Untuk  menjalankan  tugasnya,  komite  sekolah  memiliki  fungsi  sebagai berikut:
1 Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. 2
Melakukan  kerja  sama  dengan  masyarakat  peroranganorganisasi dunia  usahadunia  industri,  dan  pemerintahan  berkenaan  dengan
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. 3
Menampung  dan  menganalisis  aspirasi,  ide,  tuntunan  dan  berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
4 Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai: a
Kebijakan dan program pendididkan b
Rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah RAPBS c
Kriteria kinerja satuan pendidikan d
Kriteria fasilitas pendidikan 5
Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
6 Melakukan  evaluasi  dan  pengawasan  terhadap  kibijakan,  program,
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di suatu pendidikan.
28
Komite  Sekolah  sesuai  dengan  fungsinya,  melakukan  akuntabilitas sebagai berikut:
1 Komite  Sekolah  menyampaikan  hasil  kajian  pelaksanaan  program
sekolah  kepada  stakeholder  secara  periode,  baik  yang  berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran
program sekolah. 2
Menyampaikan  laporan  pertanggungjawaban  bantuan  masyarakat, baik  berupa  materi  dana,  barang  tak  bergerak  maupun  bergerak,
maupun  non  materi  tenaga,  pikiran  kepada  masyarakat  dan pemerintahan setempat.
e. Keanggotaan Komite Sekolah
Komite  Sekolah  setidaknya  memiliki  beberapa  unsur  keanggotaan sebagai berikut:
1 Unsur
Masyarakat: Orangtuawali
peserta didik,
tokoh masyarakat,tokoh  pendidikan,  DUDI  Dunia  Usaha  dan  Dunia
Industri, organisasi profesi tenaga kependidikan, wakil alumni, wakil peserta didik.
28
Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan  Berbasis Sekolah, ….h. 63
2 Unsur  dewan  guru,  yayasan  penyelenggara  pendidikan,  badan
pertimbangan  desa  dapat  dilibatkan  sebagai  anggota  komite  sekolah maksimal 3 tiga orang
3 Jumlah anggota minimal 9 sembilan orang dan gasal
4 Syarat-syarat,  hak  dan  kewajiban,  serta  masa  bakti  keanggotaan
ditetapkan di dalam ADART.
29
f. Prinsip Pembentukan Komite Sekolah
Prinsip-prinsip pembentukan komite sekolah antara lain: 1
Transparan terbuka 2
Akuntabel dipertanggungjawabkan kepada masyarakat 3
Demokratis dipilih dari dan oleh masyarakat pendidikan 4
Merupakan mitra satuan pendidikan.
30
3. Pemberdayaan Komite Sekolah
Berdasarkan  UU  No.  25  tahun  2002  tentang  program  nasional  propenas 2002-2004,  dalam  rangka  pemberdayaan  dan  peningkatan  peran  serta
masyarakat  perlu  dibentuknya  Dewan  Pendidikan  ditingkat  kabupaten  atau kota,  dan  Komite  Sekolah  ditingkat  satua  pendidikan.  Amanat  rakyat  ini
sejalan  dengan  konsepsi  desentralisasi  pendidikan,  baik  ditingkat  kabupaten maupun  ditingkat  sekolah.  Amanat  rakyat  dalam  UU  tersebut  telah  ditindak
lanjut  dengan  keputusan  menteri  pendidikan  nasional  nomor  044U2002 tanggal  2  April  2002  tentang  dewan  pendidikan  dan  komite  sekolah.  Dalam
kepmendiknas  tersebut  disebutkan  bahwa,  peran  yang  harus  diemban  oleh dewan pendidikan dan komite sekolah adalah:
a. Advisory Agency pemberi pertimbangan
b. Supporting Agency pengontrol kegiatan layanan pendidikan
c. Mediator atau pengumpul atau pengait tali komunikasi antara masyarakat
dan pemerintahan. Peran  serta  masyarakat  di  dalam  penyelenggaraan  pendidikan  berarti  pula
pemberdayaan masyarakat itu sendiri ikut serta dalam menentukan arah dan isi pendidikan.  “Dalam  kaitan  ini  gerakan  desentralisasi  pendidikan  yang  sesuai
29
Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan  Berbasis Sekolah ,…, h. 63-64
30
Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan  Berbasis Sekolah, ….h. 65
dengan  UU  No.  25  tahun  2002  berarti  mengikutsertakan  masyarakat  didalam menentukan akuntabilitas pendidikannya”.
31
Untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat, sekolah harus  dapat  membina  kerjasama  dengan  orang  tua  dan  masyarakat,
menciptakan  suasana  kondusif  dan  menyenangkan  bagi  peserta  didik  dan warga  sekolah,  prinsip  kemandirian  dalam  MBS  adalah  kemandirian  dalam
nuansa keberhasilan, dalam hal ini merupakan aplikasi dan prinsip-prinsip yang disebut  dengan  Total  Quality  Management,  melalui  suatu  mekanisme  yang
menekankan  pada  mobilisasi  kekuatan  secara  sinergis  yang  mengarah  pada satu  tujuan,  yaitu  peningkatan  mutu  dan  kesesuaian  pendidikan  dengan
pengembangan masyarakat. Pada  dasarnya  pemberdayaan  terjadi  melalui  beberapa  tahap,  antara  lain:
masyarakat  mengembangkan  sebuah  kesadaran  awal  bahwa  mereka  dapat melakukan  tindakan  untuk  meningkatkan  kehidupannya  dan  memperoleh
seperangkat  keterampilan  agar  mampu  bekerja  lebih  baik.  Kemudian  mereka akan  mengalami  pengurangan  perasaan  ketidakmampuan  dan  mengalami
peningkatan  kepercayaan  diri.  Kemudian  seiring  dengan  tumbuhnya kepercayaan  diri,  masyarakat  bekerjasama  untuk  berlatih  lebih  banyak
mengambil keputusan dan memilih sumber-sumber daya yang akan berdampak pada kesejahteraan mereka.
Pemahaman  tentang  memberdayakan  masyarakat  ini  adalah  dengan memberikan  pendidikan  praktis,  latihan  kepemimpinan  dan  akses  ke  sumber-
sumber daya dan dilaksanakan oleh dan dengan masyarakat. Pentingnya  ikut  berpartisipasi  dalam  kehidupan  masyarakat  adalah
merupakan  alat  untuk  mengubah  citra  masyarakat  awam  terhadap  pengertian salah tentang kebijakan sekolah dan para petugas, kemudian dapat memberikan
informasi  tentang  program  dan  kebijakan  sekolah  serta  menghilangkan  atau mengurangi kritik-kritik tajam atau negatif terhadap sekolah.
31
H.QA.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rhineka Cipta, 2000, h. 58.
C. Kerangka Berpikir
Partisipasi  yang  belaku  pada  masyarakat  kita  masih  belum  diartikan  secara universal.  Para  perencana  pembangunan  mengartikan  partisipasi  sebagai
dukungan  terhadap  rencana  atau  proyek  pembangunan  yang  direncanakan  dan ditentukan  oleh  pemerintah.  Ukuran  partisipasi  masyarakat  diukir  oleh  berapa
besar  sumbangan  yang  diberikan  masyarakat  untuk  menanggung  biaya pemerintah, baik berupa uang maupun barang yang diberikan kepada pemerintah.
Partisipasi  yang  berlaku  secara  universal  adalah  kerjasama  yang  erat  antara perencana  dan  rakyat  dalam  merencanakan,  melaksanakan,  melestarikan  dan
mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Peran  serta  masyarakat  dalam  penyelenggaraan  pendidikan  berarti  pula
memberdayakan masyarakat itu sendiri di dalam keikutsertaan dalam menentukan arah dan isi pendidikannya. Di dalam kaitannya, gerakan desentralisasi pendidikan
yang sesuai dengan UU No. 25 tahun 2002, berarti mengikutsertakan masyarakat di dalam menentukan akuntabilitas pendidikannya.
Sebagai  konsekuensi  perluasan  makna  partisipasi  masyarakat  dalam menyelenggarakan  pendidikan  pada  tingkat  satuan  pendidikan,  maka  perlu
dibentuk suatu wadah untuk  menampung dan menyalurkannya  yang diberi  nama komite sekolah. Komite Sekolah merupakan lembaga  yang dibentuk berdasarkan
musyawarah  oleh  para  stakeholder  pendidikan  di  tingkat  sekolah  yang bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Berdirinya sebuah lembaga pendidikan tergantung dari dinamisasi  masyarakat dan  sebaliknya,  perkembangan  masyarakat  juga  dipengaruhi  oleh  kian
berkembangnya  ilmu  pengetahuan  yang  sebagiannya  disampaikan  melalui pendidikan untuk menjaga kestabilannya, dibutuhkan kerja sama yang baik antara
sekolah  dan  masyarakat  yang  dapat  mengawasi  dan  membantu  segala  sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan kependidikan.
Untuk  mengingkatkan  mutu  layanan  pendidikan  melalui  program  komite sekolah,  dibutuhkan  kerja  sama  antara  sekolah  dan  masyarakat.  Semua  ini
dilakukan  dalam  upaya  peningkatn  mutu  lembaga  pendidikan  dan  mutu  layanan pendidikan  dapat  tercapai  dengan  baik.  Sehingga  dari  dugaan  tersebut  dapat  di
simpulkan  bahwa:  apabila  semakin  besar  kontribusi  peran  komite  sekolah  maka akan  semakin  besar  peningkatan  mutu  layanan  pendidikan  di  sekolah  tersebut.
Namun sebaliknya apabila semakin rendah kontribusi peran komite sekolah maka akan semakin rendah peningkatan mutu layanan pendidikan di satuan pendidikan
itu sendiri.
D. Hipotesis
Berdasarkan  kerangka  pemikiran  di  atas,  maka  dapat  dirumuskan  hipotesis sebagai berikut:
Ho  :Tidak  terdapat  hubungan  positif  antara  Peran  Komite  Sekolah  dengan Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan.
Ha  :Terdapat  hubungan  positif  antara  Peran  Komite  Sekolah  dengan Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan.