Illegal Logging didalam UU No. 41 Tahun 1999

A. Illegal Logging didalam UU No. 41 Tahun 1999

Illegal logging merupakan perbuatankegiatan penebangan hutan secara tidak sah. Didalam UU No. 41 Tahun 1999 pelaku illegal logging dapat dihukum dengan pasal-pasal sebagai berikut : Pasal 50 ayat 1 : Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan. Pasal 50 ayat 2 : Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan. Pasal 50 ayat 3 huruf a : Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah. Pasal 50 ayat 3 huruf b : Merambah kawasan hutan. Pasal 50 ayat 3 huruf c : Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan : 1. 500 lima ratus meter dari tepi waduk atau danau; 2. 200 dua ratus meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; 3. 100 seratus meter dari kiri kanan tepi sungai; 4. 50 lima puluh meter dari kiri kanan tepi anak sungai; 5. 2 dua kali kedalaman jurang dari tepi jurang; 6. 130 seratus tiga puluh kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. Pasal 50 ayat 3 huruf e : Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang. Pasal 50 ayat 3 huruf f : Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah. Pasal 50 ayat 3 huruf h : Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan. Pasal 78 ayat 1 : Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 1 atau Pasal 50 ayat 2, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 lima milyar rupiah. Pasal 78 ayat 2 : Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf a, huruf b, atau huruf c, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 lima milyar rupiah. Pasal 78 ayat 5 : Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf e atau huruf f, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 lima milyar rupiah. Pasal 78 ayat 7 : Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf h, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah. Pada pembahasan skripsi ini lebih difokuskan pada pasal 50 ayat 3 huruf h jo pasal 78 ayat 7 UU No. 41 Tahun 1999 di dalam penerapan putusan Pengadilan Negeri Ketapang, Pengadialan Tinggi Pontianak, dan Mahkamah Agung.

B. Kronologis Perkara Illegal Logging 1. Perkara Pengadilan Negeri Ketapang No. 248Pid.B2006PN.KTP

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Keagenen (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2363 K/Pdt/2011)

2 82 81

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122