Modernisasi Sarana Informasi (Warnet) Sebagai Salah Satu Indikator Pembangunan Desa (Studi Deskriptif Warnet Pasar 6 dan 7 Tembung)

(1)

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

MODERNISASI SARANA INFORMASI (WARNET) SEBAGAI

SALAH SATU INDIKATOR PEMBANGUNAN DESA

(Studi Deskriptif Warnet Pasar 6 dan 7 Tembung)

SKRIPISI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Diajukan Oleh :

WENDI ABIDIN

040901015

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Abstraksi

Pembangunan desa adalah sebagai proses modernisasi masyarakat kearah yang lebih baik dengan partisipasi masyarakat beserta ide-ide baru dan penerapan teknologi. Masyarakat desa dalam hal ini responden sebagai subjek pembangunan dirasa perlu membekali diri dengan beragam pengetahuan, jiwa membangun desa harus dipupuk dan di tingkatkan terus dengan beragam pengetahuan. Pembangunan desa tidak lepas dengan kemandirian warganya salah satu cara mengisi pembangunan desa itu sendiri.kemandirian individu itu sendiri.Warnet yang dikelola masyarakat desa sendiri dan di manfaatkan bersama masyarakat desa lainnya sebagai tempat mengakses informasi merupakan langkah positif mental pembaharuan warga desa sendiri. Adanaya warnet sebagai bagian modernisasi di desa itu dirasa berhasil manakala dimanfaatkan dengan bijak.

Jenis penelitian yang digunakan : penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti (Winarno,1975:131). Penelitian deskriptif dipilih karena penelitian ini hanya terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkap fakta keberadaan warnet sebagai salah satu indikator pembangunan desa.

Keberadaan warnet ternyata mempunyai dampak yang baik bagi kemajuan dan perkembangan desa, sejumlah responden merasa warnet telah menjadi sebuah bagian dari pembangunan desa itu sendiri. Ragam informasi yang di dapat dari mengakses internet di warnet desa telah menambah kapasitas diri responden sebagai subjek pembangunan desa itu sendiri. Keterbukan responden dengan hal yang bersifat inovatif yang di dapat kegiatan mengakses tersebut memberikan kontribusi yang baik bagi pembangunan desa.


(3)

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya ucapakan kepada Allah SWT, karena dengan kasih dan sayang_Nya kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri kita agar lebih baik lagi untuk ke depannya. Shalawat beriring salam dihantarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju jalan kebenaran untuk mendapatkan ridho Illahi.

Selanjutnya disini saya hendak menghaturkan terima kasih kepada mereka yang membantu saya selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini;

• Kepada kedua orang tuaku, abangku serta keempat adikku, terima kasih ya atas perhatian, saran dan motivasi kalian selama ini. Semoga kebahagiaan selalu bersama kalian, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Kepada semua keluarga nenek gang meninjo dan semua keluarga nenek gang dame, terima kasih banyak juga atas semua perhatiannya.

• Kepada keluarga besar HMI komisariat Fisip Usu, semoga perjuangan dan perkaderan yang dilakukan dilandaskan dengan hati yang ikhlas semata-mata hanya mengharap ridho dari Allah SWT. Untuk kalian semua kakandaku, saudaraku dan adindaku, terima kasih atas semua kekeluargaan ini.

• Sahabat dan kawan-kawanku semua stambuk 2004 di HMI komisariat Fisip Usu, kalian memang yang terbaik, senang berteman dengan kalian wak, luar biasa dan mantaplah pokoknya sama kalian wak. Dan semua teman-teman Sosiologi, Politik, AN, Komunikasi, Pajak, Antro, Kessos 2004, terima kasih


(4)

untuk kalian semua, senang berteman dengan kalian semua wak, walaupun ntah apa-apa saja pulak ragam kalian, tapi kekmana pun juga kalian semua kawan-kawan yang mantap wak.

• Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibu Rosmiani sebagai dosen pembimbing saya yang dengan sabar mengarahkan saya. Pak Sismudjito atas saran-saranya terhadap saya. Ketua Departemen Sosiologi Kak Lina yang bijaksana dan pengertian terhadap kami, Bang Ilham sebagai dosen wali saya yang baik, dan Prof Badar yang baik sebagai Dekan Fisip Usu, terima kasih juga atas motivasinya.

• Kawan-kawan di Mamek 2003, terima kasih atas perhatian dan support nya ya wak. Kalian juga teman yang baik dan mantap-mantaplah semuanya. Doain juga aku cepat berumah tangga seperti kalian, hihihihi.

• Kawan-kawan di Fotokopi Fisip Usu, Warnet Fisip Usu, dan kantin Fisip Usu semuanya yang membantu kuliah saya di kampus dan pembuatan skripsi ini, mantaplah pokoknya sama kalian semua wak.

• Kawan-kawan yang kujumpai saat kemping, terima kasih untuk kalian juga atas kesederhanaan yang kalian tampilkan kepadaku. Siapapun kalian dan darimanapun kalian, masih ingat atau tidakpun kepadaku, kalian tetap kawanku yang sampai kapanpun tetap begitu adanya wak.


(5)

• Terima kasih juga kepada sekret titi kuning, sekret johor, sekret gg sosial, sekret sembada, sekret intisari. Kalian telah menerima aku apa adanya, banyak kisah yang ada sama kalian, tenang, semuanya takkan dilupain wak.

• Kepada hati itu, terima kasih kuucapkan atas cinta yang sempurna, yang sudi mendengarkan permintaan hati ini. Meskipun yang kudapatkan bukanlah sebenarnya cinta, tapi itu telah mengisi lubang di hati yang pernah hampa. Walau sampai nanti sampai mati ini memang takkan abadi, setidaknya rasa memiliki kehilangan itu pernah ada disini. Dirimu juga bunga di malam itu, sebelum cahaya mentari menyapa. Sandaran hati semoga nanti kita berjumpa lagi di ruang rindu.

Pada akhirnya, semoga semua ilmu dan pengetahuan yang saya peroleh di kampus Fisip Usu tercinta ini berguna bagi saya dan dapat saya kembangkan serta diabdikan untuk masyarakat semata-mata hanya mengharapkan ridho dari Sang Maha Pencipta.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak...i

Kata pengantar...ii

Daftar Isi...iv

Daftar Tabel...ix

BAB I. PENDAHULUAN...1

I.1. Latar Belakang Masalah...1

I.2. Perumusan Masalah...7

I.3. Tujuan Penelitian...7

I.4. Manfaat Penelitian...8

I.5. Defenisi Konsep...8

I.6. Operasional Variabel...17

BAB II. KERANGKA TEORI...18

II.I. Teori Modernisasi...18

II.1.1. The five Stage Scheme...19


(7)

II.2. Manusia Modern...26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...28

III.1. Jenis Penelitian...28

III.2. Lokasi Penelitian...28

III.3. Populasi dan Sampel ...29

III.3.1. Populasi...29

III.3.2. Sampel...30

III.4. Teknik Pengumpulan Data...33

III.5. Teknik Analisa Data...34

III.6. Jadwal Kegiatan Penelitian...34

III.7. Keterbatasan Penelitian...36

BAB IV. HASIL DAN ANALISA PENELITIAN...37

IV.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian...38

IV.1.1. Batas-Batas Wilayah Desa...38

IV.1.2. Keadaan Penduduk...39


(8)

IV.2. Karakteristik Responden...46

IV.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...47

IV.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………48

IV.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama...49

IV.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...50

IV.3. Pendapat Responden Tentang Lama Menjadi Pengakses Warnet...51

IV.4. Pendapat Responden Tentang Penggunaan...51

IV.5. Pendapat Responden Tentang Rata-Rata Akses Dalam Satu Minggu...52

IV.6. Pendapat Responden Tentang Durasi Intensitas Penggunaan Warnet…...52

IV.7. Pendapat Responden Tentang Lingkup Informasi Yang Pernah Diakses...53

IV.8. Pendapat Responden Tentang Lingkup InformasiYang Sering Diakses...53

IV.9. Pendapat Responden Tentang Fasilitas Yang Biasa Diakses...54

IV.10. Pendapat Responden Tentang Memiliki Daftar Email...54


(9)

IV.12. Pendapat Responden Tentang jumlah Membuka Homepage...56

IV.13. Pendapat Responden Tentang Keperluan Mengakses Di Warnet...57 IV.14. Pendapat Responden Tentang Mengakses Membantu

Menunjang Pendidikan...57 IV.15. Pendapat Responden Tentang Kegiatan Akses Membantu

Memperluas Hubungan...58

IV.16. Pendapat Responden Tentang Kegiatan Akses Sangat Menghibur...58 IV.17. Pendapat Responden Tentang Kegiatan Akses Hanya Sekedar

Mengisi Waktu Luang...59 IV.18. Pendapat Responden Tentang Efek Penggunaan Media Warnet...59 IV.19. Pendapat Responden Tentang Mengakses Warnet

Mempengaruhi Cara Berfikir...60 IV.20. Pendapat Responden Tentang Mengakses Warnet Sebagai

Kebutuhan Mendesak...60 IV.21. Pendapat Responden Tentang Mencari Pemecahan Masalah Di Warnet...61 IV.22. Pendapat Responden Tentang Interaksi Dengan Pengakses

Lainnya Di Warnet...62 IV.23. Pendapat Responden Tentang Apakah Warnet Mendukung Warga


(10)

IV.24. Pendapat Responden Tentang Semua Informasi Di Warnet

Bebas Dan Terbuka...63 IV.25. Pendapat Responden Tentang Bila Tidak Mengakses Internet

Akan Ketinggalan Informasi...64 IV.26. Pendapat Responden Tentang Semakin Banyak Informasi

Yang Diperoleh Semakin Baik Dan Berguna...65

IV.27. Pendapat Responden Tentang Keberadaan Warnet

Akan Mempercepat Proses Pembangunan Desa...65

IV.28. Pendapat Responden Tentang Mengakses Di Warnet

Berarti Tidak Buta Informasi...66 IV.29. Pendapat Responden Tentang Mengakses Di Warnet

Berarti Ikut Menikmati Hasil Teknologi...66 IV.30. Pendapat Responden Tentang Informasi

Yang Biasa/Paling Sering Diakses...67 IV.31. Pendapat Responden Tentang Persepsi Perbandingan

Antara Internet Dan Media Massa Lainnya...67

IV.32. Analisis...67


(11)

IV.32.2. Motivasi Responden Untuk mengakses Intrenet Di Warnet...70

IV.32.3. Pandangan Responden Warnet Sebagai Salah Satu Indikator Pembangunan Desa...77

BAB V. PENUTUP...81

V.1. Kesimpulan...81

V.2. Saran-Saran...82

DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halalaman

Tabel.1 Jumlah penduduk Dusun XII Desa Tembung...40

Tabel.2 Jumlah penduduk dusun VII Desa Sambirejo Timur...40

Tabel.3 Sarana Pendidikan...43

Tabel.4 Sarana Ibadah...43

Tabel.5 Sarana Kesehatan...44

Tabel.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...,...47

Tabel.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...48

Tabel.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama...49

Tabel.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...50

Tabel.10 Distribusi Jawaban Responden Tentang Lama Menjadi Pengakses Warnet...51

Tabel.11 Distribusi Jawaban Responden Tentang Penggunaan...51

Tabel.12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Rata-Rata Akses Dalam Satu Minggu...52


(13)

Penggunaan Warnet...52

Tabel.14 Distribusi Jawaban Responden Tentang Lingkup Informasi

Yang Pernah Diakses...53

Tabel.15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Lingkup Informasi

Yang Sering Diakses...53 Tabel.16 Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas

Yang Biasa Diakses...54 Tabel.17 Distribusi Jawaban Tentang Memiliki Daftar Email...54

Tabel.18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Aktivitas Mengirim

dan Menerima Email...55 Tabel.19 Distribusi Jawaban Responden Tentang jumlah Membuka Homepage...56

Tabel.20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keperluan

Mengakses Di Warnet...57

Tabel.21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengakses Membantu

Menunjang Pendidikan...57 Tabel.22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Akses Membantu

Memperluas Hubungan...58 Tabel.23 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Akses


(14)

Sangat Menghibur...58

Tabel.24 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Akses Hanya

Sekedar Mengisi Waktu Luang...59

Tabel.25 Distribusi Jawaban Responden Tentang Efek Penggunaan

Media Warnet...59 Tabel.26 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengakses Warnet

Mempengaruhi Cara Berfikir...60 Tabel.27 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengakses Warnet Sebagai

Kebutuhan Mendesak...60 Tabel.28 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mencari Pemecahan

Masalah Di Warnet...61

Tabel.29 Distribusi Jawaban Responden Tentang Interaksi Dengan

Pengakses Lainnya Di Warnet...62

Tabel.30 Distribusi Jawaban Responden Tentang Apakah Warnet Mendukung Warga Dalam Proses Terbentuknya Masyarakat Informasi Di Desa...63 Tabel.31 Distribusi Jawaban Responden Tentang Semua Informasi Di Warnet

Bebas Dan Terbuka...63 Tabel.32 Distribusi Jawaban Responden Tentang Bila Tidak Mengakses Internet


(15)

Tabel.33 Distribusi Jawaban Responden Tentang Semakin Banyak Informasi

Yang Diperoleh Semakin Baik Dan Berguna...65 Tabel.34 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keberadaan Warnet

Akan Mempercepat Proses Pembangunan Desa ...65 Tabel.35 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengakses Di Warnet

Berarti Tidak Buta Informasi...66

Tabel.36 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengakses Di Warnet


(16)

Abstraksi

Pembangunan desa adalah sebagai proses modernisasi masyarakat kearah yang lebih baik dengan partisipasi masyarakat beserta ide-ide baru dan penerapan teknologi. Masyarakat desa dalam hal ini responden sebagai subjek pembangunan dirasa perlu membekali diri dengan beragam pengetahuan, jiwa membangun desa harus dipupuk dan di tingkatkan terus dengan beragam pengetahuan. Pembangunan desa tidak lepas dengan kemandirian warganya salah satu cara mengisi pembangunan desa itu sendiri.kemandirian individu itu sendiri.Warnet yang dikelola masyarakat desa sendiri dan di manfaatkan bersama masyarakat desa lainnya sebagai tempat mengakses informasi merupakan langkah positif mental pembaharuan warga desa sendiri. Adanaya warnet sebagai bagian modernisasi di desa itu dirasa berhasil manakala dimanfaatkan dengan bijak.

Jenis penelitian yang digunakan : penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti (Winarno,1975:131). Penelitian deskriptif dipilih karena penelitian ini hanya terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkap fakta keberadaan warnet sebagai salah satu indikator pembangunan desa.

Keberadaan warnet ternyata mempunyai dampak yang baik bagi kemajuan dan perkembangan desa, sejumlah responden merasa warnet telah menjadi sebuah bagian dari pembangunan desa itu sendiri. Ragam informasi yang di dapat dari mengakses internet di warnet desa telah menambah kapasitas diri responden sebagai subjek pembangunan desa itu sendiri. Keterbukan responden dengan hal yang bersifat inovatif yang di dapat kegiatan mengakses tersebut memberikan kontribusi yang baik bagi pembangunan desa.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan desa pada hakikatnya adalah suatu proses modernisasi yang menghantarkan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia kearah kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang. Tiga unsurnya adalah adanya partisipasi masyarakat, timbul gagasan-gagasan baru untuk kehidupan mendatang, dan penerapan teknologi yang tepat guna dan padat karya (Bintarto, 1984 : 27).

Bisa dikatakan ciri utama dari pembangunan desa itu sendiri yang terpenting adalah keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan baik secara swadaya murni dan swadaya gotong royong. Sasaran pembangunan desa adalah menjadikan semua desa-desa diseluruh wilayah Indonesia punya tingkat klasifikasi desa-desa swasembada.

Desa swasembada yaitu desa yang berkembang dimana taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat menunjukkan kenyataan yang semakin meningkat. Objek pembangunan suatu desa adalah desa itu sendiri, dan subjek pembangunannya adalah sumber daya manusia dan sumber daya alam, teknologi, dan kehidupan desa tersebut (Sajogyo dan Pudjiwati, 1986 : 136). Kemajuan teknologi (dalam hal ini internet) tidak lain adalah sebagai kemajuan ilmu pengetahuan manusia juga. Di desa sendiri kemajuan teknologi juga seharusnya ditanggapi secara baik agar desa dapat menempatkan dirinya sejajar dengan pembangunan daerah lainnya (kota).


(18)

Tujuan dari pembangunan adalah dengan jalan mempergunakan kemajuan teknologi (internet) dan ilmu pengetahuan dapat memperbaiki keadaan materi manusianya, agar dengan semua perbaikan itu manusia lebih dapat jadi manusia. (Astrid.S,1986 : 303). Karena titik tolak dari filsafat pembangunan adalah manusia dengan tujuan akhirnya manusia itu sendiri.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa berhasilnya pembangunan masyarakat, termasuk masyarakat desa adalah mental membangun masyarakatnya sendiri yang harus ada dan menerima semua perkembangan pembangunan dengan terbuka. Seperti yang dicirikan oleh Alex Inkeles (Weiner, 1983 : 90-93).

Salah satu ciri manusia modern adalah percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masyarakat desa sendiri hal ini dibuktikan bahwa mereka juga masyarakat modern dengan menerima teknologi informasi yaitu keberadaan internet ditengah-tengah mereka. Kehausan akan semua informasi yang ada menjadikan warnet tempat mengakses internet membimbing masyarakat untuk siap menyongsong semua pembangunan yang akan dan sedang terjadi.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangatlah diharapkan, agar masyarakat itu sendiri menjadi subjek pembangunan, sehingga secara langsung rasa memiliki pembangunan itu tumbuh secara alami, salah satunya dengan membuka usaha mandiri dengan mendirikan warnet di masyarakat sebagai wujud kreatif dan jiwa wirausaha, sekaligus mendidik masyarakat akan pengetahuan yang baru dalam mengimbangi pembangunan.


(19)

Adanya warung internet (warnet) yang menyediakan sarana bagi masyarakat untuk mengakses internet semakin memperlancar pembangunan yang ada. Karena dengan internet dapat memberdayakan pemerintahan dan masyarakatnya dengan menyediakan pengetahuan dan alat baru untuk memperoleh informasi taktis dan strategis pembangunan, sehingga pembangunan yang diharapkan dapat terlaksana.

Secara awam warnet banyak digunakan masyarakat karena menyediakan tempat mengakses internet dengan biaya yang terjangkau baik masyarakat kota maupun masyarakat desa.Warnet hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat desa menjadi salah satu indikasi desa tersebut telah membuka diri dengan kemajuan zaman dalam menyongsong pembangunan yang sarat dengan kemajuan teknologi informasi.

Di negara Dunia Ketiga warnet adalah tempat kebanyakan orang mengakses internet. Di negara-negara atau daerah-daerah maju yang akses internet nya sudah ada pada hampir setiap rumah, warnet jarang didapatkan dan mahal tarifnya. Di daerah perkotaan (urban) sebuah warnet memiliki nama-nama umum panggilan lain seperti net café atau cyber cafe, atau pusat permainan dalam jaringan dimana sambungan internetnya dikhususkan untuk melakukan permainan komputer dalam jaringan.

Sementara di daerah atau pinggir kota umumnya dikenal sebagai telecenter. Di beberapa negara yang banyak mengandalkan sensor seperti RRC dan Singapura warnet-warnet dikontrol. Tetapi di beberapa negara-negara lain malahan diberi bilik-bilik pribadi supaya bisa mengakses semua informasi apa saja tanpa dibatasi. Di Los Angeles, Amerika Serikat, warnet juga diawasi karena menarik geng-geng jalanan.


(20)

Umumnya warnet paling banyak terdapat/tersebar terutama di kota-kota besar (ibukota propinsi/kabupaten), di kota-kota kecil juga tersedia sebagai penyedia jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat di daerah tersebut dalam mengakses informasi. Kebanyakan warnet tersebar di dekat tempat-tempat pendidikan seperti universitas dan sekolah-sekolah.

Warnet sendiri juga banyak terdapat di tempat-tempat umum dimana orang bersosialisasi seperti mall atau town squarte, dan sejenisnya. Namun beberapa dari tempat di atas atau kafe-kafe tertentu ini memberikan jasa internet berupa koneksi wifi (hotspot) yang biasanya gratis karena sudah satu paket dengan biaya yang kita keluarkan saat minum atau makan. Biasanya pengunjung akan mendapat akun untuk memakai internet.

Penyebaran warnet di Indonesia pernah dipresentasikan dalam lokakarya di Mexico City, 16-19 November 2004 sebagai persiapan data ICT readiness di negara berkembang pada tahun yang sama. Ada beberapa aplikasi warnet yang bertujuan mencatat siapa yang masuk dan berapa lama dia memakai komputer.

• Manual adalah cara aplikasi yang paling sederhana dan tradisional dimana penjaga warnet mencatat penggunaan internet menggunakan kertas. Salah satu kekurangannya adalah penjaga warnet yang memutuskan apakah konsumen harus membayar lebih atau tidak. Karena beberapa masalah seperti konsumen gagal memakai komputer tapi tagihan bayaran tetap jalan.


(21)

• Aplikasi Berbasis Jaringan adalah aplikasi otomatis dalam jaringan dimana perhitungan dilakukan saat pengguna memasukkan identitas. Aplikasi ini lebih memudahkan penjaga karena terdapat fungsi-fungsi lainnya selain mencatat waktu seperti memberi diskon atau mengendalikan komputer dari jarak jauh.

Kehandalan-kehandalan teknologi informasi dan komunikasi dalam distribusi informasi telah memberikan harapan-harapan baru dalam pembangunan, sehingganya meratanya teknologi informasi terutama bidang pembangunan menjadi salah satu bagian dari pembangunan itu sendiri, baik pada masyarakat kota maupun masyarakat desa. Ini sejalan dengan pendapat Alex Inkeles yang mengatakan ciri-ciri masyarakat modern adalah salah satunya menerima kemajuan inovasi teknologi, tanpa terkecuali teknologi informasi.

Teknologi informasi seperti radio, televisi, celuler phone, dan internet merupakan beberapa instrument pendukung di dalam pembangunan. Dengan semakin berkembang pesatnya teknologi informasi (terutama internet), maka akan dengan mudahnya untuk mendapatkan informasi tanpa terikat waktu dan jarak. Dengan cepat kita mendapatkan informasi pembangunan yang ada dibelahan dunia lainnya.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan dampak yang signifikan dalam distribusi informasi segala aspek, termasuk pembangunan. Informasi telah mengalir dengan begitu cepatnya, bahkan tanpa melihat batas-batas


(22)

secara geografis, sehingga istilah dusun global (global village) atau rimba raya informasi (information super highway) sudah tidak lagi menjadi kosa kata yang asing.

Internet sebagai bagian perkembangan teknologi informasi telah menjadi bagian dalam pembangunan suatu daerah atau wilayah, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Keberadaan warnet (warung internet) yang menyediakan tempat untuk mengakses internet mulai menjadi hal umum dimasyarakat dalam pencarian semua informasi dalam pembangunan dewasa ini baik di kota maupun di desa.

Internet merupakan suatu gabungan antara teknologi komputer dan informasi secara global, sehingga dapat dipergunakan sebagai sarana untuk menyebarkan serta mencari informasi secara relatif cepat dibandingkan media lainnya, internet juga dapat digerakkan sebagai sarana untuk melakukan komunikasi dengan siapapun tanpa adanya batasan jarak.

Modernisasi sarana informasi (warnet) sebaai modernisasi masyarakat desa dalam pembangunan saling berkaitan, sebab modernisasi desa terjadi jika ada manfaat dari kemajuan yang telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di desa tersebut.

Munculnya warnet-warnet di desa dirasa menarik untuk dibahas dan dikaji sehingga dengan hadirnya warnet di tengah-tengah kehidupan desa bisa dirasakan manfaatnya bagi masyarakat, apakah semakin membantu pembangunan desa itu atau malah menghambat pembangunan yang sedang berlangsung.


(23)

Pada dasarnya sebuah inovasi yang sedang dan akan terjadi dalam hal apapun juga pasti mempunyai sebuah sumbangan pembangunan yang dirasa bermanfaat bagi pembangunan masyarakat yang menjalaninya. Begitu juga dengan keberadaan warnet yang hadir di masyarakat desa sebagai bagian dari pembangunan desa itu sendiri yang perlahan dan pasti menjadi bagian dari desa itu sendiri.

Keberadaan warnet selain dilihat dari manfaatnya bagi warga desa, juga coba dikaji lebih dalam lagi hubungannya dengan pembangunan khususnya pembangunan desa, apakah dengan keberadaan warnet di desa bisa dijadikan sebagai indikator pembangunan desa yang bersangkutan sehingga didapatkan benang merah dalam pembangunan desa yang terbuka dengan kemajuan teknologi.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah layanan “warnet”memberikan perubahan pola fikir masyarakat desa untuk mengakses informasi dan teknologi sebagai salah satu instrument indikator pembangunan desa ?

Apakah motivasi yang mendorong warga untuk mengakses warnet dan apakah keberadaan layanan internet (warnet) memberikan dampak bagi pembangunan desa ?


(24)

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan warnet yang ada di desa dalam kaitannya adalah pembangunan baik fisik maupun nonfisik desa itu sendiri. Penelitian ini hanya mempresentasikan sebuah data yang diperoleh dari berbagai pertanyaan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah tersebut. Selain itu diharapakan didapat ramuan baru dalam pembangunan desa, yang bersiap menyongsong perubahan sosial. Penelitian ini juga hendak mengetahui interaksi sosial yang terjadi di warnet yang diharapkan dapat menjadi tambahan bahan penelitian dalam memahami pola interaksi masyarakat.

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis : Sebagai salah satu penambah referensi kepustakaan tentang pembangunan terutama pembangunan desa, dan juga dapat dijadikan salah satu acuan data dalam mengkaji perubahan sosial di masyarakat desa.

Manfaat Praktis : Dapat dijadikan salah satu bahan referensi bagi pengambiul kebijakan pembangunan masyarakat, khususnya masyarakat desa yang menuju mnasyarakat modern.

I.5. Defenisi Konsep

I.5.1. Warnet (warung internet)

Warnet (internet cafe atau Cybercafe) adalah tempat dimana orang bisa menggunakan komputer untuk mengakses Internet dengan biaya tertentu, biasanya


(25)

per jam atau menit, tapi ada juga yang menyediakan semacam membership untuk akses tidak terbatas untuk harian atau bulanan. Selain menyediakan tempat untuk browsing, check email dan bermain game online.

Warnet juga berfungsi sebagai café, dimana pengunjung bisa menikmati makanan/minuman yang disediakan (http://oktaviani.com/pengertian warnet.htm). Warnet sebenarnya tergolong wirausaha karena untuk memulai membangun dan membuka warnet dibutuhkan investasi yang tidak sedikit juga. Kita harus mengetahui struktur, sistem LAN dan instalasi listrik serta jaringan membuat membuat warnet. Kemudian perangkat lunak dan keras yang dibutuhkan seperti program membagi bandwidth tuch di artikel sebelah.

Sejarah warnet jika mengacu pada istilah internet cafe, fenomena ini bermulai pada bulan Juli 1991 oleh Wayne Gregori di San Francisco ketika dia mulai membuka SFnet Coffeehouse Network. Gregori mendesain, membangun dan melakukan instalasi sendiri sebanyak 25 komputer yang dioperasikan lewat koin di kedai-kedai kopi di area San Francisco Bay. Terminal (komputer) yang disediakan tersebut terhubung dengan 32 Bulletin Board System yang menyediakan jasa elektronik semacam FIDOnet mail (yang pada tahun 1992 disebut juga dengan Internet mail).

Konsep dan nama Cybercafé ditemukan pada awal 1994 oleh Ivan Pope. Saat ia ditugaskan untuk mengembangkan event internet untuk pekan seni di Institute of Contemporary Arts (ICA) di London, ia terinspirasi oleh SFnet cafe. Kemudian Pope


(26)

menulis proposal yang berisi tentang konsep sebuah café dengan akses Internet dari meja-meja. Event tersebut berlangsung pada akhir pekan pada tanggal 12-13 Maret 1994 bertepatan dengan event Towards the Aesthetics of the Future. Pada tahun 1994, The Binary Cafe, Internet café pertama di Kanada dibuka di Toronto, Ontario.

Setelah itu, mulai banyak variasi cafe yang berdasarkan Cybercafé yang ditemukan oleh Ivan Pope tadi, seperti CompuCafe di Helsinki, Finland yang menggunakan robot sebagai penjual bir. Sebuah varian lain dari Internet café dinamakan PC bang (mirip dengan multiplayer game online) yang menjadi populer di Korea Selatan ketika StarCraft dirilis tahun 1997. Walaupun harga komputer dan akses internet saat itu mahal, namun banyak anak muda yang pergi ke PC bang untuk memainkan game multiplayer.

I.5.2. Indikator Pengukuran Keberhasilan Pembangunan

Penggunaan indikator dan variabel pembangunan bisa berbeda untuk setiap negara. Di negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan mendasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan yang murah, pendidikan murah, atau sembako yang terjangkau.

Sebaliknya negara-negara yang kebutuhan-kebutuhan mendasar tadi telah terpenuhi, indikator pembangunan bergeser kepada factor-faktor sekunder dan tersier. Sejumlah indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internasional antara lain seperti pendapatan perkapita (GNP atau PDB), struktur perekonomin, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Disamping itu terdapat pula dua


(27)

indikator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy T. Tikson terhadap kelima indikator tersebut :

Pendapatan Perkapita

Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Perspektif makro ekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur.

Struktur Ekonomi

Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan perkapita akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi serta peningkatan perkapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus.

Perkembangan-perkembangan sektor industrial dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja, dilain pihak, kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan menurun.


(28)

Urbanisasi

Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan/kota dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan.

Angka Tabungan

Perkembangan sector manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital merupakan factor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Di masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah.


(29)

Indeks Kualitas Hidup

IKH (Physical Qualty of life Index/PQLI) digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indikator makro ekonomi tidak dapat memberikan gambaran kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada :

a) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun

b) angka kematian bayi

c) angka melek huruf

Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian b yi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan.

Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.


(30)

Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indikator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumber daya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas.

Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen,

a) rata-rata harapan hidup pada saat lahir,

b) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU,


(31)

Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitude dan skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.

I.5.3. Pembangunan

Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan PDRB provinsi, kota/kabupaten (Kuncoro, 2004).Kemudian muncul juga defenisi pembangunan yang menekankan pada peningkatan income per capita (pendapatan per kapita). Definisi ini menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi pertumbuhan penduduk.

Definisi pembangunan tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Definisi yang cenderung melihat segi kuantitatif pembangunan ini dipandang perlu menengok indikator-indikator sosial yang ada (Kuncoro, 2004). Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Pembangunan mempunyai tiga inti nilai, yakni :

Ketahanan (Sustenance): kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk mempertahankan hidup, kebutuhan pangan, papan, dan sandang, seperti sembako, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan jaminan hidup.


(32)

Harga diri (Self Esteem): pembangunan haruslah memanusiakan manusia, pembangunan haruslah memberi kebanggan untuk manusia yang didalam pembangunan di suatu daerah.

Freedom from servitude atau kebebasan bagi setiap individu suatu negara untuk berpikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Myrdal misalnya mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang menekankan pentingnya pertumbuhan dengan perubahan (growth with change), terutama perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi tidak lagi memuja GNP sebagai sasaran pembangunan, namun lebih memusatkan perhatian pada kualitas dari proses pembangunan.

I.5.4. Desa di Indonesia

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari daerah. Berbeda dengan


(33)

luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah statusnya menjadi kelurahan.

I.6. Operasional Variabel

1. Karakteristik Responden

a) Pendidikan b) Jenis kelamin c) Agama d) Usia

2. Warnet Sebagai Salah Satu Indikator Pembangunan Desa

a) Kegiatan akses responden di warnet

b) Motif responden dalam mengakses di warnet


(34)

BAB II

KERANGKA TEORI

II.1. Teori Modernisasi

Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial dalam mengembangkan teori untuk memahami negara Dunia Ketiga yang baru lahir, yang pada dasarnya teori modernisasi dan pembangunan sebagai gagasan perubahan sosial menjadi sebuah ideologi. Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersifat revolusioner (perubahan cepat dari tradisional ke modern). Berwatak kompleks (melalui banyak cara dan disiplin ilmu), sistematik, gerakan global melalui tahapan menuju homogenitas (convergency) dan bersifat progresif, Teori ini banyak digunakan dikalangan interdisiplin sehingga lahirlah modernisasi dalam sosiologi. Di dunia akademik sendiri istilah-istilah modernisasi sering ditukarbalikkan dengan development/pembangunan, sehingga modernisasi memiliki kesamaan arti dengan pembangunan (Fakih, 2001 : 52-54).

Wilbert Moore berpendapat konsep modernisasi ialah suatu transformasi menyeluruh masyarakat traditional atau masyarakat pramodern menjadi masyarakat yang corak teknologi serta organisasi sosialnya berkaitan seperti apa yang terdapat di negara maju dan makmur dari segi ekonomi dan secara relatif stabil dari segi politik (Moore, 1963 : 89).


(35)

Sedangkan menurut pendapat Soerjono Soekanto modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning (Soerjono, 2009 : 204,206). Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut.

• Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.

• Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.

• Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.

• Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.

• Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.

• Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

II.1.1. Lima Tahap Pembangunan (The Five Stage Scheme)

Teori ini dikemukakan oleh W.W Rostow (Budiman, 2000 : 26) dalam bukunya The Stage of Economic Growth, disini mencakup proses pembangunan juga dalam kajian sosiologi. Bagi Rostow pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang menuju masyarakat yang


(36)

maju. Proses ini, dengan pelbagai variasinya pada dasarnya berlangsung sama dimanapun dan kapanpun. Variasi yang ada bukanlah mendasar, hanya berlangsung dipermukaan saja. Lima tahapan pembangunan (Rostow, 1966 : 4-11) tersebut adalah;

1. Masyarakat Tradisional

Pada fase ini dimasyarakat ilmu pengetahuan masih belum banyak dikuasai, karena masyarakat semacam ini dikuasai oleh kepercayaan tentang kekuatan diluar kekuasaan manusia, disini manusia sangat tunduk kepada alam. Masyarakat cenderung bersifat statis, kemajuan pada fase masyarakat ini berjalan lambat. Produksi hanya untuk konsumsi semata bukan sebagai investasi, pola kehidupan generasi kedua sama seperti generasi sebelumnya.

2. Prakondisi Untuk Lepas Landas

Pada fase ini meskipun sangat lambat, masyarakat tradisional bergerak menuju prakondisi untuk lepas landas. Biasanya ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar, yaitu dari masyarakat yang lebih maju. Adanya goncangan pada masyarakat tradisional membuat berkembangnya ide pembaharuan ditengah masyarakat.


(37)

3. Lepas Landas

Periode ini di tandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan/pembangunan, karena dianggap sebagai kewajaran. Industri-industri dan pemakaian teknologi mulai berkembang dengan pesat. Pertanian bukan hanya sekedar gaya hidup tapi juga sebagai mata pencaharian. Peningkatan produktivitas pertanian merupakan hal penting, karena modernisasi masyarakat memerlukan hasil pertanian yang banyak, agar ongkos perubahan dapat ditanggulangi.

4. Bergerak Ke Kedewasaan

Pada periode ini negara memantapkan posisinya dalam perekonomian global, komoditi yang tadinya diimpor kini diproduksi di dalam negeri, impor baru menjadi kebutuhan jika ekspor barang-barang dapat mengimbangi impor. Setelah 60 tahun (40 tahun setelah periode lepas landas berakhir), tingkat kedewasaan biasanya tercapai. Perkembangan industry bukan saja teknik-teknik produksi, tapi juga barang yang diproduksi, termasuk produksi barang modal.

5. Zaman Konsumsi Massal Yang Tinggi

Karena kenaikan pendapatan masyarakat, konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, juga kebutuhan yang lebih tinggi. Industri berubah dari produksi kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada tahap pencapaian kedewasaan dicapai, surplus ekonomi akibat proses politik


(38)

yang ada dialokasikan untuk kesejahteraan sosial dari penambahan dana sosial. Pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan terus-menerus.

Menurut Rostow (dalam Arief Budiman, 2000 : 29,30) titik terpenting dalam kemajuan dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lainnya adalah periode lepas landas. Selain itu juga menurut Rostow adanya sekelompok wiraswastawan yang melakukan tindakan pembaharuan, yakni sekelompok generasi muda yang gerah dengan sikap konvensional generasi sebelum mereka yang lembut menanggapi perubahan zaman.

Aspek lepas landas ini tentang aspek nonekonomi yaitu dengan meningkatnya investsi di sektor produktif, tumbuhnya sektor industry manufaktur yang penting yang tinggi dan munculnnya lembaga-lembaga politik dan sosial yang mana diharapkan membuat pertumbuhan menjadi proses yang berkesinambungan (Rostow, 1971 : 147,148).

II.1.2. The Need For Achievement (N’ach)

Teori ini diutarakan oleh McClelland (Fakih, 2001 : 59) yaitu nafsu untuk bekerja secara lebih baik, bekerja bukan untuk demi pengakuan sosial/gengsi, tapi dorongan kerja demi memuaskan batin dari dalam. Bagi mereka yang mempunyai dorongan N’ach yang tinggi akan bekerja lebih keras, belajar lebih cepat, mempunyai banyak kreativitas, dan lainnya yang diharapkan memberi pengaruh yang positif dimasyarakat.


(39)

Dalam pendekatan psikologi sosial (mikro), faktor pendorong perubahan sosial dan pembangunan bukan karakteristik masyarakat pada tingkat makro, tetapi karakterisitik masyarakat pada tingkat mikro. David McClelland sering dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam teori modernisasi. Jika teori pertumbuhan Rostow lebih merupakan teori ekonomi, teori modernisasi McClelland berangkat dari perspektif psikologi social.

Dalam bukunya, The Achievement Motif in Ekonomic Growth, McClelland (1984) memberikan dasar-dasar tentang psikologi dan sikap manusia kaitannya dengan bagaimana perubahan sosial terjadi. Secara jelas menceritakan sejarah manusia sejak awal selalui ditandai dengan jatuh bangunnya suatu kebudayaan.

Selanjutnya, dalam teori yang dikembangkan McClelland tentang motivasi berprestasi, pertanyaan yang ingin dijawabnya adalah bagaimana beberapa bangsa tumbuh sangat pesat di bidang ekonomi sementara bangsa yang lain tidak. Umumnya pertumbuhan ekonomi selalu dijelaskan karena faktor ‘ekternal’, tetapi menurut McClelland lebih merupakan faktor ‘internal’ yakni nilai-nilai dan motivasi yang mendorong untuk mengeksploitasi peluang, untuk meraih kesempatan. Pendeknya dorongan internal untuk membentuk dan merubah nasib sendiri.

Pandangan lain didasarkan pada studi McClelland, Inkeles dan Smith terhadap tesis Weber mengenai Etika Protestan dan pertumbuhan kapitalisme. Berdasarkan tafsiran McClelland atas tesis Max Weber, jika Etika Protestan menjadi pendorong pertumbuhan kapitalisme di Barat, analogi yang sama juga bisa untuk melihat


(40)

pertumbuhan ekonomi. Apa rahasia pikiran Weber atas Etika Protestan menurutnya adalah the need for achievement (N’ach). Alasan mengapa dunia ketiga terbelakang menurutnya karena rendahnya need for achevement tersebut. Sekali lagi, sikap dan budaya manusia yang dianggap sebagai sumber masalah dan prototipe the achieving society yang pada dasarnya adalah ciri-ciri watak dan motivasi masyarakat kapitalis.

Teori McClelland didasarkan pada studinya yang dilandaskan pada teori psiko analisis Freued tentang mimpi. McClelland melakukan studi di Amerika yang memfokuskan pada studi tentang motivasi dengan mencatat khayalan orang melalui pengumpulan bentuk cerita dari sebuah gambar.

Kesimpulannya bahwa khayalan ada kaitannya dengan dorongan dan perilaku dalam kehidupan mereka, yang dinamakan the need for achievement (N’ach) yakni nafsu untuk bekerja secara baik, bekerja tidak demi pengakuan sosial atau gengsi, tetapi dorongan kerja demi memuaskan batin dari dalam.

Bagi mereka yang mempunyai dorongan N’ach yang tinggi akan bekerja lebih keras, belajar dengan lebih giat, dan sebagainya. Perhatian ditujukan pada orang yang mempunyai N’ach tinggi dan mempunyai pengaruh yang besar pada masyarakat sekitarnya McClelland tertarik pada analisis Max Weber tentang hubungan antara Protestanisme dan Kapitalisme.

Weber berpendapat bahwa ciri wiraswastawan Protestan Calvinisme tentang takdir mendorong mereka untuk merasionalkan kehidupan yang ditujukan oleh Tuhan. Mereka memiliki N’ach yang tinggi. Yang dimaksud Weber dengan semangat


(41)

kapitalisme itu adalah dorongan need for achievement yang tinggi. Jadi, N’ach sesungguhnya penyebab pertumbuhan ekonomi di Barat, yang umumnya lahir dari keluarga yang dalam pendidikannya menekankan pentingnya kemandirian.

McClelland berpendapt bahwa N’ach selalu berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi.Dari studi itu, dia berpendapat adanya pengaruh dan kaitan antara pertumbuhan ekonomi dan tinggi rendahnya motive yang lain yakni need for power (N’power) dan need for affiliation (N’affiliation). McClelland menolak pandangan bahwa dorongan utama wirasawatawan adalah profit motive. Baginya perilaku wiraswasta tidak semata sekedar cari uang, melainkan dorongan achivement tadi.

Satu hal yang menjadi catatan penting adalah bahwa N’ach tidak diturunkan McClelland, dia berpendapat bahwa N’ach selalu berkaitan dengan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dan masyarakat. Sehingga timbul apa yang dimaksud dengan perilaku-perilaku mandiri dalam berusaha atau akrab yang disebut denga wiraswasta.

Pada dasarnya para wiraswastawan yang ingin dicapai adalah prestasi gemilang yang dikerjakannya melalui penampilan kerja yang baik, dengan selalu berusaha dan berfikir untuk menemukan cara-cara baru unuk memperbaiki kualitas kerja yang dicapainya yang juga untuk pembangunan di sekitarnya. Kemandirian wiraswastawan ini menjadi contoh baik dan cocok diterapkan untuk mewujudkan manusia modern yang selalu gerah dengan ketertinggalan. Berusaha sendiri dan bekerja keras selain untuk memenuhi kebutuhannya juga ada taste tersendiri bila bekerja dengan kepuasan bathin tersebut.


(42)

II.2. Manusia Modern

Ide pembangunan mengharuskan adanya perubahan watak manusia, yaitu suatu alat untuk mencapai tujuan yang lebih lanjut lagi, karena perubahan tersebut juga merupakan tujuan besar proses pembangunan itu sendiri. Tanda-tanda kemodern itu sendiri ada dua yaitu kemodernan dari dalam diri / masyarakat dan kemodernan dari luar diri / masyarakat. Sementara ciri-ciri manusia modern itu adalah,

1. Kesediaannya untuk menerima pengalaman-pengalaman yang terbilang baru dan keterbukaanya bagi pembaharuan dan perubahan.

2. Kesanggupan membentuk/mempunyai pendapat mengenai sejumlah persoalan yang ada baik di dalam maupun di luar lingkupnya. Semakin seseorang itu berpendididikan maka semakin maju wilayahnya, semakin besar pula kesediaannya untuk mengemukakan pendapat.

3. Menghargai waktu. Disini jelas sekecil apapun atau sesempit apapun waktu yang ada akan dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemajuan.

4. Mempunyai perencanaan, baik itu perencanaan yang sifatnya jangka pendek maupun perencanaan yang sifatnya jangka panjang semua direncanakan agar tersistematis untuk kedepannya.

5. Kemampuan menyakini kemampuan manusia.

6. Keadaan dapat diperhitungkan ( bukan semua tergantung pada nasib, sehingga keadaan suatu dunia yang cukup tertib bisa di bawah kendali manusia ). 7. Mempunya harga diri.


(43)

8. Percaya pada ilmu dan teknologi, sekalipun pada bentuk yang paling primitif. Disini jelas ilmu dipandang penting karena sesuatu yang bersifat ilmu atau pengetahuan umum dan teknologi dapat diterapkan untuk kemajuan suatu peradaban dan pembangunan bagi masyarakat yang terbuka kepada sesuatu yang baru.

9. Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan sesuai dengan prestasi yang diberikan. ( dalam Weiner, 1983 :90-93 ).


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti (Winarno, 1975 : 131).

Penelitian deskriptif dipilih karena penelitian ini hanya terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta yang ada mengenai keberadaan warnet sebagai salah satu indikator pembangunan desa pada pasar 6 dan 7 Tembung.

III.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada warnet yang ada di desa pada pasar 6 dan 7 Tembung, yaitu warnet Steve.net yang berlokasi di Jalan Pasar 6, tepatnya simpang pasar 5 Tembung, warnet RG.net di Jalan Makmur Pasar 7 Tembung. Adapun yang melatar belakangi penelitian ini dilakukan karena di daerah/desa tersebut memiliki warnet yang aktif dalam menyediakan layanan internet bagi masyarakat desa sekitar Selain itu pada warnet tersebut juga tidak terfokus utama pada penyediaan jasa game online seperti kebanyakan warnet di sekitarnya.


(45)

III.3. Populasi Dan Sampel

III.3.1. Populasi

Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi ed. 1989 : 152). Berdasarkan batasan tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga desa pengguna atau pengakses warnet yang diteliti.

Dalam menentukan populasi penelitian upaya dan langkah awal yang ditempuh adalah survey lapangan. Hasil survey tersebut kemudian menghasilkan data tentang jumlah pengakses warnet pada bulan Maret sampai dengan bulan November 2010. Menurut data laporan keuangan bulan Maret 2010 hingga bulan November 2010, jumlah keseluruhan pengguna warnet dalam setiap bulan dapat dirinci sebagai berikut:

STEVE NET JUMLAH RG. NET JUMLAH

Maret April Mei Juni Juli 301 orang 329 orang 250 orang 380 orang 490 orang Maret April Mei Juni Juli 510 orang 230 orang 330 orang 410 orang 440 orang


(46)

Agustus September Oktober November 270 orang 400 orang 530 orang 525 orang Agustus September Oktober November 290 orang 550 orang 590 orang 670 orang

Jumlah Total 3475 orang Jumlah Total 4020 orang

Oleh karena jumlah pengguna/pengakses warnet dalam setiap bulannya tidak tetap, dan belum bisa dipastikan bahwa setiap hari orang pengakses warnet itu adalah orang yang berbeda. Maka pengambilan sampel penelitian ditentukan berdasarkan jumlah rata-rata pendaftar dalam setiap bulan. Dan jumlah populasi dari kedua warnet tersebut adalah 7495 orang selama 9 bulan.

III.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang terpilih melalui suatu teknik pengambilan sampel tertentu, sehingga dapat mewakili populasi untuk diteliti (S. Sari:16). Maka sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan prosedur sebagai berikut:

Jumlah populasi ditentukan berdasarkan jumlah rata-rata pengakses dalam setiap bulan, yaitu : jumlah pengakses/jumlah bulan, lebih jelasnya seperti urain rumus dibawah ini,


(47)

7495 = 832,77 dibulatkan menjadi 800 orang 9

Untuk menghitung besarnya sampel didasarkan pada pendapat Taro Yamane (Rakhmat, 1995 : 99) yang mengajukan pilihan ukuran sampel berdasarkan tingkat presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%.

Rumus yang dikemukakan Taro Yamane adalah :

N n =

N (d)2 + 1

Dimana,` n : Besarnya sampel N : Besarnya populasi

d : Presisi atau derajat kebebasan (peneliti menetapkan 10% atau d = 0,1) Dari rumus Taro Yamane tersebut, maka besar sampel yang ditarik pada penelitian ini adalah :

N n =

N (d)2 + 1

800 n =


(48)

800 n =

8 + 1

800 n =

9

n = 88,9 n = 90 orang pengakses

Teknik pengambilan sampelnya adalah insidental sampling, oleh karena sampel atau responden ini masih belum diketahui dengan jelas maka penentuan siapa-siapa yang menjadi sampel, maka upaya teknik penyamplingan didasarkan pada teknik sampling non probability yaitu dengan jalan menggunakan teknik incidental sampling, siapa saja yang ada atau kebetulan pada saat mengakses, dengan catatan ia adalah pengguna warnet.

Untuk menghindari kemungkinan pengulangan jawaban yang diisi responden, maka upaya penyebaran angket dilakukan melalui dua tahap.

• Pertama angket diberikan kepada responden sesuai dengan target yang telah ditentukan.

• Kedua, dilakukan jika dalam tahap pertama target sampel belum mencukupi, dengan catatan bahwa calon responden ditanya terlebih dahulu apakah sudah pernah mengisi angket yang berkaitan dengan penelitian ini atau belum.


(49)

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menghubungkan tujuan penelitian dan pengumpulan data dari objek penelitian, maka ditempuh dengan upaya teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini merupakan langkah-langkah yang diperlukan untuk menemukan data dan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

III.4.1. Data Primer

Melalui teknik kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang diisi oleh responden. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi kuantitatif yang relevan dimana data dapat dimanifestasikan dalam bentuk angka-angka. Dan target yang ingin dicapai melalui kuesioner ini adalah mendapatkan data-data tentang profil pengakses, tingkat penggunaan, pemilihan materi akses, dan lain sebagainnya.

III.4.2. Data Sekunder

Melalui teknik studi kepustakaan, yaitu berupa bahan bacaan yang digunakan peneliti untuk melengkapi data dan pengetahuan serta referensi yang berkaitan dengan penelitian yang tidak diperoleh dari wawancara atau kuisioner. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari buku-buku, literature, dokumen-dokumen, artikel, jurnal-jurnal ilmiah yang mendukung penelitian ini.


(50)

III.5. Teknik Analisa Data

Data-data yang diperoleh melalui kuesioner akan diperiksa dan dianalisa, kemudian selanjutnya data-data yang sudah masuk dan terkumpul tadi selanjutnya akan diterjemahkan secara deskriptif. Pengorganisasian data-data ini bertujuan untuk menemukan dan menghubungkan setiap gejala (fenomena) yang ada dengan cara pemaparan dan penginterpretasian gejala-gejala yang bersangkutan. Untuk pengujian data-data dan mencari persentase data-data tersebut dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

P = ___F____ x 100% N

Dimana, P = jumlah prosentase dari sampel F = frekuensi jawaban

N = jumlah responden/sampel III.6. Jadwal Kegiatan Penelitian

Pengajuan judul skripsi merupakan tahap awal dari serangkain kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah seminar proposal penelitian dilakukan, revisi proposal penelitian dan pengurusan izin administrasi penelitian adalah tahapan berikutnya untuk persiapan penelitian langsung kelapangan, dimana setelah didapat data-data kemudian mengolahnya untuk melengkapi proposal penelitian yang dilakukan.


(51)

JADWAL KEGIATAN

N o.

Jenis Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Acc Judul X

2 Penyusunan Proposal X X

3 Seminar Proposal X

4 Revisi Proposal X

5 Pengurusan izin administrasi penelitian

X

6 Pembuatan Interview Guide

X X

7 Observasi dan Wawancara

X

8 Penyusunan dan Penulisan Laporan Penelitian

X X

9 Revisi Laporan Penelitian


(52)

III.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup keterbatasan pengetahuan peneliti tentang metode penelitian dan keterbatasan waktu yang dimiliki baik peneliti maupun responden. Keterbatasan pengetahuan peneliti tentang metode penelitian membuat penelitian menjadi lambat dan data yang diperoleh tidak terlalu dalam. Keterbatasan waktu baik peneliti maupun responden coba dilengkapi dengan data-data kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan sehingga diharapkan dapat melengkapi kekosongan data yang dikarenakan minimnya waktu antara peneliti dan responden. Responden yang dijadikan juga terkadang enggan mengisi kuesioner, sehingga pencarian responden yang lainnya jadi memakan waktu, dan data-data yang kurang coba di lengkapi dengan data sekunder.


(53)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

Pada bab ini disajikan data-data seputar kondisi desa penelitian dan hasil dari penelitian yang bertujuan untuk melihat penggunaan media internet/warnet di masyarakat. Apa saja yang mempengaruhi penggunaan warnet, serta kebutuhan apa saja yang berusaha untuk dipenuhi dalam mengakses warnet tersebut, dan apa dampak secara langsung dan tidak langsung atas keberadaan warnet tersebut. Atau dalam defenisi di atas telah kita klusterkan menjadi, penggunaan media, motif penggunaan, dan efek penggunaan.

Semua diperlukan untuk menjelaskan permasalahan penelitian yang dihadapi yakni mengenai penggunaan media internet (warnet) di desa penelitian. Konsep tersebut mempunyai hubungan antara satu dengan yang lain, dan hubungan antara satu variable dengan variable yang lain pada gilirannya merupakan penjelasan terhadap masalah penelitian yang dihadapi.

Untuk mengetahui penggunan media seperti warnet di masyarakat, maka pola exposure atau tingkat penggunaan media internet perlu diperhatikan disini, yakni bagaimana mereka mengakses di warnet, berapa lama ataupun berapa tinggi frekwensi menggunakan media warnet itu sendiri dalam jangka waktu tertentu. Aktifitas mengakses media warnet yang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan disini. Bisa saja dalam prakteknya dipengaruhi oleh berbagai kejadian yang bisa saja mempengaruhi hubungan relevansi antara variable. Misalnya mengenai


(54)

kempuan finansial, bisa saja sangat berpengauh. Apakah kemampuan finansial menjadikan frekwensi penggunaan media warnet menjadi tinggi dan sebaliknya.

IV.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Pasar 6 dan desa pasar 7 Tembung secara administrasi berada pada dua desa yang berbeda. Pasar 6 tepatnya berada di dusun XII Desa Tembung, sedangkan pasar 7 tepatnya berada di Jalan Makmur berada di Dusun VII Desa Sambirejo Timur. Walaupun kedua warnet tersebut berada di desa yang berlainan, namun jarak antara satu warnet dengan warnet lain dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki.

IV.1.1. Batas-Batas Wilayah Desa

Warnet Steve berada di dusun XII Desa Tembung, berikut batas-batas wilayah Desa Tembung :

• Sebelah utara berbatas dengan Bandar Khalipa/Klippa

• Sebelah selatan berbatas dengan Desa Bandar Klippa

• Sebelah timur berbatas dengan Desa Bandar Klippa


(55)

Sedangkan Warnet RG berada di dusun VII Desa Sambirejo Timur, berikut batas -batas wilayah Desa Sambirejo Timur :

• Sebelah utara berbatas dengan Desa Sei Rotan

• Sebelah selatan berbatas dengan Bandar Klippa

• Sebelah timur berbatas dengan Desa Sena/Batang Kuis

• Sebelah barat berbatas dengan Desa Tembung

IV.1.2. Keadaan Penduduk

Masalah kependudukan merupakan isu umum yang terdapat dalam suatu daerah atau wilayah. Walaupun penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan, namun bila tidak diimbangi dengan kemampuan dan ketrampilan yang memadai, maka akan menimbulkan kendala dalam proses pembangunan itu sendiri.

Desa Tembung memiliki 16 dusun/lingkungan, sedangkan Desa Sambirejo Timur memiliki 11 dusun/lingkungan, merupakan salah satu daerah administratif terkecil dalam tata pemerintahan di Indonesia, dan memiliki ciri tersendiri tentang gambaran keadaan kependudukannya. Penduduk di dua desa ini mayoritas adalah bersuku Jawa yang telah lama dan menetap di Sumatera Utara, sehingga nuansa jawa ada di desa tersebut.


(56)

1. Jumlah penduduk desa berdasarkan dusun tempat penelitian

Berikut adalah data jumlah penduduk dusun XII Desa Tembung dan jumlah penduduk dusun VII Desa Sambirejo Timur berdasarkan laporan kependudukan desa kepada kecamatan.

a. Jumlah penduduk dusun XII Desa Tembung

Tabel 1 (sumber : laporan kependudukan desa bulan februari 2011)

b. Jumlah penduduk dusun VII Desa Sambirejo Timur

Tabel 2 (sumber : laporan kependudukan desa bulan November 2010 ) no Jenis kelamin Jumlah (Jiwa)

1. Laki – laki 657

2. Perempuan 646

Total 1303

no Jenis kelamin Jumlah (Jiwa)

1. Laki – laki 972

2. Perempuan 969


(57)

2. Gambaran umum karakteristik penduduk desa

Menurut penuturan kepala dusun mayoritas warga desa beragama Islam. Di dusun tersebut terdapat sepuluh keluarga yang beragama Kristen, dan satu keluarga yang beragama Budha. Mayoritas pendududk dusun bermata pencaharian sebagai pekerja bangunan atau buruh pabrik dan berwiraswasta sendiri, atau mocok-mocok seperti penuturan kepala dusun. Dan hanya sebagian kecil saja yang bekerja sebagai pegawai negeri dan swasta serta berprofesi sebagai guru. Rata-rata warga dusun pendididkan terakhirnya adalah tamatan SMA/SMK, dan hanya sedikit yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, kurang lebih lima belas orang yang sarjana di dusun tersebut. Gambaran umum warga desa ini diperoleh berdasarkan wawancara singkat dengan kepala dusun setempat, karena tidak ada data lengkap baik di kantor desa maupun di kantor camat.

3. Sarana dan prasarana

Sarana dan Prasarana merupakan hal yang sangat penting untuk pencapaian tujuan suatu program atau kegiatan pembangunan. Suatu rencana yang disusun dengan baik, tanpa didukung sarana dan prasarana yang baik dan memadai, maka tujuan dari perencanaan dalam suatu program atau kegiatan kemasyarakatan akan sulit tercapai.

Untuk mendukung tugas pelayanan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka di desa penelitian tersebut tersedia berbagai sarana dan prasarana, seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana


(58)

tempat ibadah dan lain sebagainya. Adapun sarana dan prasarana tersebut adalah sebagai berikut;

a) Sarana pendidikan

Dalam hal penyediaan sarana pendidikan formal di Desa penelitian dapat dilihat pada table berikut ini, data sendiri diperoleh berdasarkan pengamatan langsung ke lapangan ;

No. Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) Keterangan

1. TK 1 Baik

2. SD 2 Baik

3. SLTP 2 Baik

4. SLTA 1 Baik

Total 6 Baik

Tabel 3 (sumber : berdasarkan pengamatan langsung)

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa sarana pendidikan di sekitar desa penelitian ini masih dikatakan belum memadai dikarenakan minimnya sarana pendididkan yang ada, sehingga bagi warga yang memiliki pilihan lain untuk memperoleh pendidikan memilih untuk mencari keluar desa.


(59)

b) Sarana ibadah

Dalam hal keagamaan dan sarana peribadatan menunjukan bahwa daerah tersebut memiliki corak keberagaman umat yang berbeda, namun dominasi satu agama terlihat dari saran ibadah yang ada di desa tersebut.

hal ini dapat kita lihat pada tabel berikut ini, dimana saran ibadah satu agama yang lebih banyak dibandingkan agama lain, walau demikian toleransi beragama dipelihara dengan baik di desa. data ini juga diperoleh berdasarka pengamatan langsung ke lapangan dan juga bertanya kepada kepala dusun yang ada di desa yang di teliti,

No. Jenis Sarana Jumlah Keterangan

1. Masjid 6 Baik

2. Mushola 3 Baik

3. Gereja 1 Baik

4. Vihara/Kuil Baik

Total 10 Baik

Tabel 4 (sumber : berdasarkan pengamatan langsung)

Sarana peribadatan pada desa tersebut terdiri dari 6 Masjid, 3 Mushola dan 1 Gereja. Sedangkan Vihara tidak ada. Artinya bahwa mayoritas pemeluk agama di desa tersebut adalah agama Islam, hal ini tergambar dari sarana ibadah yakni Masjid dan Langgar yang paling dominan.


(60)

c) Sarana kesehatan

No. Jenis Sarana Jumlah Keterangan

1. Poliklinik 1 Baik

2. Praktek Dokter 2 Baik

3. Puskesmas 1 Baik

4. Posyandu 1 Baik

Total 6 Baik

Tabel 5 (sumber : berdasarkan pengamatan langsung)

Bila melihat sarana kesehatan di atas, dapat dikatakan bahwa keadaannya belum memadai, karena minimnya sarana pelayanan publik yang kaitannya terhadap akses keseshatan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pemerintah desa dan masyarakatnya belum mulai sadar untuk menyediakan fasilitas kesehatan guna menunjang program pemerintah di bidang kesehatan khususnya kesehatan masyarakat.

IV.1.3. Gambaran Umum Warnet

Warnet RG berada di Jalan Makmur Pasar 7 Tembung dusun VII Desa Sambirejo Timur. Warnet ini berdampingan langsung dengan bagian induk rumah pemilik warnet, karena sebelumnya sebuah garasi kosong, daripada kosong maka disulap menjadi warnet lebih berguna. Waluau lokasi warnet bukan di jalan utama desa, namun warnet ini tidak pernah sepi oleh pengakses. Pada Warnet RG terdapat 5


(61)

bilik/kom lesehan dan 6 komputer (interent) yang tempat duduknya terbuka tanpa sekat-sekat.

Pada warnet ini sistem pencatatan pengakses internetnya dengan cara manual, yaitu operator/penjaga warnet mencatat pengakses yang menggunakan layanan dengan buku catatan yang ada padanya. Warnet ini ada sistem pemakaian bebas tergantung pengakses kapan selesai mengakses, dan sistem per paket, paket 2 jam, 3-5 jam, dan paket begadang plus soft drink. Bagi pengakses yang menunggu disediakan bangku-bangku untuk menunggu. Warnet ini juga menerima tempahan ketikan berupa tugas-tugas kuliah/sekolah atau laporan-laporan bagi mereka yang tidak pandai mengetik atau tidak mempunyai waktu. Pengakses warnet betah berlama-lama lantaran sikap penjaga warnet yang bersahabat dan ramah serta mau mengajari ini itu bagi pengakses pemula seperti anak.anak sekolah yang sebagian masih kurang paham dengan pemakaian media internet atau warga desa yang dulunya awam sama dengan teknologi seperti komputer/internet, namun memiliki kemauan untuk belajar.

Sementara Warnet Steve berada di Jalan Pasar 6 Tembung dekat simpang Pasar 5, dusun XII Desa Tembung. Lokasi yang berada di jalan utama desa membuat warnet ini ramai dengan pengakses bukan hanya dari penduduk sekitar saja, tapi warga desa lain yang kebetulan melintas di sana. Warnet ini terasa luas karena berbentuk ruko yang lantai satunya memang di khususkan untuk warnet.


(62)

Warnet ini memiliki 12 bilik/kom lesehan yang tiap biliknya dilengkapi dengan headphone dengan ruang bilik yang nyaman, dan 8 komputer untuk mengakses internet yang tempat duduknya terbuka tanpa sekat-sekat. Walau lebih banyak sistem bilik/kom daripada sistem terbukanya, namun interaksi sesama pengakses tetap terjadi dengan cara saling sahut-menyahut atau melalui pesan antar billing sesama pengakses atau ke operator.

Pada Warnet Steve sistem pencatatan pengaksesnya adalah dengan aplikasi berbasis jaringan, yaitu aplikasi otomatis dalam jaringan dimana perhitungan dilakukan saat pengakses memasukkan identitas. Aplikasi ini lebih memudahkan penjaga karena terdapat fungsi-fungsi lainnya selain mencatat waktu seperti memberi diskon atau mengendalikan komputer dari jarak jauh.

Di warnet ini juga ada sistem pemakaian bebas tergantung pengakses kapan selesai mengakses, dan sistem per paket, paket 3 jam dan paket 5 jam plus soft drink, dan paket begadang/malam. Warnet ini juga menerima tempahan ketikan berupa tugas-tugas kuliah/sekolah atau laporan-laporan bagi mereka yang tidak pandai mengetik atau tidak mempunyai waktu. Tiap hari terutama hari Sabtu dan Minggu warnet ini ramai dengan para pengakses karen letaknya yang strategis di jalan utama desa tadi.

Sejak mulai beroperasi, kedua warnet tersebut sampai dengan penelitian ini berlangsung, kedua warnet tersebut telah mampu menarik pengakses sekitar 800 pengakses yang berasal dari berbagai kalangan di sekitar desa. Jika dirata-ratakan,


(63)

setiap harinya kedua warnet tersebut menjaring pelanggan mencapai 10 sampai dengan 20 orang pengakses.

Bagi pihak penyedia warnet sendiri, hal ini merupakan indikator perkembangan yang positif, mengingat keberadaannya belum lama berdiri. Dan juga antusias warga desa dalam memanfaatkan fasilitas warnet yang tersedia.

IV.2. Karakteristik Responden

Di bawah ini akan disajikan beberapa tabel tunggal tentang karakteristik responden, yang datanya diperoleh melalui responden dengan menyebarkan kuesioner yang menjadi objek dalam penelitian ini. ”Tabel Tunggal” tersebut mengemukakan data variabel penelitian dan penganalisaannya dalam bentuk analisa tabel tunggal yang berasal dari data temuan yang diperoleh berdasarkan daftar pertanyaan di kuesioner.

IV.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Laki-laki 61 67,8

2. Perempuan 29 32,2

Total 90 100,0


(64)

IV.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah (jiwa) Persentase

1. 10-15 Tahun 15 16,7

2. 16-20 Tahun 42 46,7

3. 21-25 Tahun 28 31,1

4. 26 Tahun Keatas 5 5,5

Total 90 100,0 Tabel 7 (sumber : kuesioner/identitas responden)

Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki yakni sebanyak 61 orang responden (67,8%). Sedangkan yang lainnya adalah responden perempuan yakni sebanyak 29 orang responden (32,2%). Selisih antara responden perempuan dan responden laki-laki yakni sebanyak 32 orang responden ( 35,5%).

Tabel 7 menunjukkan mayoritas usia responden sebagai pengakses warnet adalah berusia 16-20 tahun yaitu sebanyak 42 orang responden (46,7%). Kemudian diikuti dengan usia responden antara 21-25 tahun yakni sebanyak 28 orang responden (31,1%). Kemudian jumlah usia antara 10-15tahun yakni sebanyak 15 orang responden (16,7%). Selebihnya adalah usia 26 tahun keatas sebanyak 5 orang responden (5,5%). Kenyataan ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada usia pendidikan dan usia produktif.


(65)

IV.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Islam 71 78,9

2. Kristen 19 21,1

4. Hindu - -

5. Budha - -

Total 90 100,0

Tabel 8 (sumber : kuesioner/identitas responden)

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah beragama Islam yakni sebanyak 71 orang responden (78,9%). Sedangkan yang beragama lain seperti Kristen Protestan sebanyak 19 orang responden (21,1%) dan sementara beragama Budha dan Hindu tidak ada. Hal ini berarti bahwa suasana keagamaan di lingkungan ini lebih banyak dipengaruhi suasana keislaman. Hal ini terlihat ketika adanya perayaan hari besar Islam bahkan adanya perwiridan kaum bapak dan ibu-ibu pada hari jum’at atau tiap malam jum’at selalu ramai.


(66)

IV.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase

1. SMP 20 22,2

2. SLTA 42 46,7

3. Sarjana 28 31,1

Total 90 100,0

Tabel 9 (sumber : kuesioner/identitas responden)

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi seseorang dalam memperbaiki kondisi kehidupnya agar jauh dari kemiskinan. Pada Tabel 9 terlihat bahwa responden dengan pendidikan formal yang terbanyak adalah berpendidikan SLTA sebanyak 42 orang responden (46,7%), diikuti oleh responden yang berpendidikan Perguruan tinggi yakni sebanyak 28 orang responden ( 31,1%). Selanjutnya responden yang berpendidikan SMP sebanyak 20 orang (22,2%). Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa responden pada umumnya, warga desa mempunyai latar belakang berpendidikan menengah lah yang lebih aktif dalam mengakses media warnet tersebut. Melihat persaingan yang sangat ketat di kehidupan kota khususnya Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang, tentu pendidikan sangat dibutuhkan sehingga hidup dapat lebih baik dan relatif wajar.


(67)

IV.3. Pendapat Responden Tentang Lama Menjadi Pengakses Warnet

No. Jawaban F %

1 Kurang dari 1 bulan 35 38,9

2 1 - 2 bulan 10 11,1

3 2 - 3 kali 10 11,1

4 3 bulan 35 38,9

N 90 100,0

Tabel 10 (sumber : kuesioner no. 1) IV.4. Pendapat Responden Tentang Penggunaan

No. Jawaban F %

1 Pengguna tetap 42 46,7

2 Pengguna tidak tetap 48 53,3

N 90 100,0

Tabel 11 (sumber : kuesioner no. 2)

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak menjadi pengakses di warnet adalah pengakses lama dan pengakses baru yaitu, pengakses baru yang < 1 bulan sebanyak 35 responden (38,9%) dan pengakses lama yang telah menjadi pengakses warnet > 3 bulan sebanyak 35 responden (38,9%)

Pada Tabel 11 menjelaskan bahwa responden sebagai pengakses internet di warnet desa antara pengguna tetap dan pengguna tidak tetap selisihnya hanya 4 responden (6,6%).


(68)

IV.5. Pendapat Responden Tentang Rata-Rata Akses Dalam Satu Minggu

No. Jawaban F %

1 Kurang dari 1 kali 17 18,9

2 1 sampai 2 kali 28 31,1

3 3 kali 21 23,3

4 Lebih dari 3 kali 24 26,7

N 90 100,0

Tabel 12 ( sumber kuesioner no.3)

IV.6. Pendapat Responden Tentang Durasi Intensitas Penggunaan Warnet

No. Jawaban F %

1 Kurang dari 2 jam 39 37,5

2 2 sampai 4 jam 42 52,5

3 Lebih dari 4 jam 9 10

N 90 100,0

Tabel 13 ( sumber kuesioner no.4)

Tabel 12 terlihat minat warga desa berdasarkan jawaban responden dalam mengakses internet cukup tinggi. Ini dijelaskan dengan rata-rata akses dalam seminggu 1-2 kali memperoleh jawaban tertinggi yakni sebanyak 28 responden (31,1%), kemudian > 3 kali sebanyak 24 responden (26,7%), 3 kali sebanyak 21 responden (23,3%), dan mengakses internet dalam satu minggu sekali sebanyak 17 responden (18,9%)


(69)

Minat yang tinggi juga diperoleh dari durasi akses internet (Tabel 13) yang dibutuhkan responden dimana mereka juga sebagai warga desa tempat penelitian ini dilakukan. Sebanyak 42 responden (52,5%) durasi yang digunakannya selama 2 sampai 4 jam. Sementara sebanyak 39 responden (37,5%) menggunakan layanan internet di warnet kurang dari 2 jam. Sebanyak 9 responden (10%) mengakses internet di warnet durasinya 4 jam lebih.

IV.7. Pendapat Responden Tentang Lingkup Informasi Yang Pernah Diakses

No. Jawaban F %

1 Lokal 13 14,5

2 Nasional 35 38,8

3 Internasional 20 22,2

4 Lainnya 22 24,5

N 90 100,0

Tabel 14 ( sumber kuesioner no.5)

IV.8. Pendapat Responden Tentang Lingkup Informasi Yang Sering Diakses

No. Jawaban F %

1 Lokal 13 14,5

2 Nasional 35 38,8

3 Internasional 20 22,2

4 Lainnya 22 24,5

N 90 100,0


(70)

Dari Tabel 14 dan 15 tergambar bahwa informasi yang pernah dan sering diakses responden di warnet desa menerangkan bahwa keingintahuan secara “nasional” sebanyak 35 responden (38,8%) yang menjawab informasi “international” sebanyak 20 responden (22,2%).

IV.9. Pendapat Responden Tentang Fasilitas Yang Biasa Diakses

No. Jawaban F %

1 Email 13 14,5

2 Website 20 22,2

3 Chating 22 24,5

4 Lainnya 35 38,8

N 90 100,0

Tabel 16 ( sumber kuesioner no.7)

Tabel 16 diatas nampak responden memang memanfaatkan fasilitas yang ada di internet dengan perbandingan yang tidak terlalu jauh selisihnya dalam memanfaatkan email, website, chating, dan lainnya.

IV.10. Pendapat Responden Tentang Memiliki Daftar Email

No. Jawaban F %

1 Punya 85 94,5

2 Tidak punya 5 5,5

N 90 100,00


(71)

IV.11. Pendapat Responden Tentang Aktivitas Mengirim dan Menerima Email

No. Jawaban F %

1 Pernah 45 50

2 Tidak pernah 5 5,5

3 Kadang-kadang 15 16,7

4 Sering 25 27,8

N 90 100,0

Tabel 18 ( sumber kuesioner no.9)

Tabel 17 menggambarkan bahwa masyarakat di desa berdasarkan jawaban responden hampir semua mempunyai email, jumlahnya 85 responden (94,5%) menjawab punya emai dan yang menjawab tidak punya email 5 responden (5,5%). Sedangkan pemanfaatan email dengan berkirim dan menerima email yang menjawab pernah sebanyak 45 responden (50%) seperti terlihat pada Tabel 18.

Ini menjelaskan bahwa respon yang diberikan masyarakat desa terhadap teknologi terbilang cukup besar. Dan itu juga nampak dari jumlah homepage yang dibuka saat mengakses internet, datanya seperti terlihat di Tabel 19. Jelas terlihat jumlah responden yang menjawab membuka homepage sebanyak 10 atau lebih homepage menempati urutan teratas sebanyak 40 responden (44,4%) dan yang menjawab membuka kurang dari 5 homepage menempati posisi terbawah sebanyak 20 responden (22,2%).


(1)

LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN

Modernisasi Sarana Informasi (Warnet) Sebagai Salah Satu Indikator Pembangunan Desa

(studi deskriptif tentang warga Pasar 6 & 7 Desa Tembung sebagai pengakses warung internet/warnet)

Dalam rangka proses penelitian, sangat diperlukan data yang lengkap dan tepat. Maka untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan anda untuk mengisi atau memberikan jawaban setiap pertanyaan. Saya sangat menghormati jawaban apapun yang anda berikan dan saya menjamin kerahasiaan jawaban anda. Selanjutnya data kuesioner ini saya pergunakan sebagai data pelengkap dalam skripsi saya sebagai sebagai syarat meraih gelar sarjana S.sos pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu politik, Universitas Sumatera Utara.

Atas kesediaan dan bantuan anda, saya ucapkan terima kasih

A. Identitas Responden

Nama :

Pendidikan : Jenis Kelamin :

Agama :


(2)

B. Pengalaman Responden Mengakses (lingkari/silanglah jawaban anda)

1. Sudah berapa lama anda menjadi pengakses warnet “Steve.Net” yang berlokasi di Jalan Pasar 6 Tembung Simpang Pasar 5 atau warnet “RG.Net” di Jalan Makmur Pasar 7 Tembung?

a. Kurang dari 1 bulan b. 1-2 bulan c. 2-3 bulan d. 3 bulan lebih 2. Apakah anda termasuk pengguna tetap atau pengguna tidak tetap?

a. Pengguna tetap b. Pengguna tidak tetap

3. Berapa kali rata-rata anda mengakses dalam satu minggu?

a. Kurang dari 1 kali b. 1-2 kali c. 3 kali d. lebih dari 3 kali 4. Berapa rata-rata waktu yang anda gunakan dalam setiap kali mengakses

warnet?

a. Kurang dari 2 jam b. 2-4 jam c. 4 jam lebih 5. Lingkup informasi yang pernah anda akses?

a. Lokal b. Nasional c. Internasional d.lain-lain (sebutkan)…

6. Lingkup informasi yang paling sering diakses?

a. Lokal b. Nasional c. Internasional d.lain-lain (sebutkan)…

7. Fasilitas apa saja yang biasa anda gunakan di warnet?

a. E-mail b. website c. chating d.lain-lain(sebutkan)..

8. Apakah anda mempunyai (daftar) alamat e-mail? a. Punya b. Tidak punya

9. Pernahkah anda mengirim atau menerima e-mail?

a. Pernah b. Tidak pernah c. Kadang-kadang d. Sering 10. Sudah berapa banyak homepage yang anda akses


(3)

11. Untuk keperluan apakah anda mengakses diwarnet?

a. Penunjang pendidikan b. pengetahuan umum c. mengisi waktu luang d. lain-lain (sebutkan)…

12. Apakah dengan menggunakan fasilitas warnet ini, membantu akademik anda?

a. Membantu b. Cukup membantu c. Tidak membantu d. Lain-lain (sebutkan)…

13. Apakah dengan menggunakan internet “warnet”, membantu memperluas hubungan anda?

a. Membantu b. tidak membantu c. kadang-kadang d. lain-lain (sebutkan)

14. Apakah menurut anda, kegiatan mengakses diwarnet sangat menghibur anda?

a. Ya b. tidak c. kadang-kadang d. lain-lain (sebutkan) 15. Apakah kegiatan mengakses di warnet anda hanya sekedar mengisi waktu

luang?

a. Ya b. tidak c. kadang-kadang d. lain-lain (sebutkan) 16. Apakah anda mengakses warnet sesuai dengan harapan anda sebelumnya?

a. Sesuai b. kurang sesuai c. kadang-kadang d.lain-lain (sebutkan)

17. Apakah dari hasil anda mengakses warnet, mempengaruhi cara berfikir anda?

a. Ya b. tidak c. kadang-kadang d. lain-lain (sebutkan) 18. Apakah anda merasa bahwa warnet merupakan suatu kebutuhan yang

harus segera/mendesak untuk dipenuhi?

a. Ya b. tidak c. kadang-kadang d. lain-lain (sebutkan) 19. Jika anda mempunyai masalah, pernahkah anda mencari pemecahannya di

warnet?


(4)

20. Apakah anda sering berkomunikasi dengan sesama pengakses di warnet? a. Ya b. tidak c. kadang-kadang d. lain-lain (sebutkan) 21. Warnet sangat mendukung warga dalam proses terbentuknya masyarakat

informasi di desa. Setujukah anda?

a. Setuju b. tidak setuju c. lain-lain/alasan….

22. Segala jenis informasi yang di dapat pada warnet didapat secara bebas dan terbuka. Setujukah anda?

a. Setuju b. tidak setuju c. lain-lain/alasan….

23. Jika tidak mengakses internet akan ketinggalan informasi. Setujukah anda?

a. Setuju b. tidak setuju c. lain-lain/alasan…

24. Semakin banyak informasi yang diperoleh akan semakin baik dan berguna. Setujukah anda?

a. Setuju b. tidak setuju c. lain-lain/alasan…

25. Dengan adanya warnet berarti akan mempercepat proses pembangunan desa. Setujukah anda?

a. Setuju b. tidak setuju c. lain-lain/alasan…

26. Dengan mengakses diwarnet berarti tidak buta informasi. Setujukah anda? a. Setuju b. tidak setuju c. lain-lain/alasan…

27. Dengan cara mengakses di warnet berarti ikut menikmati hasil teknologi. Setujukah anda?

a. Setuju b. tidak setuju c. lain-lain/alasan…

28. Sebutkan jenis informasi apa saja yang biasa anda akses.?

1. … 4. ….

2. … 5. ….


(5)

29. Sebutkan jenis informasi yang paling sering anda akses (mohon diurutkan sesuai dengan tingkat keseringan anda)

1….. 4. ….

2. …. 5. ….

3. …. dst. ..

30. Dari segi berita/informasi yang tersedia di warnet, bagaimana persepsi anda tentang perbandingan antara internet dan media massa lainnya (Koran, majalah, televisi, radio)

1. …… 4. ……

2. …… 5. ……

3. …… dst. ….

Sebelum dan sesudah pengisian Kuesioner ini saya ucapkan terima kasih banyak atas kesediaan saudara/i mengisi kuesioner ini

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya meminta kesediaan anda untuk di wawancarai. Jika bersedia, mohon diisi data di bawah ini:

Nama :

Nama panggilan :

Alamat :

No. Telepon :

Kapan bersedia diwawancarai : Draft Wawancara


(6)

3. Dari mana atau dari sapa anda tahu tentang fungsi warnet?

4. Dapatkah anda memberikan penjelasan tentang keterampilan khusus, minat dan hobi yang anda miliki?

5. Pernahkah anda bertanya kepada teman anda tentang alasan-alasan mengakses?

6. Dari segi penggunaan dalam mengakses diwarnet, apakah anda tidak merasa kesulitan mengoperasikan computer?

7. Mungkin anda dapat menceritakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada waktu mengakses diwarnet?

8. Bagaimana perasaan anda setelah mengakses di warnet?

9. Apakah anda merasa puas dengan informasi yang tersedia di warnet?

10. Apakah anda merasa puas dengan pelayanan yang diberikan pihak pengelola warnet?

11. Dari segi biaya akses, apakah anda merasa puas?

12. Apakah menurut pendapat anda, teman-teman sesama pengakses warnet sama seperti anda, merasa puas atau tidak?

13. Anda mungkin dapat menceritakan tentang kepuasan dan ketidakpuasan anda? 14. Apa saran-saran anda untuk warnet ini?