Pada dasarnya sebuah inovasi yang sedang dan akan terjadi dalam hal apapun juga pasti mempunyai sebuah sumbangan pembangunan yang dirasa bermanfaat bagi
pembangunan masyarakat yang menjalaninya. Begitu juga dengan keberadaan warnet yang hadir di masyarakat desa sebagai bagian dari pembangunan desa itu sendiri yang
perlahan dan pasti menjadi bagian dari desa itu sendiri. Keberadaan warnet selain dilihat dari manfaatnya bagi warga desa, juga coba
dikaji lebih dalam lagi hubungannya dengan pembangunan khususnya pembangunan desa, apakah dengan keberadaan warnet di desa bisa dijadikan sebagai indikator
pembangunan desa yang bersangkutan sehingga didapatkan benang merah dalam pembangunan desa yang terbuka dengan kemajuan teknologi.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
• Apakah layanan “warnet”memberikan perubahan pola fikir masyarakat desa
untuk mengakses informasi dan teknologi sebagai salah satu instrument indikator pembangunan desa ?
• Apakah motivasi yang mendorong warga untuk mengakses warnet dan
apakah keberadaan layanan internet warnet memberikan dampak bagi pembangunan desa ?
Universitas Sumatera Utara
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan warnet yang ada di desa dalam kaitannya adalah pembangunan baik fisik maupun nonfisik desa itu
sendiri. Penelitian ini hanya mempresentasikan sebuah data yang diperoleh dari berbagai pertanyaan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah tersebut.
Selain itu diharapakan didapat ramuan baru dalam pembangunan desa, yang bersiap menyongsong perubahan sosial. Penelitian ini juga hendak mengetahui interaksi
sosial yang terjadi di warnet yang diharapkan dapat menjadi tambahan bahan penelitian dalam memahami pola interaksi masyarakat.
I.4. Manfaat Penelitian
•
Manfaat Teoritis : Sebagai salah satu penambah referensi kepustakaan tentang
pembangunan terutama pembangunan desa, dan juga dapat dijadikan salah satu acuan data dalam mengkaji perubahan sosial di masyarakat desa.
•
Manfaat Praktis : Dapat dijadikan salah satu bahan referensi bagi pengambiul
kebijakan pembangunan masyarakat, khususnya masyarakat desa yang
menuju mnasyarakat modern. I.5. Defenisi Konsep
I.5.1. Warnet warung internet
Warnet internet cafe atau Cybercafe adalah tempat dimana orang bisa menggunakan komputer untuk mengakses Internet dengan biaya tertentu, biasanya
Universitas Sumatera Utara
per jam atau menit, tapi ada juga yang menyediakan semacam membership untuk akses tidak terbatas untuk harian atau bulanan. Selain menyediakan tempat untuk
browsing, check email dan bermain game online. Warnet juga berfungsi sebagai café, dimana pengunjung bisa menikmati
makananminuman yang disediakan http:oktaviani.compengertian warnet.htm. Warnet sebenarnya tergolong wirausaha karena untuk memulai membangun dan
membuka warnet dibutuhkan investasi yang tidak sedikit juga. Kita harus mengetahui struktur, sistem LAN dan instalasi listrik serta jaringan membuat membuat warnet.
Kemudian perangkat lunak dan keras yang dibutuhkan seperti program membagi
bandwidth tuch di artikel sebelah.
Sejarah warnet jika mengacu pada istilah internet cafe, fenomena ini bermulai pada bulan Juli 1991 oleh Wayne Gregori di San Francisco ketika dia mulai
membuka SFnet Coffeehouse Network. Gregori mendesain, membangun dan melakukan instalasi sendiri sebanyak 25 komputer yang dioperasikan lewat koin di
kedai-kedai kopi di area San Francisco Bay. Terminal komputer yang disediakan tersebut terhubung dengan 32 Bulletin Board System yang menyediakan jasa
elektronik semacam FIDOnet mail yang pada tahun 1992 disebut juga dengan Internet mail.
Konsep dan nama Cybercafé ditemukan pada awal 1994 oleh Ivan Pope. Saat ia ditugaskan untuk mengembangkan event internet untuk pekan seni di Institute of
Contemporary Arts ICA di London, ia terinspirasi oleh SFnet cafe. Kemudian Pope
Universitas Sumatera Utara
menulis proposal yang berisi tentang konsep sebuah café dengan akses Internet dari meja-meja. Event tersebut berlangsung pada akhir pekan pada tanggal 12-13 Maret
1994 bertepatan dengan event Towards the Aesthetics of the Future. Pada tahun 1994, The Binary Cafe, Internet café pertama di Kanada dibuka di Toronto, Ontario.
Setelah itu, mulai banyak variasi cafe yang berdasarkan Cybercafé yang ditemukan oleh Ivan Pope tadi, seperti CompuCafe di Helsinki, Finland yang
menggunakan robot sebagai penjual bir. Sebuah varian lain dari Internet café dinamakan PC bang mirip dengan multiplayer game online yang menjadi populer di
Korea Selatan ketika StarCraft dirilis tahun 1997. Walaupun harga komputer dan akses internet saat itu mahal, namun banyak anak muda yang pergi ke PC bang untuk
memainkan game multiplayer.
I.5.2. Indikator Pengukuran Keberhasilan Pembangunan
Penggunaan indikator dan variabel pembangunan bisa berbeda untuk setiap negara. Di negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan
mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan mendasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan yang murah, pendidikan murah, atau sembako yang terjangkau.
Sebaliknya negara-negara yang kebutuhan-kebutuhan mendasar tadi telah terpenuhi, indikator pembangunan bergeser kepada factor-faktor sekunder dan
tersier. Sejumlah indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internasional antara lain seperti pendapatan perkapita GNP atau PDB, struktur
perekonomin, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Disamping itu terdapat pula dua
Universitas Sumatera Utara
indikator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup IKH atau PQLI dan
Indeks Pembangunan Manusia HDI. Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy T. Tikson terhadap kelima indikator tersebut :
•
Pendapatan Perkapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi. Perspektif makro ekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur.
•
Struktur Ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan perkapita akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas
sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi serta peningkatan perkapita, konstribusi sektor manupakturindustri dan jasa terhadap pendapatan nasional
akan meningkat terus. Perkembangan-perkembangan sektor industrial dan perbaikan tingkat upah
akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja, dilain pihak, kontribusi sektor
pertanian terhadap pendapatan nasional akan menurun.
Universitas Sumatera Utara
•
Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaankota dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi
dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara Eropa
Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan
semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di
Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu
indikator pembangunan. •
Angka Tabungan
Perkembangan sector manufakturindustri selama tahap industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital merupakan factor utama dalam
proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh
revolusi industri. Di masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
•
Indeks Kualitas Hidup
IKH Physical Qualty of life IndexPQLI digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indikator
makro ekonomi tidak dapat memberikan gambaran kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah
bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada :
a angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun
b angka kematian bayi
c angka melek huruf
Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian b yi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan
keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang
memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya
status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk
mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.
Universitas Sumatera Utara
•
Indeks Pembangunan Manusia Human Development Index
The United Nations Development Program UNDP telah membuat indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indikator
yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan
hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumber daya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang
bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia
akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas.
Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat
dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan dan
pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen,
a rata-rata harapan hidup pada saat lahir,
b rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU,
c pendapatan perkapita dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitude dan skills,
disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.
I.5.3. Pembangunan
Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu negara.
Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan PDRB provinsi, kotakabupaten Kuncoro, 2004.Kemudian muncul juga defenisi
pembangunan yang menekankan pada peningkatan income per capita pendapatan per kapita. Definisi ini menekankan pada kemampuan suatu negara untuk
meningkatkan output yang dapat melebihi pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi
mengubah struktur suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Definisi yang cenderung melihat segi kuantitatif pembangunan ini dipandang
perlu menengok indikator-indikator sosial yang ada Kuncoro, 2004. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan
ekonomi tradisional. Pembangunan mempunyai tiga inti nilai, yakni : •
Ketahanan Sustenance: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk mempertahankan hidup, kebutuhan pangan, papan, dan
sandang, seperti sembako, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan jaminan hidup.
Universitas Sumatera Utara
• Harga diri Self Esteem: pembangunan haruslah memanusiakan
manusia, pembangunan haruslah memberi kebanggan untuk manusia yang didalam pembangunan di suatu daerah.
• Freedom from servitude atau kebebasan bagi setiap individu suatu negara
untuk berpikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Myrdal misalnya mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang menekankan pentingnya pertumbuhan dengan
perubahan growth with change, terutama perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi tidak lagi memuja GNP sebagai sasaran
pembangunan, namun lebih memusatkan perhatian pada kualitas dari proses pembangunan.
I.5.4. Desa di Indonesia
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupatenkota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat
daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih
Universitas Sumatera Utara
luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah statusnya menjadi kelurahan. http:id.wikipedia.orgwikiDesa
I.6. Operasional Variabel
1. Karakteristik Responden
a Pendidikan
b Jenis kelamin
c Agama
d Usia
2. Warnet Sebagai Salah Satu Indikator Pembangunan Desa
a Kegiatan akses responden di warnet
b Motif responden dalam mengakses di warnet
c Warnet sebagai salah satu bagian pembangunan desa
Universitas Sumatera Utara
BAB II
KERANGKA TEORI
II.1. Teori Modernisasi
Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial dalam mengembangkan teori untuk memahami negara Dunia Ketiga yang baru lahir,
yang pada dasarnya teori modernisasi dan pembangunan sebagai gagasan perubahan sosial menjadi sebuah ideologi. Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya
bersifat revolusioner perubahan cepat dari tradisional ke modern. Berwatak kompleks melalui banyak cara dan disiplin ilmu, sistematik, gerakan global melalui
tahapan menuju homogenitas convergency dan bersifat progresif, Teori ini banyak digunakan dikalangan interdisiplin sehingga lahirlah modernisasi dalam sosiologi. Di
dunia akademik sendiri istilah-istilah modernisasi sering ditukarbalikkan dengan developmentpembangunan, sehingga modernisasi memiliki kesamaan arti dengan
pembangunan Fakih, 2001 : 52-54.
Wilbert Moore berpendapat konsep modernisasi ialah suatu transformasi menyeluruh masyarakat traditional atau masyarakat pramodern menjadi masyarakat
yang corak teknologi serta organisasi sosialnya berkaitan seperti apa yang terdapat di negara maju dan makmur dari segi ekonomi dan secara relatif stabil dari segi politik
Moore, 1963 : 89.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut pendapat Soerjono Soekanto modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan
yang biasanya dinamakan social planning Soerjono, 2009 : 204,206. Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu,
yaitu sebagai berikut. •
Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.
• Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan
birokrasi. •
Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.
• Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi
dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. •
Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
• Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
II.1.1. Lima Tahap Pembangunan The Five Stage Scheme
Teori ini dikemukakan oleh W.W Rostow Budiman, 2000 : 26 dalam bukunya The Stage of Economic Growth, disini mencakup proses pembangunan juga
dalam kajian sosiologi. Bagi Rostow pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang menuju masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
maju. Proses ini, dengan pelbagai variasinya pada dasarnya berlangsung sama dimanapun dan kapanpun. Variasi yang ada bukanlah mendasar, hanya berlangsung
dipermukaan saja. Lima tahapan pembangunan Rostow, 1966 : 4-11 tersebut adalah;
1. Masyarakat Tradisional
Pada fase ini dimasyarakat ilmu pengetahuan masih belum banyak dikuasai, karena masyarakat semacam ini dikuasai oleh kepercayaan tentang kekuatan diluar
kekuasaan manusia, disini manusia sangat tunduk kepada alam. Masyarakat cenderung bersifat statis, kemajuan pada fase masyarakat ini berjalan lambat.
Produksi hanya untuk konsumsi semata bukan sebagai investasi, pola kehidupan generasi kedua sama seperti generasi sebelumnya.
2. Prakondisi Untuk Lepas Landas
Pada fase ini meskipun sangat lambat, masyarakat tradisional bergerak menuju prakondisi untuk lepas landas. Biasanya ini terjadi karena adanya campur
tangan dari luar, yaitu dari masyarakat yang lebih maju. Adanya goncangan pada masyarakat tradisional membuat berkembangnya ide pembaharuan ditengah
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Lepas Landas
Periode ini di tandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhanpembangunan, karena dianggap sebagai kewajaran.
Industri-industri dan pemakaian teknologi mulai berkembang dengan pesat. Pertanian bukan hanya sekedar gaya hidup tapi juga sebagai mata pencaharian. Peningkatan
produktivitas pertanian merupakan hal penting, karena modernisasi masyarakat memerlukan hasil pertanian yang banyak, agar ongkos perubahan dapat
ditanggulangi.
4. Bergerak Ke Kedewasaan
Pada periode ini negara memantapkan posisinya dalam perekonomian global, komoditi yang tadinya diimpor kini diproduksi di dalam negeri, impor baru menjadi
kebutuhan jika ekspor barang-barang dapat mengimbangi impor. Setelah 60 tahun 40 tahun setelah periode lepas landas berakhir, tingkat kedewasaan biasanya tercapai.
Perkembangan industry bukan saja teknik-teknik produksi, tapi juga barang yang diproduksi, termasuk produksi barang modal.
5. Zaman Konsumsi Massal Yang Tinggi
Karena kenaikan pendapatan masyarakat, konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, juga kebutuhan yang lebih tinggi. Industri berubah
dari produksi kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada tahap pencapaian kedewasaan dicapai, surplus ekonomi akibat proses politik
Universitas Sumatera Utara
yang ada dialokasikan untuk kesejahteraan sosial dari penambahan dana sosial. Pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa
menopang kemajuan terus-menerus.
Menurut Rostow dalam Arief Budiman, 2000 : 29,30 titik terpenting dalam kemajuan dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lainnya adalah periode lepas
landas. Selain itu juga menurut Rostow adanya sekelompok wiraswastawan yang melakukan tindakan pembaharuan, yakni sekelompok generasi muda yang gerah
dengan sikap konvensional generasi sebelum mereka yang lembut menanggapi perubahan zaman.
Aspek lepas landas ini tentang aspek nonekonomi yaitu dengan meningkatnya investsi di sektor produktif, tumbuhnya sektor industry manufaktur yang penting
yang tinggi dan munculnnya lembaga-lembaga politik dan sosial yang mana diharapkan membuat pertumbuhan menjadi proses yang berkesinambungan Rostow,
1971 : 147,148.
II.1.2. The Need For Achievement N’ach
Teori ini diutarakan oleh McClelland Fakih, 2001 : 59 yaitu nafsu untuk bekerja secara lebih baik, bekerja bukan untuk demi pengakuan sosialgengsi, tapi
dorongan kerja demi memuaskan batin dari dalam. Bagi mereka yang mempunyai dorongan N’ach yang tinggi akan bekerja lebih keras, belajar lebih cepat, mempunyai
banyak kreativitas, dan lainnya yang diharapkan memberi pengaruh yang positif dimasyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pendekatan psikologi sosial mikro, faktor pendorong perubahan sosial dan pembangunan bukan karakteristik masyarakat pada tingkat makro, tetapi
karakterisitik masyarakat pada tingkat mikro. David McClelland sering dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam teori modernisasi. Jika teori pertumbuhan
Rostow lebih merupakan teori ekonomi, teori modernisasi McClelland berangkat dari perspektif psikologi social.
Dalam bukunya, The Achievement Motif in Ekonomic Growth, McClelland 1984 memberikan dasar-dasar tentang psikologi dan sikap manusia kaitannya
dengan bagaimana perubahan sosial terjadi. Secara jelas menceritakan sejarah manusia sejak awal selalui ditandai dengan jatuh bangunnya suatu kebudayaan.
Selanjutnya, dalam teori yang dikembangkan McClelland tentang motivasi berprestasi, pertanyaan yang ingin dijawabnya adalah bagaimana beberapa bangsa
tumbuh sangat pesat di bidang ekonomi sementara bangsa yang lain tidak. Umumnya pertumbuhan ekonomi selalu dijelaskan karena faktor ‘ekternal’, tetapi menurut
McClelland lebih merupakan faktor ‘internal’ yakni nilai-nilai dan motivasi yang mendorong untuk mengeksploitasi peluang, untuk meraih kesempatan. Pendeknya
dorongan internal untuk membentuk dan merubah nasib sendiri.
Pandangan lain didasarkan pada studi McClelland, Inkeles dan Smith terhadap tesis Weber mengenai Etika Protestan dan pertumbuhan kapitalisme. Berdasarkan
tafsiran McClelland atas tesis Max Weber, jika Etika Protestan menjadi pendorong pertumbuhan kapitalisme di Barat, analogi yang sama juga bisa untuk melihat
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan ekonomi. Apa rahasia pikiran Weber atas Etika Protestan menurutnya adalah the need for achievement N’ach. Alasan mengapa dunia ketiga terbelakang
menurutnya karena rendahnya need for achevement tersebut. Sekali lagi, sikap dan budaya manusia yang dianggap sebagai sumber masalah dan prototipe the achieving
society yang pada dasarnya adalah ciri-ciri watak dan motivasi masyarakat kapitalis.
Teori McClelland didasarkan pada studinya yang dilandaskan pada teori psiko analisis Freued tentang mimpi. McClelland melakukan studi di Amerika yang
memfokuskan pada studi tentang motivasi dengan mencatat khayalan orang melalui pengumpulan bentuk cerita dari sebuah gambar.
Kesimpulannya bahwa khayalan ada kaitannya dengan dorongan dan perilaku dalam kehidupan mereka, yang dinamakan the need for achievement N’ach yakni
nafsu untuk bekerja secara baik, bekerja tidak demi pengakuan sosial atau gengsi, tetapi dorongan kerja demi memuaskan batin dari dalam.
Bagi mereka yang mempunyai dorongan N’ach yang tinggi akan bekerja lebih keras, belajar dengan lebih giat, dan sebagainya. Perhatian ditujukan pada orang yang
mempunyai N’ach tinggi dan mempunyai pengaruh yang besar pada masyarakat sekitarnya McClelland tertarik pada analisis Max Weber tentang hubungan antara
Protestanisme dan Kapitalisme.
Weber berpendapat bahwa ciri wiraswastawan Protestan Calvinisme tentang takdir mendorong mereka untuk merasionalkan kehidupan yang ditujukan oleh
Tuhan. Mereka memiliki N’ach yang tinggi. Yang dimaksud Weber dengan semangat
Universitas Sumatera Utara
kapitalisme itu adalah dorongan need for achievement yang tinggi. Jadi, N’ach sesungguhnya penyebab pertumbuhan ekonomi di Barat, yang umumnya lahir dari
keluarga yang dalam pendidikannya menekankan pentingnya kemandirian.
McClelland berpendapt bahwa N’ach selalu berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi.Dari studi itu, dia berpendapat adanya pengaruh dan kaitan antara
pertumbuhan ekonomi dan tinggi rendahnya motive yang lain yakni need for power N’power dan need for affiliation N’affiliation. McClelland menolak pandangan
bahwa dorongan utama wirasawatawan adalah profit motive. Baginya perilaku wiraswasta tidak semata sekedar cari uang, melainkan dorongan achivement tadi.
Satu hal yang menjadi catatan penting adalah bahwa N’ach tidak diturunkan McClelland, dia berpendapat bahwa N’ach selalu berkaitan dengan pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi dan masyarakat. Sehingga timbul apa yang dimaksud dengan perilaku-perilaku mandiri dalam berusaha atau akrab yang disebut denga wiraswasta.
Pada dasarnya para wiraswastawan yang ingin dicapai adalah prestasi gemilang yang dikerjakannya melalui penampilan kerja yang baik, dengan selalu
berusaha dan berfikir untuk menemukan cara-cara baru unuk memperbaiki kualitas kerja yang dicapainya yang juga untuk pembangunan di sekitarnya. Kemandirian
wiraswastawan ini menjadi contoh baik dan cocok diterapkan untuk mewujudkan manusia modern yang selalu gerah dengan ketertinggalan. Berusaha sendiri dan
bekerja keras selain untuk memenuhi kebutuhannya juga ada taste tersendiri bila bekerja dengan kepuasan bathin tersebut.
Universitas Sumatera Utara
II.2. Manusia Modern
Ide pembangunan mengharuskan adanya perubahan watak manusia, yaitu suatu alat untuk mencapai tujuan yang lebih lanjut lagi, karena perubahan tersebut
juga merupakan tujuan besar proses pembangunan itu sendiri. Tanda-tanda kemodern itu sendiri ada dua yaitu kemodernan dari dalam diri masyarakat dan kemodernan
dari luar diri masyarakat. Sementara ciri-ciri manusia modern itu adalah,
1. Kesediaannya untuk menerima pengalaman-pengalaman yang terbilang baru
dan keterbukaanya bagi pembaharuan dan perubahan. 2.
Kesanggupan membentukmempunyai pendapat mengenai sejumlah persoalan yang ada baik di dalam maupun di luar lingkupnya. Semakin seseorang itu
berpendididikan maka semakin maju wilayahnya, semakin besar pula kesediaannya untuk mengemukakan pendapat.
3. Menghargai waktu. Disini jelas sekecil apapun atau sesempit apapun waktu
yang ada akan dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemajuan. 4.
Mempunyai perencanaan, baik itu perencanaan yang sifatnya jangka pendek maupun perencanaan yang sifatnya jangka panjang semua direncanakan agar
tersistematis untuk kedepannya. 5.
Kemampuan menyakini kemampuan manusia. 6.
Keadaan dapat diperhitungkan bukan semua tergantung pada nasib, sehingga keadaan suatu dunia yang cukup tertib bisa di bawah kendali manusia .
7. Mempunya harga diri.
Universitas Sumatera Utara
8. Percaya pada ilmu dan teknologi, sekalipun pada bentuk yang paling primitif.
Disini jelas ilmu dipandang penting karena sesuatu yang bersifat ilmu atau pengetahuan umum dan teknologi dapat diterapkan untuk kemajuan suatu
peradaban dan pembangunan bagi masyarakat yang terbuka kepada sesuatu yang baru.
9. Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan sesuai dengan prestasi yang
diberikan. dalam Weiner, 1983 :90-93 .
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti Winarno, 1975 : 131.
Penelitian deskriptif dipilih karena penelitian ini hanya terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana
adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta yang ada mengenai keberadaan warnet sebagai salah satu indikator pembangunan desa pada pasar 6 dan 7
Tembung. III.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada warnet yang ada di desa pada pasar 6 dan 7 Tembung, yaitu warnet Steve.net yang berlokasi di Jalan Pasar 6, tepatnya simpang
pasar 5 Tembung, warnet RG.net di Jalan Makmur Pasar 7 Tembung. Adapun yang melatar belakangi penelitian ini dilakukan karena di daerahdesa tersebut memiliki
warnet yang aktif dalam menyediakan layanan internet bagi masyarakat desa sekitar Selain itu pada warnet tersebut juga tidak terfokus utama pada penyediaan jasa game
online seperti kebanyakan warnet di sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara