itu baik dan berguna, maka warnet yang menyediakan layanan internet dianggap mendukung pembangunan desa
Tanggapan positif responden tentang keberadaan warnet juga berdasarkan hubungan sosial diantara mereka. Dari teman ke teman yang lain saling
mempengaruhi untuk mengajak mengakses di warnet. Permulaan di ajak teman, lalu menjadi kebiasaan dan kemudian jadi kebutuhan, bila tidak ke warnet akan
ketinggalan informasi. Percaya kepada ilmu penegtahuan dan teknologi membuat masyarakat desa responden siap untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa.
IV.32.2. Motivasi Responden Untuk Mengakses Internet di Warnet
Adanya kebutuhan warga baik secara psikologis maupun sosial terhadap informasi dapat menimbulkan harapan-harapan tertentu dari media itu dan
membawanya pada pola terpaan media tersebut. sehingga dapat dikatakan bahwa besar kecilnya tingkat penggunaan media ditentukan oleh besar kecilnya harapan dari
kebutuhan yang ada dalam diri setiap masyarakat yakni pengguna warnet. Secara psikologis, setiap warga akan menentukan bagaimana ia memilih dan
memberi makna setiap informasi yang didapatkan dari warnet, yang sesuai dengan kebutuhan, potensi biologis serta pengalaman belajarnya. Sedangkan secara sosial,
pengakses warnet pada dasarnya mempunyai tingkat kesetaraan yang sempurna dari tingkat pendidikan. Sehingga dengan latar belakang anggota masyarakat yang
heterogen, yang terdiri dari berbagai kelompok kalangan masyarakat, maka tingkat
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan informasi serta alasan akses yang dimiliki warga adakalanya tersugesti oleh pendapat kelompok masing-masing.
Kebutuhan akan informasi menjadi dasar yang kuat untuk berperilaku menggunakan media warnet. Penunjang pendidikan, mendapatkan pengetahuan
umum dan mengisi waktu luang dan hanya sekedar ikut-ikut merupakan alasan-alasan yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan jawaban responden atas pertanyaan “Untuk
keperluan apakah anda mengakses media internet khususnya di warnet ?. kemudian disediakan pilihan jawaban kepada responden, antara lain: a penunjang akademik,
b pengetahuan umum, c mengisi waktu luang, dan d atau lain-lain. Jawaban d dimaksudkan agar responden mengisi sendiri jika pilihan jawaban tidak ada yang
dianggap mewakili jawaban responden itu sendiris seperti jawaban yang meliputi hiburan, mencari lowongan kerja, kebutuhan pribadi, jejaring sosial friendster,
facebook, Yahoo Masenger, twitter dll atau mencari teman. 1.
Pengetahuan Umum Alasan responden mengakses internet untuk mendapatkan pengetahuan umum
menempati urutan pertama, sebanyak 31 responden 34,5. Kenyataan ini memang wajar, dengan alasan bahwa internet dewasa sudah dianggap bukan sesuatu yang
langka, yang hanya bisa dinikmati beberapa orang saja. Internet sudah seperti buku, sebagai jendela dunia yang baru.
Selain sarana interaktif dalam berkomunikasi dengan semua orang yang ada dimana saja melalui email, juga merupakan sarana cepat dan mudah dalam
Universitas Sumatera Utara
mengakses media massa lokal, nasional, dan international, dan pengetahuan umum lainnya yang bersifat edukatif. Pengetahuan umum yang ada di internet bebas dan
sifatnya terbuka untuk diakses. Semakin banyak pengetahuan baru yang didapat tentu berguna untuk kemajuan pribadi responden sebagai warga desa.
2. Penunjang Pendidikan
Alasan sejumlah responden mengakses internet untuk menunjangmembantu pendidkan sebanyak 27 responden 30, hal ini dikarenakan responden dalam usia
aktif mengenyam pendidikan, sebanyak 42 responden berpendidikan SMA, 28 responden berpendidikansedang S-1 dan 20 responden berpendidikan SMP. Bagi
para pelajar dan mahasisiwa menggunakan internet sangat membantu dalam dalam akademik mereka. Pada poin pertanyaan “Apakah dengan menggunakan fasilitas
internet di warnet membantu akademik anda?”, sebanyak 76 responden 84,5 menjawab “membantu”, 12 responden 13.1 menjawab “cukup membantu” dan 2
responden 2,2 menjawab tidaklainnya. Dari gambaran diatas baik responden yang pelajar dan mahasisiwa atau
responden yang memerlukan data untuk melanjutkan pendidikan sepakat internet membantu akademik mereka, seperti mencari data-data, tulisanartikel, atau resensi
buku sebagai bahan untuk tugas-tugas sekolahkampus dan tambahan ilmu, dan mencari informasi-informasi akademik lainnya seperti program-program beasisswa.
Informasi pendidikan yang terbuka ini merupakan hal positif bagi responden yang merasa kurangtidak beruntung dalam hal akademiknya.
Universitas Sumatera Utara
3. Mengisi Waktu Luang
Bila diamati jawaban ini diluar perkiraan, serta terkesan seolah-olah setiap pengakses dalam kesehariannya tidak banyak kesibukan. Sehingga secara eksplisit
membawa sebuah kesimpulan awal yaitu pengakses warnet terkesan sebagai orang- orang yang kekurangan kegiatan. Padahal kalau dicermati lebih dalam, kenyataannya
adalah sebaliknya yaitu mereka secara sengaja menyediakan waktu untuk mengakses. Adanya asumsi secara sengaja menyediakan waktu luang untuk mengakses
internet di warnet ini didukung oleh fakta bahwa jawaban responden atas pertanyaan “Apakah kegiatan akses di warnet anda hanya sebatas mengisi waktu luang?”.
jawaban responden yang menjawab “ya” sebanyak 57 orang 63,3, dan ternyata mempunyai frekuensi terendah adalah yang menjawab “tidak”.
Indikator ini membuktikan secara positif bahwa tingkah laku mengakses bukan hanya sekedar mengisi luang, melainkan secara sengaja tingkah laku itu dibuat
dengan didukung oleh waktu luang yang secara khusus disediakan pengakses warnet. Ini terjadi karena adanya stimulan yang berupa kebutuhan-kebutuhan tertentu
kemudian responnya adalah berupa perilaku akses. Perilaku tersebut berulang-ulang secara terus menerus dan mengalami
internalisasi dalam diri setiap pengakses, kemudian pada akhirnya membentuk sebuah kebiasaan. Pada tingkatan mekanisme elementaer kejiwaan yang lebih rumit biasa
disebut reflex. Jadi, sama halnya dengan jawaban responden yang mengatakan bahwa kegiatan akses sebagai pengisi waktu luang adalah disebabkan oleh kebiasaan akses,
Universitas Sumatera Utara
sehingga tidak menyadari bahwa kondisi yang sebenarnya adalah kegiatan akses sudah dianggap sebagai sebuah kebutuhan, dan bukan sebatas pengisi waktu luang.
Prof. Soerjono Soekanto mengulas tentang mekanisme pembentukan kebiasaan dalam Buku Karl Mannheim, Sosiologi Sistematis, dan sejalan pula dengan
penelitian Pavlov 1928 yang dibahas oleh E. Koeswara 1986 yaitu, pola perilaku yang mengarah pada pola penyesuaian bersifat habitul mempunyai fungsi sangat
penting bagi kehidupan manusia. Jika situasi yang dialami manusia mengalami perubahan, maka penghalang terbesar adalah kekakuan kebiasaan. Sedangkan pola
kebiasaan terbentuk karena adanya tingkat adaptasi yang tinggi serta melalui tanggapan-tanggapan terhadap stimulan. Kemudian kombinasi stimulan yang baru
akan menyebabkan terjadinya kombinasi tanggapan yang baru pula, sesederhana apapun stimulan yang datang.
4. Kebutuhan Lainnya
Alasan kebutuhan mengakses warnet yaitu “lainnya” seperti mengakses situs jejaring sosial atau bermain game on-line. Internetwarnet dewasa ini sudah dianggap
media yang sangat digemari responden untuk melakukanmenjalin komunikasi. Kondisi ini didukung maraknya pemanfaatan fungsi sarana interaktif seperti E-mail
dan situs jejaring sosial lainnya seperti Friendster, Facebook, Twitter, dan lain-lain. Ketersediaan fasilitas yang tersedia dapat digunakan sebagai sarana berhubungan atau
berdiskusi tentang segala hal dengan siapa saja di belahan dunia lainnya, tidak
terbatas hanya lingkup lokal saja.
Universitas Sumatera Utara
Permaianan game secara on-line pada internet juga bila dilihat lebih lanjut bukan hanya sekedar permainan game biasa, karena dalam game on-line ini
responden juga bisa saling berkomunikasi sesama pengakses yang ada di warnet tempat mereka mengakses dan dengan teman lainnya yang berada di belahan dunia
lainnya. Dari kesamaan hobi mengakses game, komunikasi yang dibangun bukan tidak mungkin mengarah ke pembicaraan yang lebih serius.
Selain itu sebanyak 76 responden 84.5 berpendapat bahwa menggunakan internet termasuk di warnet membantu memperluas hubungan dengan siapapun dan
dimanapun, sifat manusia sebagai makhluk sosial yang ingin mencari manusia lainnya untuk berinteraksi semakin dipermudah dengan akses yang mudah di internet.
Setidaknya bilapun tidak mendapatkan teman baru dari dunia internet, responden dapat menjalin hubungan dengan sesama pengakses internet yang ada di sebelahnya
di dalam warnet tersebut. Sebanyak 35 responden 38,9 menjawab “ya” berinteraksi dengan melakukan komunikasi antar sesama pengakses internet,
sebanyak 30 responden 33,3 menjawab “tidak” berinteraksi atau berkomunikasi antar sesama pengakses internet, selanjutnya sebanyak 25 responden 27,8
menjawab “kadang-kadang” berinteraksi dengan melakukan komunikasi antar sesama pengakses internet di warnet.
Kemungkinan saling share sesama pengakses di tempat yang sama warnet akan terjadi karena kecendrungan sebagai makhluk sosial, atau bahkan membentuk
komunitas baru, berawal dari tempat mengakses internet, warnet menjadi semacam “tempat berkumpul” baru yang membahas segala hal, salah satunya tentang keadaan
Universitas Sumatera Utara
desa dan pembangunan desa tempat para pengakses internetresponden tersebut tinggal dan menetap di desa tersebut.
Kegiatan dalam mengakses internet juga dianggap menghibur, sebanyak 57 responden 63.3 menyatakan bahwa mengakses internet di warnet “menghibur”,
dan sebanyak 24 responden 26,7 menjawab “kadang-kadang”. Selanjutnya sebanyak 71 responden 78,9 menjawab mengakses interenet sesuai harapan
mereka. Dengan hampir seluruh responden menjawab bahwa akses internet sesuai harapan berarti warnet telah memberi dampak positif sesuai harapan responden.
Logikanya bila tidak sesuai harapan tentu sifatnya buruknegatif. Data tentang mengakses internet di warnet mempengaruhi cara berfikir adalah
sebanyak 64 responden 71,1 menjawab “ya”, 16 responden 17,8 menjawab “tidak” dan 10 responden 11,1 menjawab “kadang’kadang”. Dapat disimpulkan
bahwa keberadaan warnet di desa telah mempengaruhi pola fikir responden dan tentu kearah yang lebih maju, itu dijelaskan dengan alasan mengakses oleh responden.
Selanjutnya warnet juga telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat desa, dalam ini para responden. Dimanfaatkannya warnet sebagai tempat mencari
pemecahan masalah menjadi satu catatan tersendiri. Dari jumlah jawaban responden yang menjawab pernah mencari pemecahan masalah di warnet terbilang besar.
Sebanyak 71 responden 78,9 menjawab “pernah”. Pemecahan masalah seperti tugas-tugas dari sekolahkampus, atau informasi-informasi solusi terhadap
kesempatan bekerja, berupa lowongan kerja sistem on-line, karena saat ini beberapa perusahan negeri atau swasta mengarahkan calon pelamar kerjanya mengakses situs
Universitas Sumatera Utara
perusahaannya seperti mendapatkan formulir. Dari penjelasan ini warnet dianggap wajar sebagai kebutuhan mendesak, sejumlah 15 responden 16,7 menjawab “ya”,
yang menjawab “kadang-kadang” 40 responden 44,4, sedangkan yang menjawab “tidak” 35 responden 38,5. Tampak dari uraian diatas warnet memang menjadi
salah satu bagian tak terpisahkan dari kehidupan responden, karena segala informasi yang dibutuhkan terangkum di internet, semua tinggal diakses saja.
IV.32.3. Pandangan Responden Tentang Warnet Sebagai Salah Satu Indikator Pembangunan Desa