33
Suami Kasturba yang memiliki panggilan masa kecil Mohan ini punya sobat karib saat sedang menempuh sekolah menengahnya. Gandhi terpesona
dengannya karena mampu melompat cukup jauh dan berlari kencang. Kawan yang punya keberanian dan kekuatan fisik yang tak dimiliki Gandhi kecil ini
bernama Mehtab. Dialah yang mengajarkan kenakalan-kenakalan remaja kepada Gandhi saat sudah memiliki istri. Mehtab mengajarkan Gandhi untuk
memakan daging dengan sembunyi-sembunyi, bahkan membawa Gandhi ke lokasi
pelacuran meski
akhirnya Gandhi
diselamatkan oleh
“ketidakjantanannya”.
7
Meskipun Gandhi kemudian menyadari dan mulai muak dengan kebodohan dan kekejaman atas identitas negatif Mehtab,
keakraban mereka berlangsung sampai beberapa puluh tahun. Gandhi bahkan membawa Mehtab ke Afrika Selatan dan tinggal bersama selama beberapa
waktu, sebelum mengusirnya setelah tepergok bersama seorang pelacur. Masalah Gandhi dengan putra tertuanya, Harilal, bahkan dinilai para pakar
psiko-sejarah karena anak laki-laki pertamanya itu mengidentifikasikan diri dengan Mehtab, mengidentifikasi diri dengan sisi kepribadian yang “dibunuh
dalam diri ayahnya”. Harilal memang sedikit berbeda dengan saudara-saudara kandungnya yang lain. Problematika Harilal yang masuk Islam setengah-
setengah, mengubah nama dan memalsukan identitas, ingin menikah keduanya dengan murid ashram Gandhi, menyetok kain impor dan menjualnya saat
harganya mulai melambung, serta menjadi pemabuk dan pemboros ini menunjukkan kegagalan seorang Mahatma mendidik anaknya.
8
7
Mohandas Karamchand Gandhi, Semua Manusia Bersaudara, h. 6-7.
8
Stanley Wolpert, Mahatma Gandhi, h. 19.
34
Meski begitu, barister atau pengacara jebolan salah satu universitas di Inggris ini sangat berjasa meminimalisasi rasisme terinstitusi dan diskriminasi
warga kelas dua di Afrika Selatan dengan metode satyagraha-nya, mengangkat martabat kasta terendah dalam hierarki Hindu yakni Paria atas
nama persamaan derajat, membangkitkan kemandirian bangsa India dari cengkeraman Inggris dengan swadesi-nya, dan membangun kembali toleransi
antaragama yang ternoda oleh politik kekuasaan India-Pakistan dengan metode antikekerasan ahimsa dan persaudaraan umat manusia. Putra terbaik
India yang mendapat gelar Mahatma dari penyair besar semasanya Rabindranath Tagore ini bahkan menjadi bukti yang tragis atas persoalan
terakhir itu. Sang Mahatma mengingatkan Pemerintah India yang baru terbentuk
memenuhi janjinya
kepada Pemerintah
Pakistan, yakni
menyerahkan aset yang telah disepakati, dengan puasa tanpa batas supaya kekerasan dihentikan. Pada pagi 30 Januari 1948, Gandhi malah ditembak
mati oleh seorang nasionalis Hindu fanatik Nathuram Godse setelah pertemuan doa perdamaian di New Delhi
.
9
B. Dunia Intelektual
Gandhi di masa kanak-kanaknya memang termasuk anak yang mengalami kesulitan belajar, terutama dalam berhitung dan perkalian, tapi ia merupakan
pribadi yang tekun.
10
Sejak kecil Gandhi membaca Kitab Weda dan Upanishad melalui terjemahan karena dia tidak mempelajari bahasa Sanskerta secara
mendalam. Ia bahkan tidak mempelajari kitab yang sudah melekat dalam
9
Ibid., h. 402.
10
Mohandas Karamchand Gandhi, Semua Manusia Bersaudara, h. 3.
35
kehidupan orang India ini secara ilmiah sebagaimana kaum cendekiawan. Meski begitu, ia mengaku dapat menghayatinya seperti semestinya seorang
pemeluk Hindu dan dapat menangkap spiritnya.
11
Gandhi bahkan sering mendengarkan diskusi-diskusi ayahnya dengan para pemuka agama lain
seperti Jainisme, Islam, dan Kristen, yang datang ke rumahnya untuk berdialog tentang agama-agama. Sementara ibunyalah yang telah memberi ia
banyak pelajaran berharga mengenai makna sebuah kepatuhan, keteguhan,
ketulusan, dan kelembutan.
Pendidikan dasar Gandhi dijalani di Rajkot, sebuah kota yang berjarak 12 mil dari Porbandar. Setelah lulus, ia pun meneruskan jenjang pendidikan
menengahnya pada Kathiawar High School. Semasa pendidikan menengah, Gandhi remaja masih malu-malu sampai ia mengakui bahwa ia tidak punya
banyak teman kecuali buku-buku pelajaran yang dia baca
.
12
Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, ia berhasil diterima belajar di Samaldas College di Bhavnagar. Karena merasa kurang cocok,
Gandhi pun berniat belajar di Inggris dan meninggalkan kampus lamanya.
13
Akan tetapi, muncul larangan keras terutama dari ibunya yang khawatir dengan pergaulan dan budaya masyarakat Inggris, sehingga Gandhi pun
bersumpah untuk tidak akan menyentuh wanita, minum anggur, dan makan daging jika diterima belajar di Inggris.
14
Setibanya di Inggris dia memilih Fakultas Hukum, Inns of Court, Inner Temple, London, sebagai fokus
studinya. Gandhi yang cara belajarnya sedikit metodis ini juga mahasiswa
11
Ibid., h. 8.
12
Ibid., h. 3.
13
Ibid., h. 9.
14
Stanley Wolpert, Mahatma Gandhi, h. 23.
36
yang produktif. Di sana ia belajar cara hidup Eropa, bahasa Prancis dan Latin, ilmu alam, hukum adat, dan hukum Romawi.
15
Pada usia 22 dia menyelesaikan semua pelajarannya dengan lumayan sempurna.
Pada satu kesempatan ia sempat dibacakan isi buku Theory of Utility karangan Bentham oleh seorang kawan yang berharap Gandhi makan daging
seperti orang kebanyakan karena makanan tanpa daging sulit dicari di Inggris. Namun, Gandhi akhirnya menemukan rumah makan yang menyediakan lauk
sayur-mayur dan menjual buku-buku vegetarian, tepatnya di Farringdon Street. Salah satu buku yang berhasil ia beli di sana yakni Plea for
Vegetarianism karya Salt. Di lingkungan tempat tinggalnya di Bayswater, Gandhi pun membentuk sebuah forum para vegetarian dan menerbitkan
majalah The Vegetarian.
16
Dua di antara anggota vegetariannya yang masih muda mengajak Gandhi bersama-sama menerjemahkan The Song Colestial karya Edwin Arnold ke
versi Sanskerta aslinya, Bhagavadgita lagu orang-orang yang diberkahi. Edwin Arnold inilah yang kemudian menjadi Wakil Presiden Food Society
Reform Baywaster yang didirikan Gandhi. Gandhi juga mendapati bahwa Light of Asia, karya Arnold yang lain tentang kehidupan Budha, sama
menariknya dengan Bhagavadgita. Mereka berdua yang namanya tak didapatkan penulis tersebut penganut
teosofi dan pernah membawa Gandhi ke Pondok Blavatsky di London, di mana dia bertemu penggagas teosofi Madame Helena Blavatsky. Key of
Theosophy-nya, kenang Gandhi, “Merangsang hasrat saya untuk membaca
15
I Ketut Wisarja, Gandhi dan Masyarakat Tanpa Kekerasan Jogjakarta: Logung Pustaka, 2005, h. 26.
16
Mohandas Karamchand Gandhi, Semua Manusia Bersaudara, h. 10-11