Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

ini, sejalan dengan apa yang disebut dengan community based education, dan secara tidak langsung imbas dari school based management. Dibetuknya Komite Sekolah dimaksudkan agar suatu organisasi masyarakat di satuan pendidikan mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas satuan pendidikan. Adapun tujuan dibentuknya KOmite Sekolah sebagai organisasi masyarakat di satuan pendidikan sebagai berikut: 1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan di satuan pendidikan. 2. Meningkatkan tanggungjawab peranserta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 3. Menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan. 4 Namun demikian kehadiran Komite Sekolah yang fakta di lapangan masih menunjukkan justru keberadaannya dianggap sebagai masalah baru bagi orangtua siswa karena menjadi actor utama di balik mahalnya biaya sekolah. Keberadaannya sekadar menstempel setiap kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah, terutama untuk menarik dana dari orangtua siswa. Hal ini pula yang terjadi di berbagai sekolah di kota Depok, salah satunya adalah SMK N 1 Depok yang masih menganggap Komite Sekolah adalah suatu lembaga yang sama dengan lembaga sebelumnya. Kalau dihitung mulai dari terbitnya Kepmendiknas Nomor 044U2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, maka Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah telah berusia kurang lebih sembilan tahunan. Melalui program sosialisasi, pengembangan, dan kemudian pembinaan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah, dalam hal ini Ditjen Mandikdasmen, hasilnya dapat kita ketahui sebagai berikut: 1. hampir semua kabupatenkota di Indonesia telah terbentuk Dewan Pendidikan KabupatenKota. 2. Separuh provinsi di Indonesia secara mandiri telah membentuk Dewan Pendidikan Provinsi. 4 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah: Model Pengelolaan Sekolah di Era Otonomi Daerah, Jakarta: CV Sagung Seto, 2007, Cet. I, h. 62. 3. Hampir semua satuan pendidikan telah membentuk Komite Sekolah 4. bagaimana pun juga Dewan Pendidikan Nasional sampai saat ini memang belum terbentuk. Hal ini terkait dengan soal jumlah atau kuantitatif. Jika secara kuantitatif kondisinya cukup membanggakan, namun secara kualitatif memang masih sangat memprihatinkan. 5 Dalam keterangan di atas telah dijelaskan bahwa hampir semua satuan pendidikan telah terbentuk Komite Sekolah. Itu memang benar sekali. Namun kondisi itu sama sekali tidak melegakan hati kita. Pada awalnya proses pembentukan Komite Sekolah dilakukan secara instan. Kalau ada Komite Sekolah yang dibentuk dengan model pemilihan formatur, maka itu masih lumayan. Yang sering terjadi adalah justru Komite Sekolah yang dibentuk dengan cara penunjukan oleh kepala sekolahnya. Akibatnya, sampai saat ini Komite Sekolah masih tetap menyandang stigma seperti BP3 Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan atau pun POMG Persatuan Orang Tua Murid dan Guru. Inilah kondisi Komite Sekolah yang ada dan kita kenal sampai saat ini, yakni sebagai Komite Sekolah stempel. Ade Irawan, Sekretaris Koalisi Pendidikan melihat ada beberapa faktor yang menjadi penyebab komite tidak mampu menjalankan fungsi sebenarnya, yaitu: ”Pertama, buruknya sosialisasi. Kedua, minimnya pemahaman guru dan orangtua siswa. Ketiga, komite dibentuk kepala sekolah ”. 6 Untuk melihat lebih jauh kondisi di lapangan penulis mengadakan studi pendahuluan di sekolah menengah dan atas kota Depok. Dari hasil studi pendahuluan penulis menemukan terdapat SMK N 1 Depok di Kecamatan Tapos Kota Depok. Permasalahan yang masih ditemukan menyangkut komite sekolah yaitu komite sekolah tidak mempunyai program kerja sendiri, sehingga komite sekolah tidak tahu apa yang harus mereka kerjakan. Hal ini dikarenakan tidak ada program kerja yang harus mereka laksanakan. Komite sekolah akan melaksankan program yang telah dibuat oleh kepala sekolah sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja komite sekolah dalam 5 Suparlan, “Komite Sekolah: Kondisi, Masalah dan Tantangan di Masa Depan”, dari http:www.suparlan.compagespostskomite-sekolah-kondisi-masalah-dan-tantangan-di-masa- depan237.php tanggal 20 Nopember 2010. 6 Forum Wartawan Peduli Pendidikan, Kilas Balik Pendidikan Nasional 2006. h. 109-110. memerankan peran dan fungsinya, karena program kerja komite sekolah masih ikut dalam program kerja sekolah hal ini akan menyebabkan tidak berdayanya peran komite sekolah sebagai organisasi yang mewadahi peran serta masyarakat dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Komitmen UU yang telah diamatkan terhadap pemerintah tersebut tentunya perlu didukung. Hanya perlu diingat, untuk memajukan mutu pendidikan tidak cukup diandalkan dengan alokasi dana yang besar saja. Kalau tidak dibarengi dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang benar, serta dikelola orang-orang yang benar, maka jelas akan tidak efektif dan efisien. Oleh karena itu, dalam hal ini pemerintah bersama-sama dengan masyarakat bertanggung jawab atas pelaksanaan pendidikan di satuan pendidikan karena, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Tentang Standar Nasional Pendidikan yang berkenaan dengan; “pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipertanggungjawabkan oleh kepala sekolah satuan pendidikan kepada rapat dewan pendidik dan komite sekolahmadrasah ”. 7 Hal itu dimaksudkan agar kualitas mutu pendidikan di Indonesia terus mengalami peningkatan dan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai sesuai dengan harapan. Di era otonomi ini, partisipasi masyarakat sebagai kekuatan control dalam pelaksanaan berbagai program pemerintah menjadi sangat penting. Di bidang pendidikan partisipasi ini lebih strategis lagi. Karena partisipasi tersebut bisa menjadi semacam kekuatan control bagi pelaksanaan dan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah. Apalagi saat ini Kemendiknas mulai menerapkan konsep manajemen berbasis sekolah school-based management. Karena itulah gagasan tentang perlunya sebuah Komite Sekolah yang berperan sebagai semacam lembaga yang menjadi mitra sekolah yang menyalurkan partisipasi masyarakat semacam lembaga legislatif menjadi kebutuhan yang sangat nyata dan tak terhindarkan. Dengan adanya Komite Sekolah, kepala sekolah dan para penyelenggara serta pelaksana pendidikan di sekolah secara substansial akan bertanggungjawab kepada komite tersebut. 7 Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 43. Kalau selama ini garis pertanggungjawaban kepala sekolah dan para penyelenggara pendidikan di sekolah bertanggungjawab kepada pemerintah, dalam hal ini kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Dirjen Dikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional, maka dengan konsep manajemen berbasis sekolah pertanggungjawaban itu kepada Komite Sekolah. Pemerintah dalam hal ini hanya memberikan legalitas saja. Selama ini Komite Sekolah memang telah dibentuk oleh pemerintah, tapi perannya terbatas hanya untuk mengawasi dana Jaring Pengaman Sosial JPS atau yang lebih dikenal saat ini Bantuan Oprasional Sekolah BOS. Komite Sekolah yang baru ini tentu tidak terbatas hanya untuk mengawasi dana JPSBOS saja, melainkan juga berperan bagi upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, berfungsi untuk terus menjaga transparansi dan akuntabilitas sekolah, serta menyalurkan partisipasi masyarakat pada sekolah. Tentu saja Komite Sekolah ini mesti diawali dengan melakukan upaya optimalisasi orang tua siswa di sekolah. Upaya ini menjadi sangat penting lagi di saat keadaan budaya dan gaya hidup generasi kita sudah mulai tidak jelas sekarang ini. Dengan adanya upaya ini jalinan antara satu sisi, orang tua, dan sisi lain sekolah, bisa bersama-sama mengantisipasi dan mengarahkan serta bersama- sama meningkatkan kepedulian terhadap anak-anak di usia sekolah. Dengan demikian, pendidikan menjadi tanggung jawab bersama mulai dari keluarga, masyarakat dan pemerintah. Melihat realitas tersebut penulis merasa perlu mengkaji permasalahan tersebut secara lebih mendalam. Oleh karena itu, penulis mengangkat permasalahan tersebut ke dalam skripsi dengan judul “KONTRIBUSI PERAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP MUTU LAYANAN PENDIDIKAN DI SMKN 1 DEPOK ”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan, antara lain: 1. Ketidakkompakan pihak sekolah dengan komite sekolah dalam menjalankan program-programnya. 2. Komite sekolah sering dianggap tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan. 3. Adanya Ketidaktahuan bahwa masyarakat terlibat dalam dunia pendidikan untuk mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih maju. 4. Rendahnya kualitas sumber daya manusia anggota komite sekolah yang ada di sekolah. 5. Banyaknya hambatan yang dihadapi komite sekolah untuk berperan aktif dalam proses peningkatan mutu pendidikan di sekolah. 6. Kurangnya perhatian satuan pendidikan dan komite sekolah terhadap pengembangan mutu pendidikan.

C. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan-permasalahan yang tercantum pada identifikasi masalah, penulis melihat perlu melakukan pembatasan masalah. Hal itu dilakukan agar permasalahan tidak menimbulkan kerancuan, maka masalah penelitian menjadi sebagai berikut: 1. Komite sekolah sering dianggap tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan. 2. Kurangnya perhatian Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah pada poin sebelumnya dapat dirumuskan menjadi pertanyaan berikut: 1. Bagaimana gambaran kontribusi peran Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan? 2. Bagaimana perhatian Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan di sekolah?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi peran Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan, dan 2. Untuk mengetahui sejauh mana perhatian Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan di sekolah.

F. Manfaat Penelitian

Mengenai manfaat dalam penulisan skripsi ini penulis akan memaparkan beberapa manfaat, diantaranya adalah: 1. Bagi Sekolah : sebagai informasi mengenai upaya yang telah dilakukan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, 2. Bagi Komite Sekolah : sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan upaya meningkatkan mutu pendidikan. 3. Bagi Praktisi Pendidikan : Menjadi tambahan dalam khazanah ilmu pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan. 4. Bagi Masyarakat : sebagai media informasi atas keberadaan komite sekolah di sebuah lembaga pendidikan. 10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Mutu Pendidikan

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah nasional yang sedang dihadapi dan dapat perhatian sungguh-sungguh dalam sistem pendidikan nasional Indonesia dewasa ini. Sebelum mutu pendidikan ada baiknya mengetahui apa itu mutu dan apa itu pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda; kadar; taraf; atau derajat kepandaian, kecerdasan dsb; kualitas”. 1 Secara substantif, istilah mutu itu sendiri mengandung dua hal yaitu: “pertama sifat dan kedua taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan keadaan benda sedangkan taraf menunjukan kedudukan dalam suatu benda”. 2 Menurut Aan Komariah dalam pengertian mutu dapat dilihat dari dua segi, yaitu mutlakabsolut dan relatif . “Dalam pengerian mutlak Mutu adalah suatu jasa yang memiliki nilai tertinggi, bersifat unik dan sangat berkaitan dengan ungkapan kebaikan goodness, keindahan beauty, kebenaran truth, dan 1 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 677 2 Sanusi Uwes, Manajemen Pengebangan Mutu Dosen, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999 Cet. I hal. 27