Terbentuknya Depok sebagai Kota Administratif

Depok sebagai modal pembangunan, tinggal sejauhmana Depok dalam hal ini Pemda dapat mengelola dengan baik sehingga bisa menjadi salah satu sumber bagi PAD Pendapatan Asli Daerah yang nantinya bermanfaat bagi pembangunan daerah. Kedudukan Depok yang strategis tidak menutup kemungkinan menjadi daya tarik bagi para investor dalam dan luar negeri untuk menanamkan modalnya di Depok, yang bila dilihat dari sektor ekonomi hal ini sangat menguntungkan. Ini artinya, kemajuan atau pembangunan kearah yang lebih baik bukanlah sebuah hal yang mustahil atau tidak mungkin bisa dicapai oleh Pemda Depok selaku pengelola daerah.

C. Terbentuknya Depok sebagai Kota Administratif

Dekade tahun 1970-an Depok masih berbentuk Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Bogor - Jawa Barat. Tahun 1976, permukiman warga mulai dibangun dan berkembang. Pemerintah Propinsi Jawa Barat selaku Pemda yang membawahi Kecamatan Depok tentu mengawasi apa yang terjadi di Depok. Sejalan dengan perkembangan pemukiman yang terjadi di daerah Depok, Propinsi Jawa Barat Pemda kemudian mengajukan usulan peningkatan Kecamatan Depok menjadi Kota Administratif Depok. Bak gayung bersambut, Pemerintah Pusat terinspirasi untuk menjadikan Depok sebagai daerah hinterland atau daerah pendukung dan penyangga Ibukota Jakarta. Saat itu Presiden Soeharto mengeluarkan Intruksi No. 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Wilayah Terpadu yang meliputi Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi yang disingkat Jabotabek. 22 22 Buana, H. Barul Kamal Membangun Kota, h. 23. Baca juga Rusdi Nurdiansyah dkk, Depok Merajut Asa Membangun Kota , Depok : Pokja Wartawan Depok, 2005, h. 8 Usulan menjadikan Depok sebuah Kota Administratif akhirnya terwujud setelah pemerintah mengeluarkan PP No. 41 Tahun 1981 tentang Pembentukan Kota Administratif. 23 Tanggal 18 Maret 1982 peresmian perubahan status itupun dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri yang saat itu dijabat Amir Machmud. Depok sejak saat itu resmi menjadi wilayah Administratif yang membawahi tiga Kecamatan dengan luas areal 6.794 hektar. Ketiga Kecamatan itu antara lain ; Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Beji, dan Kecamatan Sukmajaya. Wilayah itu kemudian ditambah dengan empat desa dari Kecamatan Cimanggis, dan dua desa dari Kecamatan Cibinong. Bila dispesipikasi ketiga Kecamatan tersebut terbagi dua puluh desa, dengan pembagian sebagai berikut : 1. Kecamatan Pancoran Mas, meliputi : a. Desa Depok b. Desa Depok Jaya c. Desa Pancoran Mas d. Desa Mampang e. Desa Rangkapan Jaya f. Desa Rangkapan Jaya Baru 2. Kecamatan Sukmajaya, meliputi : a. Desa Abadijaya b. Desa Mekarjaya 23 Buana, H. Barul Kamal Membangun Kota, h. 23 c. Desa Baktijaya d. Desa Sukmajaya e. Desa Sukamaju f. Desa Cisalak g. Desa Kelurahan Kalibaru h. Desa Kalimulya i. Desa Jatimulya j. Desa Kelurahan Cibinong 3. Kecamatan Beji, meliputi : a. Desa Beji b. Desa Beji Timur c. Desa Kemirimuka d. Desa Pondok Cina e. Desa Kukusan f. Desa Tanah Baru Secara Administratif Depok berbatasan dengan : 1. Bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Jagakarsa Propinsi DKI Jakarta 2. Bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor 3. Bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Sawangan Kabupaten Bogor 4. Bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Cimanggis Kabupaten Bogor. 24 Depok menjadi wilayah Administratif selama tujuh belas tahun. Dalam kurun waktu yang cukup panjang itu, Depok mengalami enam kali pergantian walikota, adalah sebagai berikut: 1. Drs. Moch. Rukasah Suradimadja 1982-1984 2. Drs. H. M. I. Tamdjid 1984-1988 3. Drs. H. Abdul Wachyan 1988-1991 4. Drs. H. Moch. Masduki 1991-1992 5. Drs. H. Sofyan Safari Hamim 1992-1996 6. Drs. H Badrul Kamal 1997-1999 Dilihat dari priodesasi kepemimpinan di atas mengisyaratkan begitu demokratisnya kehidupan politik di Depok saat itu. Ini bisa dilihat dari tidak adanya pemimpin walikota yang menjabat dalam tempo yang sangat lama atau menjadi penguasa tunggal, hal yang berbeda terbalik bila kita lihat pada tataran politik nasional dimana Soeharto menjadi penguasa selama 32 tahun. Selama tujuh belas tahun keenam walikota tersebut mengawal dan mengupayakan pembangunan bagi Depok dengan segala keterbatasannya, mengingat posisinya yang masih di bawah bayang-bayang Kabupaten Bogor. Ketergantungan Depok terhadap kebijakan yang datangnya dari atas dalam hal ini Kabupaten Bogor 24 Imbas dari pemekaran Depok menjadi Kotamadya, daerah-daerah yang tadinya berbatasan dengan Kotif Depok dalam perkembangan berikutnya masuk ke dalam wilayah Depok Kotamadya. Perbatasan ini mengalami perubahan ketika Depok berstatus Kotamadya. sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Pusat dan Propinsi telah menyulitkan Depok untuk berkembang. Ditambah lagi lemahnya perhatian Pemerintah Kabupaten mengingat Depok terlalu jauh dari pusat pemerintahan kota Bogor. Belum lagi ditambah adanya kewajiban menyetor uang kepada Pemerintah Kabupaten dan Propinsi yang pemanfaatannya tergantung kepada kebijakan keduanya, semakin membuat Depok tak berkutik. Bayangkan bila PAD Depok yang hanya sebesar Rp. 11,4 miliar saat itu masih harus berbagi dengan Kabupaten Bogor dan penggunaannya masih diatur oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Ini jelas menggambarkan bahwa pertumbuhan Depok sangat tergantung pada kebijakan Pemerintah Kabupaten Bogor. 25

D. Terbentuknya Depok sebagai Kotamadya