3.7.5 Alur penelitian
3.8 Variabel Penelitian
1. Tipe OMSK
2. Tipe ketulian
3. Derajat ketulian
4. Usia
5. Jenis kelamin
6. Ambang dengar
7. Riwayat infeksi saluran pernapasan atas
8. Alergi
Pengolahan Data Telinga pada pasien Otitis Media Supuratif Kronik di
Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok RSUP Fatmawati
Perizinan
Pengumpulan data dari rekam medis
Penyajian Data Lolos Tim Kaji Etik
Penelitian Kesehatan RSUP Fatmawati
3.9 Manajemen Data
3.9.1 Teknik Pengumpulan Data
Data dicari melalui pengumpulan rekam medis penderita Otitis Media Supuratif Kronik di RSUP Fatmawati.
3.9.2 Pengolahan Data
Data dimasukan kedalam komputer melalui data entry pada program SPSS 16 yang sebelumnya dilakukan coding
terlebih dahulu untuk mengklasifikasikan data sesuai kategori kemudian dilakukan verifikasi.
3.9.3 Analisis Data
Data dianalisis
menggunakan analisis
univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian ini berupa
distribusi dan presentase pada setiap variabel meliputi tipe ketulian, usia, jenis kelamin, riwayat infeksi saluran
pernapasan atas dan alergi.
3.9.4 Rencana Penyajian Data
Penyajian data akan dilakukan dalam bentuk narasi, teks, table dan diagram.
3.9.5 Interpretasi Data
Data yang diperoleh diinterpretasikan secara deskriptif.
3.9.6 Pelaporan Hasil Penelitian
Hasil penelitian dibuat dalam bentuk makalah laporan penelitian yang dipresentasikan dihadapan staff pengajar
Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.10 Etika Penelitian
Ethical clearance untuk penelitian ini diajukan ke Panitia Etik Penelitian Kedokteran FKIK UIN Syarif Hidayatullah dan Tim Kaji Etik
Penelitian Kesehatan RSUP Fatmawati. Semua data yang didapat dari rekam medis yang dipergunakan akan dijaga kerahasiaannya.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Pasien
Pada penelitian ini, direncanakan jumlah sampel 106 pasien, tetapi berdasarkan penelusuran kembali melalui rekam medis, pasien OMSK di
RSUP Fatmawati tahun 2012-2014 hanya terdapat 34 pasien yang dapat diperiksa kedua sisi telinga. Seluruh pasien yang dimasukan dalam
penelitian ini adalah pasien yang akan dilakukan operasi telinga mikro. Karakteristik pasien pada penelitian ini sebagaimana ditampilkan dalam
Tabel 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Keadaan
Telinga dan Riwayat Penyerta
Variabel Total Subjek
N= 34 N= 68 Telinga Jenis kelamin
Laki – laki
20 58,8 Perempuan
14 41,2 Usia tahun
24 6-58 20 tahun
13 38,2 20-40 tahun
14 41,2 40 tahun
7 20,6 Keadaan Telinga N= 68 telinga
OMSK Maligna 37 54,4
OMSK Benigna 10 14,7
Tanpa perforasi 21 30,9
Letak Bilateral
13 38,2 Unilateral
21 61,8 ISPA
Ada Tidak ada
11 32,4 Tidak ada keterangan
23 67,6 Alergi
Ada Tidak ada
14 41,2 Tidak ada keterangan
20 58,8
Pada penelitian ini, subjek penelitian terdiri atas 20 58,8 laki –
laki dan 14 41,2 perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Neogi R et al 2011
26
di India, insidensi jenis kelamin terbanyak pada kasus OMSK adalah laki
– laki 58,8. Pada penelitian
yang dilakukan juga Oleh Hasniah et al 2013
20
di RSU Labuang Baji Makassar, karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
laki-laki 51,1 lebih banyak dibanding perempuan 48,9. Begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh Razooqi et al 2012
27
di Iraq, karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin menunjukkan laki-laki
52,8 dan perempuan 47,2. Hal ini dapat diartikan bahwa laki-laki maupun perempuan mempunyai risiko yang sama untuk menderita OMSK
tipe benigna maupun tipe maligna.
15
Kategori usia pada penelitian ini diperoleh nilai terendah pada usia 6 tahun dan nilai tertinggi pada usia 58 tahun dengan prevalensi tertinggi
pada usia 20-40 tahun. Hal ini serupa pada penelitian Syafeefah 2010
28
di RSUP H. Adam Malik Medan didapatkan insidensi tertinggi kasus OMSK pada usia 20 tahun. Begitu juga degan penelitian yang dilakukan
oleh Wahyudiasih et al 2011
15
sebanyak 45 kasus dengan rentang usia 8-52 tahun dan kejadian OMSK paling banyak dijumpai pada usia 21-30
tahun 28,8. Pada penelitian ini, berdasarkan keadaan telinga didapatkan bahwa
OMSK tipe Maligna 54,4 merupakan distribusi tertinggi lebih dibandingkan dengan OMSK tipe Benigna 14,7. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Hasniah et al 2013
20
di RSU Labuang Baji Makassar, OMSK tipe benigna sebanyak 27 orang 47,4 dan tipe
maligna sebanyak 20 orang 42,6. Berbeda pula pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2010
29
di Surakarta, dari 45 jumlah sampel, terdiri dari 8 pasien OMSK tipe bahaya, 16 pasien OMSK tipe jinak.
Kerusakan osikel berhubungan cukup kuat dan signifikan dengan OMSK tipe benigna maupun maligna. Hal ini menunjukkan bahwa penderita
OMSK tipe maligna cenderung mengalami kerusakan osikel daripada penderita tipe benigna.
15
Berdasarkan Tabel 4.1, didapatkan pasien
dengan OMSK unilateral 21 61,8 lebih tinggi dibandingkan dengan OMSK bilateral 13 38,2. Hal ini sesuai dengan penelitian Alabbasi et
al 2010
30
yang menunjukkan bahwa prevalensi pasien dengan OMSK unilateral 70 lebih tinggi dibandingkan dengan pasien OMSK bilateral
30. Berdasarkan Tabel 4.1, dari 34 subjek penelitian, didapatkan
sebanyak 32,4 tidak ada riwayat infeksi saluran pernapasan atas ISPA dan didapatkan 41,2 pasien tidak memiliki riwayat alergi. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Prianto 2010
31
yang menunjukkan bahwa riwayat alergiISPA tidak berhubungan dengan jenis dan derajat
kurang pendengaran. Namun tidak sesuai dengan beberapa penelitian yang mengatakan riwayat ISPA berulang, tidak tertanggulangi dengan baik dan
riwayat alergi merupakan salah satu faktor risiko terbanyak yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah berlanjut menjadi kronik.
Perbedaan terjadi kemungkinan diakibatkan ada faktor risiko lain yang mempengaruhi. Faktor yang mungkin berpengaruh adalah virulensi kuman
dan sistem imun pasien.
32
4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Tipe Ketulian dan Derajat Ketulian