12
Takwin, Akar-Akar Ideologi; Pengantar Kajian Konsep Ideologi dari Plato hingga Bourdieu Yogyakarta: Jalasutra, 2003; Jorge Larrain, Konsep
Ideologi. Penerjemah Ryadi Gunawan Yogyakarta: LKPSM, 1996; John B. Thomson, Analisis Ideologi; Kritik Wacana Ideologi-Ideologi Dunia.
Penerjemah Haqqul Yaqin Yogyakarta: IRCiSoD, 2003; dan Louis Althusser, Tentang Ideologi: Marxisme Strukturalis, Psikoanalisis, Cultural
Studies. Penerjemah Olsy Vinoli Arnof Yogyakarta: Jalasutra, 2008. Di samping mengungkapkan fakta seobjektif mungkin, penulisan ini juga
berupaya memberikan interpretasi guna mendapatkan manfaat yang lebih luas. Interpretasi terhadap sumber-sumber data yang diperoleh terkait fokus analisis
akan dilakukan. Dengan demikian, model analisis ini juga mencoba untuk mengangkat hubungan dialektis antara teks sebagai sumber informasi dan
wacana konteks yang terbangun di balik teks tersebut sehingga tercipta pemahaman yang holistik.
Penulisan ini juga mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan CeQDA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, cet I, 2007 serta buku karya Dr. Anton Bakker dan Drs. Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat Yogyakarta:
Kanisius, 1990.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan ini akan membagi pembahasan ke dalam lima bab yakni pendahuluan, ideologi, biografi Gandhi, antikekerasan Gandhi, serta punutup.
Bab pendahuluan akan mengungkap secara argumentatif latar belakang
13
masalah, tinjauan pustaka, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab
ideologi akan menginvestigasi secara kronologis dan filosofis kajian tentang ideologi baik akar, definisi, maupun kerjanya. Bab biografi Gandhi akan
mendeskripsikan secara naratif kehidupan Gandhi sebagai pribadi, akademisi, dan politisi.
Sementara bab
antikekerasan Gandhi
akan memaparkan
dan mengelaborasi konsepsi dan pemahaman antikekerasan menurut Gandhi dari
tiga dimensi yaitu filosofis, teologis, dan politis. Antikekerasan secara filosofis akan dimaknai sebagai ahimsa, satyagraha, dan swadesi.
Antikekerasan secara teologis akan diyakini sebagai manifestasi kebenaran sejati, ajaran cinta manusia, dan realisasi kehidupan surgawi di dunia.
Antikekerasan secara politis akan dipahami sebagai tujuan sekaligus jalan hidup manusia, mahatma diri atau proses penyempurnaan jiwa dan akal, dan
harmoni kuasa atau penyeimbang segala relasi yang ada baik personal maupun struktural. Sedangkan bab penutup akan menyajikan kesimpulan, saran, dan
harapan.
14
BAB II IDEOLOGI
A.
Akar Ideologi
Ideologi adalah satu dari sekian banyak konsep yang paling ekuivokal meragukan dan elusif sukar ditangkap, tidak hanya karena beragamnya
pendekatan teoritis yang menunjuk arti dan fungsi yang berbeda-beda, tetapi juga karena ideologi adalah konsep yang sarat dengan konotasi politik dan
digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari dengan makna yang beragam.
Istilah ideologi pertama kali digunakan oleh Antoine Desttut de Tracy 1754-1836 pada abad ke-18. Akar-akar pengertiannya dapat ditarik jauh ke
belakang pada Francis Bacon 1561-1626, Niccolo Machiavelli 1469-1520, bahkan Plato 429-347. Meskipun pembahasan tentang ideologi diduga sudah
dilakukan oleh Machiavelli dan Bacon, namun de Tracy secara tegas menyebut ideologi dalam pembahasannya dan mencoba menggarapnya secara
sistematis. Tracy-lah yang dianggap memiliki jasa yang amat besar dalam kajian ideologi sistematis. Ia hampir selalu disinggung dalam literatur-literatur
ideologi.
1
Pengertian tentang ide dapat dirunut asalnya ke konsep idea dan “dunia idea” Plato, filsuf besar Yunani yang hidup di abad ke-3 SM. Idea di “dunia
idea” dalam pandangan Plato merupakan kebenaran sejati, rujukan bagi benda-benda yang ada di dunia fisik yang ditempati manusia sekarang. Bagi
dia, idea merupakan sesuatu yang objektif, terlepas dari subjek yang berpikir.
1
Jorge Larrain, Konsep Ideologi Yogyakarta: LKPSM, 1996, h. 7.