baligh sampai umur Anak kecil tidak diwajibkan puasa, karena mereka tidak dikenai khitab taklify; mereka tidak berhak puasa. Hal ini berdasarkan hadits Nabi saw : ق س ع ه ه س ق ع ه ض ئ ع ع : اث ع عف : ، ح ع ، قف ح ع ظ ح ئ ع . 28 Artinya: “Dari „Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “pena diangkat dari tiga orang yaitu : orang gila sampai ia sembuh, kanak-kanak sampai ia baligh dan orang yang sedang tidur sampai ia bangun” H.R al-Bukhari Akan tetapi, puasa yang dilakukan oleh anak kecil yang mumayyiz, hukumnya sah, seperti halnya shalat. Wali anak te rsebut menurut Madzhab Syafi‟i, Hanafi, dan Hambali, wajib menyuruhnya berpuasa ketika ia berusia tujuh tahun. Dan jika anak kecil itu tidak mau berpuasa, walinya wajib memukulnya ketika ia berusia sepuluh tahun. 29 Hal itu dimaksudkan agar dia menjadi terbiasa dengan puasa, seperti halnya shalat. Kecuali, jika puasa dirasakan berat oleh anak tersebut, berarti dia belum mampu berpuasa. Karena terkadang seorang anak mampu melakukan shalat, tetapi belum tentu mampu melakukan puasa. 28 Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut: Darul Fikr, T.th, Jilid 3h. 272 29 Wahbah Al-Zuhaily, Puasa Dan Itikaf Kajian Berbagai Mazhab, h. 189 28 c. Berakal Orang yang akalnya hilang tidak dikenai kewajiban berpuasa. Dengan demikian, puasa yang dilakukan orang gila, orang pingsan, dan orang mabuk tidak sah. Sebab mereka tidak berkemungkinan untuk melakukan niat. Disamping itu, orang gila tidak pula wajib mengqadanya setelah sembuh, sebab orang gila tidak termasuk mukallaf. Akan tetapi orang yang pingsan setelah siuman kembali ia wajib mengqada puasa yang tertinggal selama sakitnya itu. 30 Hal ini berdasarkan hadits Nabi saw yang diriwayatkan, Ashhabus Sunan, dari „Aisyah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda : ق س ع ه ه س ق ع ه ض ئ ع ع : اث ع عف : ، ح ع ، قف ح ع ظ ح ئ ع . 31 Artinya: “Dari „Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “pena diangkat dari tiga orang yaitu : orang gila sampai ia sembuh, kanak-kanak sampai ia baligh dan orang yang sedang tidur sampai ia bangun” H.R al-Bukhari d. Suci Dari Haidh, Nifas dan Wiladah Wanita yang sedang haidh, nifas dan sedang bersalin wiladah juga termasuk yang membatalkan puasa apabila haidh datang kepada 30 Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana, 1998, h. 187 31 Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 272 29 seorang wanita maka ibadah puasa yang dilakukannya menjadi rusak, meskipun keluarnya darah terjadi hanya beberapa saat sebelum terbenamnya matahari hampir saatnya berbuka. 32 Meskipun darah yang keluar itu banyak atau sedikit, baik anak itu yang lahir sempurna, ataupun yang dilahirkan itu segumpal darah atau daging, tetapi berkewajiban mengqadha membayar puasa yang tertinggal itu secukupnya. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi saw : ق ، أ ف اخ ع أ قح إ ض ضئ ح أ ع ف ا ض ا . 33 Artinya: Abu Zinad berkata; “Sesungguhnya sunah-sunah Nabi dan sesuatu yang dibenarkan agama banyak yang diperselisihkan antara yang satu dengan yang lain. Oleh sebab itu tidak ada jalan lain bagi umat Islam kecuali ikut satu hal yang disepakati para ulama, yaitu bahwa orang haidh wajib mengqadha puasa, tetapi tidak wajib mengqadha shalat” HR. Bukhari e. Tamyiz Tamyiz yaitu dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik. Orang yang belum mumayyiz bila berniat berpuasa, tidaklah sah puasanya, karena puasa itu suatu ibadah yang mempunyai syarat wajib, syarat sah, dan rukun, yang kesemuanya itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk tamyiz. 32 Ali Yahya, Yas‟alunaka: Tanya Jawab Lengkap Tentang Agama Dan Kehidupan, Jakarta: Lentera, 2006, h 37 33 Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid 2, h.294 30 f. Berpuasa Pada Waktunya Yaitu berpuasa di waktu yang dapat dipergunakan untuk berpuasa. Karena tidak sah pula jika dikerjakan di waktu-waktu yang tidak dibenarkan berpuasa, seperti hari raya “Idul Fitri,” “Idul Adha”, dan hari- hari tasyriq. 34 Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits dibawah ini: 1. Puasa Pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Para ulama Islam sependapat haram berpuasa pada hari raya Islam, baik puasa fardhu atau sunnah.Nabi saw bersabda : ع س ع ه ه س ع ه ض ع ع حض ا طفف طف ح أ ف 35 Artinya: “Umar r.a berkata: Sesungguhnya Rasul melarang berpuasa pada dua hari ini, adapun hari raya fitri, karena berbuka dari puasa Ramadhanmu. Adapun hari raya adha adalah karena harus memakan sembelihan kurbanmu” H.R Abu Daud 2. Puasa Pada Hari-hari Tasyriq Tidak boleh berpuasa pada hari-hari Tasyriq, yaitu tiga hari sesudah hari Raya Adha. Berdasarkan hadits Nabi : 34 Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Alhusaini, Kifayatul Ahyar Kelengkapan Orang Shalih Bagian Pertama. Penerjemah Syarifuddin Anwar Dan Mishbah Musthafa, Surabaya: CV. Bina Iman, 1994, h. 469 35 Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kairo: Darul Hadis, 1988, Juz 2, h.336 31 ق طخ س ع ه ه س حس ع ش ا سف ا خ ا ف 36 Artinya: “Busyri bin Suhaim menceritakan sesungguhnya Rasulullah saw khutbah pada hari- hari tasyri, Rasul bersabda “Tidak akan masuk surga kecuali orang-orang muslim dan sesungguhnya pada hari-hari ini yaitu hari- hari makan dan minum.” H.R Ibnu Majah

D. Orang-orang Yang Dibolehkan Berbuka Puasa