Kebijakan – kebijakan Tentang Otonomi Daerah Depok

“Bercerainya” Timor-Timur dari kekuasaan Indonesia, juga terjadi pada masa kekuasaan Bj. Habibie. Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang dilengkapi dengan UU No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. 57 Kemudian keduanya direvisi menjadi UU No.32 dan 33 tahun 2004 yang sampai detik ini dipakai oleh pemerintah dalam mengatur pemerintahan daerah.

D. Kebijakan – kebijakan Tentang Otonomi Daerah Depok

Adapun berbagai kebijakan tentang otonomi daerah kota Depok adalah sebagai berikut : a. Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I jawa Barat No. 31 Tahun 1990 tentang Pola Induk Pengembangan Wilayah Jawa Barat Dalam Jangka Panjang 20-30 tahun. b. Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 650555- Pem1993 tanggal 17 Februari 1993 dan Surat Edaran Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 1304334-Otda1993 tanggal 11 November 1993 tentang Persiapan Peningkatan Status Kota Administratif Cilegon, Bekasi, Depok dan Tasikmalaya menjadi Kotamadya Tingkat II. c. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bogor No. 065190KptsHuk1993 tanggal 2 Agustus 1993 tentang Pembentukan 57 Kedua UU tersebut baru diberlakukan efektif terhitung tahun 2001. Lihat I. Darmawan, Wilayah Kerawanan Otonomi Daerah, Jakarta : Media Indonesia, Kamis, 16 Nopember 2001 Kelompok Kerja Peningkatan Status Kota Administratif menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Depok. d. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bogor menyusun Rencana Kerja Peningkatan Status Kota Administratif Depok menjadi Pemerintah Kotamadya Depok pada November 1993. e. Resume studi kelayakan oleh mahasiswa UI pada Desember 1993. Kesimpulan studi, Pembentukan Kotamadya Depok menggunakan alternatif kedua, yaitu meliputi enam wilayah yang terdiri dari Kecamatan Pancoran Mas, Bojong Gede, Beji, Sukmajaya, dan Limo. Kesimpulan ini sejalan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 31 Tahun 1990. f. Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor mengajukan permohonan persetujuan peningkatan status Kota Administratif menjadi Kotamadya Depok kepada DPRD Kabupaten Bogor melalui surat No. 65048 Tapem pada Maret 1994. g. DPRD Kabupaten Bogor pada tanggal 9 Mei 1994 mengagendakan pembahasan usulan Bupati Bogor tersebut dalam rapat paripurna DPRD Kabupaten Bogor pada tanggal 16 Mei 1994. Rapat paripurna menetapkan untuk menyetujui usulan peningkatan status Kota Administratif Depok menjadi Kotamadya Depok yang dituangkan dalam Surat Keputusan No. 135 Tahun 1994 h. DPR RI menyetujui usulan pemerintah tentang peningkatan status 11 Kota Administratif menjadi Kotamadya pada 26 Maret 1999. Kotif Depok termasuk dalam paket ini. Hal tersebut tercantum dalam UU No. 15 Tahun 1999. i. Bersamaan dengan keluarnya UU No. 221999 tentang Otonomi Daerah, status Depok berubah menjadi Kotamadya. Keputusan Mendagri untuk meningkatkan status kota Administratif menjadi Kotamadya dikeluarkan pada tanggal 27 April 1999, dan kini diperingati sebagai hari jadi Kota Depok. Bersamaan dengan itu, sebutan Kotamadya Depok berubah menjadi Kota Depok. 58 58 Rusna Djanur Buana, H. Barul Kamal Membangun Kota Depok, Depok : Adhyssa Promosindo, 2005, h. 27-28

BAB IV IMPLIKASI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA DEPOK