Sejarah Singkat Tentang Kota Depok

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KOTA DEPOK

A. Sejarah Singkat Tentang Kota Depok

Kota Depok tempo dulu tak lebih sebuah dusun terpencil di tengah hutan belantara. Baru pada 18 Mei 1696 ketika seorang pejabat tinggi VOC bernama Cornelis Chasteelien membeli areal tanah seluas 1.244 hektar Depok dan sedikit wilayah Batavia Selatan, wajah Depok perlahan berubah menjadi sebuah wilayah yang bukan saja layak huni namun juga berubah menjadi sebuah Kota baru yang dilihat dari segi pembangunan tergolong mengalami kemajuan. Melihat Depok dengan wajahnya sekarang tentu sangat jauh berbeda dengan keadaannya tempo yang dijuluki tempat jin buang anak. Tahun 1871 pemerintah Belanda mengizinkan daerah Depok membentuk pemerintahan keresidenan sendiri dan diakui hingga 1942. Saat itu Depok diperintah oleh seorang Presiden sic Cornelis Chasteelien sebagai Badan Pemerintahan Tertinggi. Di bawahnya terdapat kecamatan yang membawahi mandat 9 mandor dan dibantu oleh para Pencalang Polisi Desa serta Komutir atau Menteri Lumbung. 10 Dari sinilah kemudian Cornelis disebut-sebut sebagai cikal-bakal Kota Depok. Lebih jauh bagaimana cerita sejarah tentang Kota Depok secara sekilas dapat kita lihat dari penjelasan berikut : 10 Eman Sutriadi dkk, Profil Penyelenggara Kota Depok Jawa Barat – Indonesia, Depok : Yayasan Bakti Insan Persada, 2004, h. xii “…Maka hoetan jang laen disabelah timoer soengei karoekoet sampai pada soengei besar, anak koe Anthony Chastelein tijada boleh ganggoe sebab hoetan itoe misti tinggal akan goenanja boedak-boedak itoe mardaheka, dan djoega mareka itoe dan teoroen-temoeroennja tijada sekali-kali boleh potong ataoe memberi izin akan potong kajoe dari hoetan itoe boewat penggilingan teboe…dan mareka itoe tijada boleh bikin soewatoe apa djoega jang boleh djadi meroesakan hoetan itoe dan kasoekaran boeat toeroen-temoeroennja…”. 11 Penggalan kalimat di atas dengan ejaan Van Ophuijsen merupakan hasil terjemahan Bahasa Belanda Kuno yang diambil dari isi Surat wasiat Cornelis Chastelein kepada anaknya Anthony Chastelein tertanggal 14 Maret 1714. Cornelis Chastelein adalah seorang Tuan tanah eks pegawai pejabat VOC Verenigde Oost – indische Companigne. Sebagai anak bungsu, Cornelis mengikuti jejak ayahnya bekerja di VOC. Kedatangannya ke tanah Batavia sekarang Jakarta menumpang kapal uap yang saat itu memakan waktu kurang lebih tujuh bulan dengan melaui Tanjung Harapan, ujung selatan Benua Afrika. Saat dirinya aktif sebagai pegawai VOC, karier Cornelis ternyata cepat menanjak, makanya tak heran jika kemudian ia dipercaya menjadi anggota Real Ordinair atau Pejabat Pengadilan di VOC. Namun, kemudian ia pun lebih memilih hengkang dari VOC lantaran melihat pratek-praktek kecurangan dan kebobrokan ditubuh VOC. Dekadensi moral serta korupsi disegala bidang lapisan pihak-pihak Kompeni Belanda bertentangan dengan hati nurani penginjil ini. Sebagai agamawan panatik Cornelis tidak senang melihat dan menghadapi keadaan tersebut, maka ia tetap bersikukuh untuk keluar dari VOC. Saat itu Gubernur Jendral VOC dipindah tugaskan dari J. Champhuys ketangan Willem Van Outhorn, tiga bulan sebelum Cornelis resmi mengundurkan diri. 11 Rusdi Nurdiansyah dkk, Depok Merajut Asa Membangun Kota, Depok : Pokja Wartawan Depok, 2005, Cet. Ke-1, h. 4 Cornelis Chastelein disebut-sebut sebagai penganut poligami, sedikitnya dua gadis pribumi dinikahi selain Chatarina Van Vaalberg. Meskipun tidak ada catatan mengenai siapa kedua perempuan tersebut, akan tetapi tercatat nama anak-anak Chastelein dari hasil perkawinannya tersebut, yaitu Maria Chastelein yang diakuinya sebagai anak dihadapan notaries, dan seorang lagi bernama Chatarina Van Batavia. 12 Akhir abad 17 atau tepatnya pada tanggal 18 Mei 1696, Chastelein membeli beberapa bidang tanah di Batavia dan sekitarnya Sic . Disebut-sebut daerah seperti Jatinegara, Kampung Melayu, Pejambon, Mampang dan Depok menjadi hak milik Chastelein. Depok sendiri dibelinya seharga 700 ringgit dengan status tanah partikelir atau swasta yang lepas dari kekuasaan Kerajaan Hindia Belanda. Daerah otonomi Chastelein itu kemudian dikenal dengan sebutan Het Gemeente Bestuur Van Het particuliere Land Depok . 13 Sebagai seorang meneer Tuan tanah saat itu ia menguasai tanah seluas 1.244 hektar, ini setara dengan kira-kira enam wilayah kecamatan pada zaman sekarang. Untuk menggarap wilayahnya tersebut, Chastelein kemudian mendatangkan para pekerja dari banyak wilayah, tercatat daerah Bali, Makasar, NTT, Maluku, Ternate, kei, Jawa, Batavia Betawi, Pulau Rote, dan Filipina adalah wilayah-wilayah asal para pekerja tersebut. Semua berjumlah 120 orang sumber lainnya menyebutkan 150 orang. 12 Rusna Djanur Buana, H. Badrul Kamal Membangun Kota Depok, Depok : Adhyssa Promosindo, 2005, h. 16 13 Buana, H. Badrul Kamal Membangun Kota, h. 17 Latarbelakangnya yang dikenal sebagai penganut Protestan yang taat, atas permintaan ayahnya ia menyebarkan agama Kristen kepada para pekerjanya budaknya. Chastelein membagi para pekerjanya menjadi 12 Fam nama keluargamarga. Fam itu antara lain; Soedira, Leander, Laurens, Jonathans, Loen, Tholense, Samuel, Joseph, Bacas, Jakob, Isakh, dan Zadokh. Untuk Fam yang disebutkan terakhir yaitu Fam Zadokh kini sudah tidak ada lagi. Hilangnya Fam ini disinyalir keluarga tersebut tidak mempunyai anak laki-laki yang mewarisi nama Fam Zadokh. Status Cornelis sebagai penguasa tanah partikelir memungkinnya mengatur pemerintahan sendiri tanpa ada campur tangan dari pemerintah Belanda. Tak heran jika kemudian para pekerjanya saat itu mendapat hak yang sama dengan warga Belanda, termasuk dalam bidang pendidikan. Untuk menggerakkan roda pemerintahannya Chastelein memberlakukan sistem cukai kepada warganya, yang tidak lain adalah para pekerjanya. Besarnya cukai yang diterapkan Chastelein adalah 20 dari hasil panen para pekerjannya. Pada tanggal 28 Juni 1714, Cornelis Chastelein tutup usia. Namun sebelum itu, tepatnya tanggal 13 Maret 1714 ia sempat menulis surat wasiat yang di dalamnya antara lain berisi dan menjelaskan bahwa ia menghapus status budak para pekerjanya dan memerdekakan mereka. Bukan hanya itu, setiap keluarga berhak mendapatkan 16 ringgit. Hartanya 300 kerbau, dua perangkat gamelan berlapis emas, 60 tombak perak, juga dihibahkan Chastelein kepada para eks pekerjanya. Ia pun mewariskan beberapa bidang tanah kepada para eks pekerjanya. Tahun 1715 Anthony, putra Cornelis Chastelein meninggal. Pada 1871 pemerintah Hindia Belanda memutuskan Depok menjadi wilayah otonomi sendiri. Pada tanggal 4 Agustus 1952 pemerintah Indonesia mengambil alih tanah partikelir yang dikuasai 12 Fam dan keluarga Chastelein setelah adanya perjanjian pelepasan hak dengan pimpinan Gemeente Bestuur Depok. Pemerintah Indonesia memberikan ganti rugi sebesar Rp. 229.261,26. Peralihan hak milik tanah partikelir tersebut ketangan pemerintah Indonesia menjadi tanda berakhirnya perjalanan keluarga Chastelein. 14 Kendati demikian nama Chastelein dan sejarah hidupnya disebut-sebut terkait dan merupakan cikal-bakal dari lahirnya Kota Depok. 15 Perkembangan pesat Kota Depok mulai tampak pada tahun 1976. Sebagai daerah penyangga Jakarta, lahan-lahan Depok mulai dibangun perumahan dan berkembang terus yang pada akhirnya pada tahun 1981 Pemerintah Pusat membentuk Depok menjadi Kota Administratif Kotif. Tanggal 18 Maret 1982 Depok resmi menjadi Kotif yang saat itu diresmikan oleh Mentri Dalam Negeri Bapak H. Amir Machmud. Depok pun semakin menggeliat setelah statusnya kembali berubah yang tadinya Kotif Kota Administratif menjadi Kotamadya Kota sesuai dengan UU No.15 tahun 1999 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok. Bagaimana terbentuknya Depok menjadi Kotif dan Kodya akan dapat kita lihat pada pembahasan selanjutnya. 14 Rusna Djanur Buana, H. Badrul Kamal Membangun Kota Depok, Depok : Adhyssa Promosindo, 2005, h. 20 15 Rusdi Nurdiansyah dkk, Depok Merajut Asa Membangun Kota, Depok : Pokja Wartawan Depok, 2005, Cet. Ke-1, h. 5

B. Letak Geografis Kota Depok