Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Studi Kasus Pada Bapeda Pemkab Serdang Bedagai.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI

MEDAN

SKRIPSI

Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Studi Kasus Pada Bapeda Pemkab Serdang Bedagai

Oleh :

Nama : PUKKA B.E. NABABAN

Nim : 040522159

Departemen : Akuntansi

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI


(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul : “Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Studi Kasus Pada Bapeda Pemkab Serdang Bedagai”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan Universitas.

Medan, 3 Mei 2008

Yang Membuat Pernyataan

Pukka B.E. Nababan


(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul : “Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Studi Kasus Pada Bapeda Pemkab Serdang Bedagai”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Program S-1 Ekstensi Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari adanya kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak, khususnya kepada Orangtua penulis M.Nababan dan I. Sitompul yang telah banyak memberikan dukungan moril dan doa bagi penulis serta adik penulis (David dan Lala), yang terus menerus memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang banyak membantu penulis, yaitu : 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE., M.Acc. Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.


(4)

sehingga penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak DR. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak., selaku Dosen Penguji I, Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, Msi, Ak., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan petunjuk yang berguna bagi penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Seluruh Staff Pengajar, Staff Bag. Administrasi dan Perpustakaan serta Karyawan di bagian lainnya pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

6. Bapak Bupati, Wakil Bupati dan Bapeda serta seluruh Staff yang ada di Pemkab Serdang Bedagai Sumatera Utara atas izin riset yang diberikan serta masukan-masukan baik berupa data maupun informasi yang sangat berguna dalam penyusunan Skripsi ini.

7. Buat Amelia, yang selalu mendukung dan memberi semangat serta doa bagi penulis hingga selesainya skripsi ini.

8. Buat Teman-teman Sola Fide (K’Sondang, B’Sahala, Anwar, Charles, Deny, K’Megi, Ronald) dan teman-teman kuliah (Rosmawati, Mangerbang, Erwin, Indah, Juni, dll), terima kasih buat dukungannya.

Medan,3 Mei 2008 Penulis


(5)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know about the performance measurement at Pemkab Serdang Bedagai. Performance measurement represent the new thing in local autonomy era. Performance measurement is executed by Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) model as there are in Inpres No. 7 Tahun 1999 about Governmental Accountability Performance. Performance measurement used as basics for assess the efficacy and execution failure program and activity as according to target and goal which have been specified in order to realizing vision and mission Pemkab Serdang Bedagai.

Research method used in this research is descriptive method, that is to collect the obtained data, then interpret it and analyse it, so that can give the information which can be used to solve problems faced. To get the data that needed, the writer use the technique interview and document technique. Data type used is primary data and sekunder data.

The result of research indicate that the performance indicator used in goal achievement is in output level, while expected by society is in outcome level. This is happened because Bapeda Pemkab Serdang Bedagai can’t full able to defined indicator of

performance outcome to all existing target and as according to condition expected by society. Publicizing of performance indicator will not yet been done widely to society.

Key Words : Performance Measurement, Performance Indicator and LAKIP


(6)

pada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serdang Bedagai. Pengukuran kinerja merupakan hal yang baru dalam era otonomi daerah. Pengukuran kinerja ini dilaksanakan berdasarkan model Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagaimana terdapat dalam Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Pemkab Serdang Bedagai.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data-data yang diperoleh kemudian menginterpretasikannya dan menganalisanya sehingga dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator kinerja yang digunakan dalam pencapaian sasaran adalah pada tingkat output, sedangkan yang diharapkan masyarakat adalah pada tingkat outcome. Hal ini disebabkan karena Bapeda Pemkab Serdang Bedagai belum sepenuhnya mampu secara tegas mendefenisikan indikator kinerja outcome untuk seluruh sasaran yang ada dan sesuai dengan kondisi yang diharapkan masyarakat. Publikasi akan indikator kinerja belum dilakukan secara luas kepada masyarakat.

Kata-kata kunci : Pengukuran Kinerja, Indikator Kinerja dan LAKIP


(7)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual 7

Gambar 2.1 Siklus Pengukuran Kinerja 15


(8)

No Judul Lampiran A Format Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

Lampiran B Istruksi Presiden No.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lampiran C Struktur Organisasi Pemkab Serdang Bedagai


(9)

x

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 2.1 Contoh Indikator di Departemen Kesehatan 21

Tabel 2.2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Propinsi Daerah Ibukota Jakarta Tahun 1999-2000 33


(10)

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kerangka Konseptual ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengukuran Kinerja ... 8

1. Defenisi Pengukuran Kinerja ... 9

2. Tujuan dan Peranan Pengukuran Kinerja... 10

3. Aspek yang Diukur pada Pengukuran Kinerja ... 12


(11)

vi

B. Indikator Kinerja ... 16

1. Pengertian dan Elemen Indikator Kinerja ... 16

2. Peranan Indikator Kinerja ... 18

3. Manfaat Indikator Kinerja ... 19

4. Syarat-syarat Indikator Kinerja ... 19

5. Langkah-langkah menyususn Indikator Kinerja ... 20

6. Contoh Indikator Kinerja ... 21

7. Evaluasi Kinerja ... 21

C. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ... 22

1. Tujuan Sistem AKIP ... 24

2. Fungsi LAKIP ... 24

3. Manfaat LAKIP ... 25

4. Sasaran Sistem AKIP ... 26

5. Ruang Lingkup Sistem AKIP ... 26

6. Prinsip-prinsip LAKIP ... 27

7. Isi LAKIP ... 27

8. Bentuk Laporan Kinerja ... 29

D. Pengukuran Kinerja Berdasarkan LAKIP ... 30


(12)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Jenis dan Data ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ... 35

D. Metode Analisis Data ... 36

E. Responden ... 36

F. Objek Data dan Waktu Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 38

1. Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai ... 38

2. Struktur Organisasi Pemkab Serdang Bedagai ... 39

3. Struktur Organisasi Bapeda Pemkab Serdang Bedagai ... 44

4. Potensi Kabupaten Serdang Bedagai ... 44

5. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ... 45

B. Analisis Hasil Penelitian ... 47

1. Alasan Dilakukan Pengukuran Kinerja ... 47


(13)

viii

LAKIP Pemkab Serdang Bedagai ... 49

3. Fungsi LAKIP ... 50

4. Capaian Kinerja Makro/Penyelengggaraan Pemerintah Daerah ... 51

5. Indikator Kinerja yang Digunakan dalam Pencapaian Sasaran yang Bersifat Mikro ... 57

6. Permasalahan Pengukuran Kinerja ... 58

7. Peran DPRD dalam Pengawasan Kinerja ... 58

8. Publikasi Indikator Kinerja ... 59

9. Keterkaitan Pengukuran Kinerja dengan Pemberian Reward .. 60

10.Frekuensi Pengukuran Kinerja ... 60

11.Capaian Kinerja Keuangan ... 60

12.Contoh LAKIP Pemkab Serdang Bedagai ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN


(14)

Pemkab Serdang Bedagai. Performance measurement represent the new thing in local autonomy era. Performance measurement is executed by Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) model as there are in Inpres No. 7 Tahun 1999 about Governmental Accountability Performance. Performance measurement used as basics for assess the efficacy and execution failure program and activity as according to target and goal which have been specified in order to realizing vision and mission Pemkab Serdang Bedagai.

Research method used in this research is descriptive method, that is to collect the obtained data, then interpret it and analyse it, so that can give the information which can be used to solve problems faced. To get the data that needed, the writer use the technique interview and document technique. Data type used is primary data and sekunder data.

The result of research indicate that the performance indicator used in goal achievement is in output level, while expected by society is in outcome level. This is happened because Bapeda Pemkab Serdang Bedagai can’t full able to defined indicator of

performance outcome to all existing target and as according to condition expected by society. Publicizing of performance indicator will not yet been done widely to society.

Key Words : Performance Measurement, Performance Indicator and LAKIP


(15)

iv ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pengukuran kinerja pada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serdang Bedagai. Pengukuran kinerja merupakan hal yang baru dalam era otonomi daerah. Pengukuran kinerja ini dilaksanakan berdasarkan model Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagaimana terdapat dalam Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Pemkab Serdang Bedagai.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data-data yang diperoleh kemudian menginterpretasikannya dan menganalisanya sehingga dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator kinerja yang digunakan dalam pencapaian sasaran adalah pada tingkat output, sedangkan yang diharapkan masyarakat adalah pada tingkat outcome. Hal ini disebabkan karena Bapeda Pemkab Serdang Bedagai belum sepenuhnya mampu secara tegas mendefenisikan indikator kinerja outcome untuk seluruh sasaran yang ada dan sesuai dengan kondisi yang diharapkan masyarakat. Publikasi akan indikator kinerja belum dilakukan secara luas kepada masyarakat.

Kata-kata kunci : Pengukuran Kinerja, Indikator Kinerja dan LAKIP


(16)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemahaman Akuntansi Sektor Publik perlu dilengkapi dengan mekanisme evaluasi. Dalam hal ini, mekanisme tersebut disebut penilaian kinerja yang lebih di kenal dengan pengukuran kinerja.

Karena pengukuran kinerja merupakan salah satu instrumen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik yang akan berdampak pada pelaksanaan Good Governance maka dalam rangka mendukung pelaksanaan Good Governance maka MPR RI NO. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme. Sejalan dengan itu pula telah diterbitkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntanbilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP).

Tekanan inilah yang menyebabkan pemerintah daerah dituntut untuk dapat memperbaiki kinerja dalam memberikan pelayanan publik yang mendorong dibangunnya suatu sistem manajemen pemerintahan daerah berbasisi kinerja.

Perhatian terhadap kinerja menjadi sangat penting karena pangukuran kinerja yang erat dengan akuntabilitas publik dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah. Pengukuran kinerja adalah alat manajemen untuk meningkatkan perencanaan dan pengambilan keputusan. Selain itu, dengan pengukuran kinerja diharapkan adanya transparansi dalam menyediakan informasi


(17)

2

dalam penyelenggaraan pemerintah, sesuai dengan undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, pasal 3 UU tersebut menyatakan bahwa asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, keterbukaan, profesionalitas dan akuntabilitas. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi, seluruh aktivitas organisasi tersebut harus dapat diukur. Dan pengukuran tersebut tidak semata-mata kepada input, tetapi lebih ditekankan kepada keluaran atau manfaat program tersebut.

Inpres No. 7 Tahun 1999 mewajibkan setiap instansi pemerintah dapat mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta wewenang pengelolaan sumber daya dan kebijaksanaan yang dipercayakan kepadanya. Sarana pertanggungjawaban tersebut disusun dalam bentuk laporan yang disebut LAKIP.

Dalam rangka mengimplementasikan Instruksi Presiden tersebut maka Pemkab Serdang Bedagai sebagai bahagian Integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia berkewajiban untuk menyusun LAKIP. LAKIP tersebut dimaksudkan untuk menjadi sarana utama akuntabilitas publik yang dapat mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan visi dan misi dari suatu organisasi pemerintah. Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas para


(18)

pejabat dilingkungan Pemkab Serdang Bedagai, maka dengan mengacu pada Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, maka sejak tahun 2006 ini seluruh pejabat telah diwajibkan menyusun suatu penetapan kinerja. Penetapan ini pada dasarnya merupakan rencana kinerja yang akan diwujudkan oleh para pejabat tersebut setiap tahunnya. Realisasi dari penetapan kinerja inilah. yang digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja yang objektif dalam proses penyusunan LAKIP. Dengan demikian diharapkan LAKIP dapat menggambarkan adanya transparansi dan akuntabilitas dari seluruh pejabat di lingkungan Pemkab Serdang Bedagai.

Meskipun telah terjadinya kemajuan dalam manajemen kinerja Pemkab Serdang Bedagai akan tetapi masih terdapat kesenjangan antara praktek yang terjadi dengan konsep ideal yang seharusnya diterapkan.

Proposal ini akan meneliti tentang pengukuran kinerja Pemkab Serdang Bedagai. Karena Pengukuran kinerja merupakan salah satu instrumen penting dalam menciptakan akuntabilitas sektor publik yang akan berdampak terhadap pelaksanaan Good Governance, maka penulis memilih judul “Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Studi Kasus Pada Bapeda Pemkab Serdang Bedagai”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas penulis mencoba merumuskan masalah untuk menjadi dasar dalam penyusunan skripsi yaitu: Apakah LAKIP dijadikan sebagai pedoman dalam pengukuran kinerja bagi Bapeda Pemkab Serdang Bedagai?


(19)

4

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana LAKIP digunakan sebagai alat pengukuran kinerja Bapeda Pemkab Serdang Bedagai.

2. Untuk mengetahui implementasi LAKIP dalam mengukur keberhasilan atau kegagalan kinerja Bapeda Pemkab Serdang Bedagai.

D. Manfaat Penelitian

Suatu Penelitian haruslah memiliki manfaat, adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengukuran kinerja pemerintah daerah. 2. Bagi Instansi Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, memberikan

sumbangan masukan bagi pemerintah daerah.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan, yaitu sebagai bahan acuan/referensi bagi yang berminat melakukan penelitian yang berhubungan dengan kinerja pemerintah daerah.

E. Kerangka Konseptual

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas


(20)

Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres ini memberikan tuntunan kepada semua instansi untuk menyiapkan LAKIP sebagai bagian integral dari siklus akuntabilitas kinerja yang utuh yang dituangkan dalam suatu Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Pemkab Serdang Bedagai belum memiliki dokumen Rencana Strategik (Renstra) yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Hal ini disebabkan Pemkab Serdang Bedagai baru terbentuk tahun 2004 berdasarkan Undang-undang No. 36 tahun 2003. dengan demikian dalam penyusunan LAKIP Kabupaten Serdang Bedagai berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2006 – 2010 dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul.

Sebagai penjabaran lebih lanjut dari Rencana Stratejik, disusun Rencana Kinerja Tahunan (Annual Performance Plan) setiap tahun. Rencana kinerja menggambarkan kinerja pencapaian sasaran strategik yang ingin dicapai atau target kinerja yang dengan orientasi pencapaian strategik tahunan. Target kinerja ini menunjukkan nilai kuantitatif yang melekat pada setiap indikator kinerja, baik pada tingkat sasaran stratejik maupun tingkat kegiatan dan merupakan perbandingan bagi proses pengukuran keberhasilan organisasi yang dilakukan setiap periode pelaksanaan. Sasaran stratejik ini mencakup program/kegiatan yang akan dilaksanakan dan ingin dicapai.

Performance Budgeting (anggaran yang berorientasi pada kinerja) adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan


(21)

6

sangat erat dengan Visi, Misi dan Rencana Strategis Organisasi. Performace budgeting mengalokasikan sumber daya pada program, bukan pada unit organisasi semata dan memakai outputmeasurement sebagai indikator kinerja organisasi.

Rencana kinerja yang diinginkan diimplementasikan selama periode tertentu. Rencana kinerja mengandung unsur-unsur meliputi: sasaran, program, dan kegiatan. Pengimplementasian rencana kinerja tersebut akan menghasilkan Realisasi Kinerja yang dicapai organisasi. Realisasi kinerja tersebut disajikan dalam Laporan Kinerja yang dikeluarkan pada akhir periode. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara rencana kinerja yang diinginkan dengan realisasi yang dicapai organisasi. Selanjutnya akan dilakukan analisis terhadap penyebab terjadinya celah kinerja yang terjadi serta tindakan perbaikan yang diperlukan di masa mendatang. Hasil analisis kinerja ini akan menghasilkan LAKIP yang merupakan gambaran tentang sejauh mana pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu, kerangka konseptual penelitian ini sebagaimana tercantum pada Gbr. 1.1.


(22)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sasaran Stratejik/

Target Kinerja

Rencana Kinerja Capaian Kinerja

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) Pengukuran

Kinerja Anggaran

Kabupaten Rencana Stratejik/RPJM

Kabupaten

Indikator Kinerja

Analisis Capaian Kinerja 2006 Mencakup Indikator Input, output,

outcome, benefit dan Impact

Menggunakan anggaran berbasis kinerja


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Pengukuran dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompk indikator-indikator masukan, keluaran, manfaat dan dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengelolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan/program/kegiatan yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan.

Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud, sebagaimana dikemukakan oleh Mardiasmo (2005 : 121)

Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk

membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.


(24)

1. Defenisi Pengukuran Kinerja

Menurut Bastian (2006 : 274) “kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi”. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Untuk mengetahui keberhasilan/kegagalan suatu organisasi maka seluruh aktivitas organisasi tersebut harus dapat diukur. Dalam pengukuran tersebut tidak semata-semata kepada masukan (input), tetapi lebih ditekankan kepada keluaran atau manfaat program tersebut.

Disamping itu, menurut Sudarmayanti (2004 : 64) “kinerja (performance) diartikan sebagai hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat diukur dengan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan”, sedangkan dalam PP No. 58 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 35 berbunyi ”Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur

Menurut Syahrudin (2005 : 35) “Pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”.


(25)

 

 

10

  Dalam penerapannya, dibutuhkan suatu artikulasi yang jelas mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran yang dapat diukur dari satu dan keseluruhan program. Ukuran tersebut dapat dikaitkan dengan hasil atau outcome dari setiap program yang dilaksanakan. Dengan demikian, pengukuran kinerja organisasi merupakan dasar yang reasonable untuk pengambilan keputusan.

2. Tujuan dan Peranan Pengukuran Kinerja

Menurut Mardiasmo (2005 : 122), tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:

a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down

dan bottom up).

b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.

c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence.

d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memberikan umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara terus-menerus akan mencapai keberhasilan di masa mendatang.

Menurut Bastian (2001 : 330) peranan pengukuran prestasi sebagai alat manajemen untuk :

a. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian prestasi.


(26)

c. Memonitor dan mengevaluasi kinerja dengan perbandingan skema kinerja dan pelaksana.

d. Memberikan penghargaan dan penghukuman yang objektif atas prestasi pelaksanaan yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran prestasi yang telah disepakati.

e. Menjadikan alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki prestasi organisasi.

f. Mengindentifikasi apakah kepuasan pelanggan telah terpenuhi. g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah

h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

i. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. j. Mengungkapkan permasalah yang telah terjadi.

Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals dan objectives), menurut LAN dan BPKP (2000) elemen kunci dari sistem pengukuran kinerja terdiri dari:”Perencanaan dan penetapan tujuan, Pengembangan ukuran yang relevan, Pelaporan formal atas hasil, Penggunaan informasi”.

Sistem pengukuran kinerja akan membantu pimpinan dalan menetukan implimentasi strategi bisnis dengan cara membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Pengkuran kinerja tidak dimaksudkan untuk

berperan sebagai mekanisme guna memberikan

penghargaan/hukuman(reward/punishment), akan tetapi pengukuran kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki

kinerja organisasi.

Disamping itu, pengukuran kinerja merupakan alat yang bermanfaat dalam usaha pencapaian tujuan, karena melalui pengukuran kinerja dapat dilakukan proses penilaian terhadap pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan dan


(27)

 

 

12

  pengukuran kinerja dapat memberikan penilaian yang objektif dalam pengambilan keputusan organisasi maupun manajemen.

3. Aspek yang Diukur pada Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja menurut Bastian (2001 :331 – 332) biasanya dilakukan untuk aspek-aspek berikut ini: “Aspek finansial, Kepuasan pelanggan, Operasi dan Pasar Internal, Kepuasan pegawai, Kepuasan komunitas dan shareholder/stakeholder, Waktu”.

a. Aspek finansial

Aspek finansial meliputi anggaran atau cash flow. Aspek finansial ini sangat penting diperhatikan dalam pengukuran kinerja sehingga dianalogikan sebagai aliran darah dalam tubuh manusia.

b. Kepuasan pelanggan

Dalam globalisasi perdagangan, peran dan posisi pelanggan sangat krusial dalam penentuan strategi perusahaan. Untuk itu, manajemen perlu memperoleh informasi yang relevan tentang tingkat kepuasan pelanggan.

c. Operasi dan Pasar Integral

Informasi operasi dan meknisme pasar internal diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan organisasi dirancang untuk pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Disamping itu, organisasi dan pasar internal menentukan tingkat efisiansi dan efektivitas operasi organisasi.


(28)

d. Kepuasan pegawai

Dalam organisasi yang banyak melakukan invoasi, peran strategis pegawai sangat menentukan kelangsungan organisasi.

e. Kepuasan komunitas dan Shareholder/ Stakeholder

Pengukuran kinerja perlu idrancang untuk mengakomodasikan kepuasan para stakeholder.

f. Waktu

Informasi untuk pengukuran kinerja haruslah informasi yang terbaru, sehingga manfaat hasil pengukuran kinerja dapat dimaksimalkan.

Pengukuran kinerja atas aspek-aspek diatas bertujuan untuk memperoleh hasil kinerja yang nyata dan untuk perbaikan kinerja di masa mendatang.

4. Siklus Pengukuran Kinerja

Menurut Bastian (2006 : 281) “Terdapat 5 (lima) tahap untuk melakukan pengukuran kinerja yaitu Penskemaan Strategik, Penciptaan Indikator, Pengembangan Sistem Pengukuran Data, Penyempurnaan Ukuran Kinerja dan Pengintegrasian dengan Proses Manajemen”. Berikut uraian masing-masing tahap ( Gambar 2.1) sebagai berikut:


(29)

 

 

14

  a. Perencaan Strategik

Siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses perencanaan strategik, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran, kebijakan, program operasional dan kegiatan/aktivitas.

b. Penetapan Indikator Kinerja

Setelah perumusan strategik, instansi pemerintah perlu menyusun dan menetapkan ukuran/indikator kinerja. Ada beberapa aktivitas yang dilaksanakan dalam proses ini. Untuk beberapa jenis program, tahapan ini mungkin mudah dan sederhana untuk didefenisi. Indikator kinerja dapat berupa indikator input, process, output, outcomes, benefit atau impacts.

Indikator/ukuran yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat dihitung. Misalnya: jumlah klaim yang diproses

c. Mengembangkan Sistem Pengukuran Kinerja

Ada tiga kegiatan dalam tahap ini. Pertama, harus yakin bahwa mempunyai data atau pencarian data yang diperlukan terus dilanjutkan sesuai dengan siklus pengukuran kinerja. Kedua, mengukur kinerja harus mengumpulkan data. Terakhir, menggunakan data pengukuran kinerja yang dihimpun, dan hal ini harus dipresentasikan dengan cara yang dapat dimengerti.

d. Penyempurnaan Ukuran

Pada tahapan ini, pemikiran atas indikator hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting dibandingkan pemikiran atas indikator masukan (inputs) dan keluaran(outputs).


(30)

e. Pengintegrasian Dengan Proses Manajemen

Pada saat ukuran kinerja tersedia, tantangan selanjutnya adalah mengintegrasi pengukuran kinerja dengan proses manajemen.

Gambar 2.1 Siklus Pengukuran Kinerja

Sumber : Indra Bastian, 2006. Akuntasi Sektor Publik : Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, Hal 281.

Siklus pengukuran kinerja ini harus dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan tahapan yang ada untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang maksimal dan berkualitas.

Penskemaan Strategi

Integrasikan dengan Proses

Manjemen

Menciptakan Indikator

Mengembangkan Sistem Pengukuran Data

Penyempurnaan Ukuran


(31)

 

 

16

  B. Indikator Kinerja

1. Pengertian dan Elemen Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasran atau tujuan yang telah ditetapkan,dengan memperhitungkan elemen indikator kinerja.

Elemen yang terdapat dalam indikator kinerja menurut Bastian (2006 : 267) berupa: ”Indikator Masukan (Input), Indikator Proses (Process), Indikator Keluaran(Output), Indikator Hasil (Outcome), Indikator Manfaat (Benefit), Indikator Dampak (Impact)”.

a. Indikator Masukan (Input)

Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana dan sumber daya manusia, informasi, kebijakan/peraturan perundang-undangan dan sebagainya. Dengan meninjau distribusi sumber daya, seuatu lembaga menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategis yang telah diterapkan.

b. Indikator Proses (Process)

Rambu yang dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan organisasi. Efisiensi berarti besarnya hasil yang diperoleh pemanfaatan sejumlah input. Sedangkan ekonomis yang dimaksud adalah bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut secara lebih murah dibandingkan dengan standar biaya atau waktu yang ditentukan untuk itu.


(32)

c. Indikator Keluaran (Output)

Indikator keluaran adalah segala seuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau non-fisik. Dengan membandingkan keluaran instansi dapat menganalisis apakah suatu kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana. Tetapi indikator kinerja harus dibandingkan dengan sasaran kegiatan yang terdefenisi dengan baik dan teratur. Jadi, indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup dan kegiatan instansi.

d. Indikator Hasil (Outcome)

Indikator hasil adalah segala sesuatu hasil yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Outcome

menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil yang lebih tinggi yang mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome, organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output

memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.

e. Indikator Manfaat (Benefit)

Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator kinerja ini menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan jangka panjang. Indikator manfaat menunjukkan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaiakan dan berfungsi dengan optimal (tepat okasi dan waktu).


(33)

 

 

18

  f. Indikator Dampak (Impact)

Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang ditetapkan. Indikator ini sulit diukur karena memerlukan waktu lebih dari satu periode untuk mengetahui dampaknya.

Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat mengindikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. Dalam hubungan ini, penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan proses identifikasi, pengembangan, seleksi dan konsultasi tentang indikator kinerja atau ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan kegiatan dan program-program instansi.

2. Peranan Indikator Kinerja

Menurut Mardiasmo (2005 : 128), peranan indikator kinerja bagi pemerintah antara lain:

a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi.

b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan. c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manjerial. d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk

melakukan pilihan.

e. Untuk menunjukkan standar kinerja. f. Untuk menunjukkan efektifitas.

g. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektifitas biaya yang paling baik untuk mencapai target sasaran.

h. Untuk menunjukkan wilayah, bagian atau proses yang masih potensial untuk dilakukan penghematan biaya.

Indikator kinerja ini berperan dalam menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Indikator kinerja pada akhirnya akan


(34)

digunakan sebagai control sekaligus sebagai informasi dalam rangka mengukur tingkat akuntabilitas publik.

3. Manfaat Indikator Kinerja

Manfaat dari tuntutan skema indikator kenerja menurut Bastian (2006 : 269) sebagai berikut:

a. Kejelasan tujuan organisasi.

b. Mengembangkan persetujuan pengukuran aktifitas. c. Keuntungan proses produksi harus dipahami lebih jelas.

d. Tersedianya perbandingan kinerja dari organisasi yang berbeda. e. Tersedianya fasilitas setting of target untuk penilaian organisasi

dan individual manager sebagai bagian dari pertanggung jawaban organisasi kepada pemilik saham.

Penetapan indikator kinerja pada akhirnya akan digunakan dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan. Indikator kinerja akan membantu dalam menunjukkan, memberikan indikasi atau memfokuskan perhatian pada bidang yang relevan dilakukan tindakan perbaikan.

4. Syarat-syarat Indikator Kinerja

Sebelum menyusun dan menetapkan indikator kinerja, menurut Bastian (2006 : 267) terlebih dahulu perlu diketahui syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu indikator kinerja, yaitu:

a. Spesifik yang jelas, sehingga tidak ada kemungkinan kesalahan interpresentasi.

b. Dapat diukur secara objektif yang diukur secara kuantitatif maupun kulaitatif, yaitu dua atau lebih mengukur kinerja yang berkesimpulan sama.

c. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek objektif yang relevan.


(35)

 

 

20

  d. Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukan

keberhasilan masukan, proses keluaran, hasil, manfaat serta dampak.

e. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan.

f. Efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan , diolah dan dianalisis dengan biaya yang tersedia.

Syarat-syarat dalam membuat indikator kinerja yang baik harus dapat dipenuhi untuk memperoleh indikator kinerja yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.

5. Langkah-langkah Menyusun Indikator Kinerja

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun dan menetapkan indikator kinerja yang dalam kaitannya dengan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Langkah-langkah tersebut menurut LAN dan BPKP (2000) adalah sebagai berikut:

a. Susun dan tetapkan rencana strategis lebih dahulu. Rencana strategis meliputi vis, misi, tujuan, sasaran, dan cara mencapai tujuan/sasaran

b. Identifikasi data/informasi yang dapat dijadikan atau dikembangkan menjadi indikator kinerja. Dalam hal ini, data/informasi yang akan dibahas akan banyak menolong untuk menyusun dan menetapkan indikator kinerja yang tepat dan relevan.

c. Pilih dan tetapkan indikator kinerja yang paling relevan dan

berpengaruh besar tehadap pelaksanaan kebijaksanaan/program/kegiatan.

Memahami operasi dengan menganalisis kegiatan dan program yang akan dilaksanakan adalah diperlukan dalam penyusunan indikator kinerja.


(36)

6. Contoh Indikator Kinerja

Salah satu contoh indikator kinerja seperti tercantum pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 : Contoh Indikator di Departemen Kesehatan:

Sumber :Indra Bastian, 2006. Akuntasi Sektor Publik : Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, Hal271.

7. Evaluasi Kinerja

Menurut Bastian (2001: 344), “Evaluasi kinerja tidak akan memberikan hasil yang optimal apabila dilakukan dengan cara atau metode yang tidak tepat”. Bastian (2001 : 344) meyatakan, cara-cara evaluasi kinerja

PROGRAM Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas PROYEK/KEGIATAN Perbaikan/Penggantian peralatan medis yang rusak di Puskesmas

 

INDIKATOR KINERJA 1. Input dana

2. Process

 Ketaatan pada aturan hukum dalam proses pengadaan peralatan medis  Rata-rata waktu yang diperlukan untuk

pembelian dan penerimaan peralatan medis di Puskesmas

3. Output

 Jumlah peralatan medis 4. Outcome

 Baiknya kualitas pemeriksaan 5. Benefit

 Peningkatan kesembuhan pasien 6. Impact


(37)

 

 

22

  menurut Tim Studi Pengembangan Sistem Akuntansi Kinerja adalah dengan membandingkan antara:

a. Tingkat kinerja yang diidentifikasi sebagai tujuan dengan tingkat kinerja yang nyata.

b. Proses yang dilakukan dengan organisasi lain yang terbaik dibidangnya (benchmarking).

c. Realisasi dan target yang dibebankan dari instansi yang lebih tinggi.

d. Realisasi periode yang dilaporkan tahun ini dengan realisasi periode yang sama tahun lalu.

e. Rencana evaluasi lima tahun dengan akumulasi realisasi sampai dengan tahun ini.

Evaluasi kinerja sangat penting artinya untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang akurat.

C. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, ada kewajiban setiap instansi pemerintah untuk menyusun dan melaporkan Penskemaan Strategik tentang program-program utama yang akan dicapai selama satu sampai dengan lima tahun, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing instansi dan jajarannya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tersebut dimaksudkan untuk enforcement agar masing-masing instansi mempunyai visi, misi dan strategi untuk mencapai program-program yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi. LAKIP tersebut sama sekali tidak menyinggung mengenai peranan laporan keuangan instansi yang seharusnya menjadi dasar penyusunan LAKIP, padahal seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintah


(38)

bermuara pada keuangan/pendanaan. Oleh kaerena itu, tata cara penyusunan LAKIP tidak terstruktur dan apabila monitoring pelaporan tidak konsisten, maka nasibnya akan sama dengan kewajiban pelaporan Waskat pada sepuluh tahun yang lalu, yang pada saat ini sudah tidak ada instansi yang melaporkannya.

Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah sebagai media pertanggungjawaban dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan berperan sebagai alat kendali dan penilai kualitas kinerja serta alat pendorong terwujudnya good governance dalam perspektif yang lebih luas. Dalam Peraturan Walikota Yogyakarta No. 169 Tahun 2005 (RI, 2005 : 3) tentang Petunjuk Teknis Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP):

SAKIP adalah suatu proses pennyelenggaraan pertanggungjawaban SKPD yang saling berkaitan satu sama lain yang pada pokoknya terdiri kegiatan penyusunan Rencana Stratejik SKPD, penyusunan Rencana Kinerja Kegiatan (RKT), pemantauan dan pengamatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi, pengukuran pencapaian kinerja dan evaluasi kinerja serta pelaporan kinerja secaramenyeluruh dan terpadu untuk mendorong terciptanya akuntabilitas Instansi Pemerintah sebagai salah satu syarat terciptanya kepemerintahan yang baik dan terpercaya.

Menurut Situmorang (2001 : 1) “LAKIP mempunyai fungsi ganda yaitu mewujudkan akuntabilitas kepada publik sesuai PP Nomor 108 Tahun 2000 dan mewujudkan akuntabilitas secara vertikal kepada pemerintah pusat sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999, PP Nomor 56 Tahun 2001 dan Inpres Nomor 7 Tahun 1999”.

Instansi pemerintah berkewajiban menerapkan sistem akuntabilitas kinerja dan menyampaikan pelaporannya adalah instansi dari Pemerintah Pusat,


(39)

 

 

24

  Pemerintah Daerah Kabpaten/Kota. Adapun penanggung jawab penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah pejabat yang secara fungsional bertanggung jawab melayani fungsi administrasi di instansi masing-masing. Selanjutnya pemimpin instansi bersama tim kerja harus mempertanggung-jawabkan dan menjelaskan keberhasilan/kegagalan tingkat kinerja yang dicapai.

1. Tujuan Sistem AKIP

Berdasarkan Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah bahwa “Tujuan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk tercitanya pemerintah yang baik dan terpercaya”.

Berdasarkan Teknik Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Departemen Agama (2007 : 2) tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP adalah:

a. Untuk mewujudkan akuntabilitas instansi pemerintah kepada pihak pemberi mandat/amanat;

b. Pertanggungjawaban dari unit yang lebih rendah kepada unit kerja yang lebih tinggi atau pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan;

c. Perbaikan dalam perencanaan, khususnya perencanaan jangka menengah dan pendek.

2. Fungsi LAKIP

Berdasarkan Teknik Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Departemen Agama (2007 : 2), fungsi LAKIP adalah:


(40)

a. Suatu media hubungan kerja organisasi yang berfungsi informasi dan data yang telah diolah;

b. Wujud tertulis pertanggungjawaban suatu organisasi instansi kepada pemberi wewenang dan mandat, sehingga LAKIP berfungsi juga sebagai raport dari pimpinan unit organisasi;

c. LAKIP berisi tentang kinerja instansi dan akuntabilitasnya, yaitu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, sasaran organisasi dan merupakan media akuntabilitas setiap instansi;

d. Sebagai media informasi tentang sejauh mana penentuan prinsip-prinsip good governance termasuk penerapan fungsi-fungsi manajemen secara benar di instansi yang bersangkutan.

3. Manfaat LAKIP

Berdasarkan Teknik Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Departemen Agama (2007 : 2), LAKIP yang disampaikan oleh instansi pemerintah bermanfaat untuk:

a. Meningkatkan akuntabilitas, kredibilitas instansi dimata instansi yang lebih tinggi dan akhirnya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi;

b. Merupakan umpan balik untuk peningkatan kinerja instansi pemerintah;

c. Dapat mengetahui dan menilai keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab instansi;

d. Mendorong instansi pemerintah untuk menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara baik, sesuai ketentuan, peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat;

e. Menjadikan instansi yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif, dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungan.


(41)

 

 

26

  4. Sasaran Sistem AKIP

Berdasarkan Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menjadi Sasaran Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah adalah:

a. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisen, efektif dan responsive terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungan;

b. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah;

c. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional;

d. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

5. Ruang Lingkup Sistem AKIP

Berdasarkan Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang menjadi ruang lingkup Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah:

a. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dilaksanakan atas semua kegiatan utama istansi pemerintah yang memberikan kontribusi bagi pencapaian visi dan misi pemerintah. Kegiatan yang menjadi perhatian utama mencakup:

1) Tugas pokok dan fungsi dan instansi pemerintah; 2) Program kerja yang menjadi isu nasional;

3) Aktifitas yang dominan dan vital bagi pencapaian visi dan misi instansi pemerintah.

b. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang meliputi ruang lingkup tersebut di atas dilakukan oleh setiap instansi pemerintah sebagai bahan pertanggungjawabannya kepada Presiden.

Penentuan ruang lingkup Sistem AKIP akan membuat proses dari pengukuran kinerja semakin terfokus sehingga dapat menghasilkan LAKIP yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan.


(42)

6. Prinsip-prinsip LAKIP

Menurut Bastian (2001 : 350) ,penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip yang lazim, yaitu laporan harus disusun secara jujur, objektif dan transparan. Disamping itu perlu diperhatikan prinsip-prinsip lain:

a. Prinsip mempertanggungjawabkan (adanya responsibility center), sehingga lingkupnya jelas. Hal-hal yang dikendalikan (controllable) oleh pihak yang melaporkan harus dapat dimengerti pembaca laporan,

b. Prinsip pengecualian, yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan relevan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang bersangkutan. Misalnya, hal-hal yang menonjol baik keberhasilan maupun kegagalan, perbedaan antara realisasi dengan target/standar/skema/budget, penyimpangan dari skema karena alasan tertentu dan sebagainya. c. Prinsip manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar

daripada biaya penyusunannya.

Penetapan prinsip-prinsip dalam penyusunan LAKIP bertujuan agar laporan yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan dan berguna bagi para pemakai LAKIP.

7. Isi LAKIP

Isi LAKIP adalah uraian pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi dalam rangka pencapaian visi dan misi serta penjabaran yang menjadi perhatian utama instansi pemerintah. Selain itu, menurut Bastian (2001 : 350) perlu dimasukkan juga beberapa aspek pendukung meliputi uraian pertanggungjawaban mengenai:

a. Aspek keuangan b. Aspek sumber daya

c. Aspek sarana dan prasarana

d. Metode kerja, pengendalian manajemen dan kebijaksanaan lain yang mendukung pelaksanaan tugas utama instansi.


(43)

 

 

28

  Agar LAKIP dapat lebih berguna sebagai umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan, maka bentuk dan isinya diseragamkan tanpa mengabaikan keunikan masing-masing instansi pemerintah. Penyeragaman ini paling tidak dapat mengurangi perbedaan cara penyajian yang cendrung menjauhkan pemenuhan persyaratan minimal akan informasi yang seharusnya dimuat dalam LAKIP. Penyeragaman juga dimaksudkan untuk pelaporan yang bersifat rutin, sehingga perbandingan atau evaluasi dapat dilakukan secara memadai. LAKIP dapat dimasukkan pada kategori laporan rutin, karena paling tidak disusun dan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan setahun sekali.

Menurut Bastian (2001 : 351) agar pengungkapan akuntabilitas aspek-aspek pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut tidak tumpang tindih dengan pengungkapan akuntabilitas kinerja, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Uraian pertanggungjawaban keuangan dititikberatkan pada perolehan dan penggunaan dana, baik dana yang berasal dari alokasi APBN (rutin maupun pembangunan) maupun dana yang berasal dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).

b. Uraian pertanggungjawaban sumber daya manusia, dititikberatkan pada penggunaan dan pembinaan dalam hubungannya dengan peningkatan kinerja yang berorientasikan pada hasil atau manfaat dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

c. Uraian mengenai pertanggungjawaban pengunaan sarana dan prasarana dititikberatkan pada pengelolaan, pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangannya.

d. Uraian tentang metode kerja, pengendalian manajemen dan kebijaksanaan lainnya, difokuskan pada manfaat atau dampak dari suatu kebijaksanaan yang merupakan cerminan pertanggungjawaban kebijaksanaan (Policy Accountability).


(44)

8. Bentuk LaporanKinerja

Bentuk dari Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang tercantum dalam PP No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Pasal 17 ayat 1 dan 2 yaitu:

Ayat (1)Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, berisi ringkasan tentang keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan APBN/APBD.

Ayat (2)Bentuk dan isi Laporan Kinerja disesuaikan dengan bentuk dan isi rencana kerja dari anggaran sebagaimana ditetapkan dalam peraturan pemerintah terkait, ilustrasi format Laporan Kinerja disajikan pada Lampiran III.

Format Laporan Keuangan pada Lampiran III PP No.8 Tahun 2006 ini tercantum dalam Lampiran A.

Dalam Penjelasan atas PP No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Pasal 17 ayat 1:

a. Tatacara tentang penyusunan kegiatan dan Indikator Kinerja dimaksud didasarkan pada ketentuan peraturan pemerintah tentang rencana kerja pemerintah dan peraturan pemerintah tentang penyusunan rencana kerja dan anggaran Kementerian Negara/Lembaga.

b. Informasi “tentang Realisasi Kinerja disajikan secara bersanding dengan Kinerja yang direncanakan dan dianggarkan sebagaimana tercantum dalam Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Pemerintah Pusat/Daerah untuk tahun anggaran yang


(45)

 

 

30

  D. Pengukuran Kinerja Berdasarkan LAKIP

1. Penyusunan LAKIP

Menurut Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (1999 : 5) Pelaksanaan penyusunan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dilakukan dengan :

a. mempersiapkan dan menyusun perencanaan strategik;

b. merumuskan visi, misi, faktor-faktor kunci keberhasilan, tujuan, sasaran dan strategi instansi Pemerintah;

c. merumuskan indikator kinerja instansi Pemerintah dengan berpedoman pada kegiatan yang dominan, menjadi isu nasional dan vital bagi pencapaian visi dan misi instansi Pemerintah;

d. memantau dan mengamati pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dengan seksama;

e. mengukur pencapaian kinerja dengan :

1) perbandingan kinerja aktual dengan rencana atau target; 2) perbandingan kinerja aktual dengan tahun-tahun sebelumnya; 3) perbandingan kinerja aktual dengan kinerja di negara-negara

lain, atau dengan standar internasional. f. melakukan evaluasi kinerja dengan :

1) menganalisis hasil pengukuran kinerja ; 2) menginterprestasikan data yang diperoleh;

3) membuat pembobotan (rating) keberhasilan pencapaian program;

4) membandingkan pencapaian program dengan visi dan misi instansi pemerintah.

PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Pasal 20 Ayat (5) menyatakan:”Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setidak-tidaknya mencakup perkembangan keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan APBN/APBD”.


(46)

2. Penilaian Kinerja

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 Penjelasan atas Pasal 5 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah, “Penilaian kinerja berdasarkan tolok ukur Renstra didasarkan pada indikator”:

a. Dampak: bagaimana dampaknya terhadap kondisi makro yang ingin dicapai berdasarkan manfaat yang dihasilkan.

b. Manfaat: bagaimana tingkat kemanfaatan yang dapat dirasakan sebagai nilai tambah bagi masyarakat, maupun Pemerintah. c. Hasil: bagaimana tingkat pencapaian kinerja yang diharapkan

terwujud berdasarkan keluaran (output) kebijakan atau program yang sudah dilaksanakan.

d. Keluaran: bagaimana bentuk produk yang dihasilkan langsung oleh kebijakan atau program yang sudah dilaksanakan.

e. Masukan: bagaimana tingkat atau besaran sumber-sumber yang

digunakan sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi dan sebagainya.

Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pada rancangan undang-undang atau peraturan daerah tentang Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah disertakan atau dilampirkan informasi tambahan mengenai Kinerja Instansi Pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh Pengguna Anggaran sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Pengungkapan informasi tentang Kinerja ini adalah relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasikan secara jelas keluaran (outputs) dari setiap kegiatan dan hasil (outcomes) dari setiap program. Untuk keperluan tersebut, perlu disusun suatu sistem akuntabilitas Kinerja instansi pemerintah yang terintegrasi dengan sistem perencanaan strategis, sistem penganggaran, dan Sistem Akuntansi Pemerintahan. Ketentuan yang dicakup dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tersebut sekaligus


(47)

 

 

32

  dimaksudkan untuk menggantikan ketentuan yang termuat dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sehingga dapat dihasilkan suatu Laporan Keuangan dan Kinerja yang terpadu.

E. Contoh LAKIP

Contoh LAKIP, Bastian (2001 : 352) Propinsi Daerah Ibukota Jakarta Tahun 1999 – 2000.


(48)

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan berbentuk studi kasus, yaitu penelitian yang

dilakukan secara mendalam untuk memberi gambaran dan perkembangan dari suatu

objek penelitian. Menurut Umar (203 : 56), “Studi kasus merupakan penelitian

yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan cukup menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya”.

B. Jenis dan Data

Jenis data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Data Primer

Menurut Umar (2003 : 69), “Data primer merupakan data yang didapat

dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti”. Dalam penyusunan skripsi ini yang menjadi data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari objek penelitian yaitu Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai melalui


(49)

35

keterkaitan dengan permasalahan seperti Kepala Dinas, Ketua Badan dan Staff

Pemkab Serdang Bedagai.

2. Data Sekunder

Menurut Umar (2003 : 69), “Data skunder merupakan data primer yang

telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram”. Yang menjadi data skunder dalam penyusunan skripsi ini adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber kepustakaan dan analisis dokumen meliputi

Undang-Undang, Instruksi Presiden, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah

mengenai objek penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan berbagai cara:

1. Teknik Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan

pihak-pihak terkait dengan pokok permasalahan untuk mendapatkan keterangan

yang dibutuhkan.

Menurut Sugiyono (2006 : 130), “wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil”.


(50)

2. Teknik Dokumentasi, yaitu melakukan pengumpulan data instansi yang

diperlukan yang berhubungan dengan kinerja pemerintah.

D. Metode Analisa Data

Metode analisis data yang dilakukan adalah metode deskriptif, yaitu

mengumpulkan, mengklasifikasikan, menginterpretasikan dan menganalisa data

untuk memberikan gambaran dan jawaban yang jelas dan akurat dari perumusan

masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori yang ada

hubungannya dengan masalah yang dibahas untuk kemudian membuat kesimpulan

dan sara-saran yang dianggap penting.

Menurut Sugiyono (2006 142), “Statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Menurut Travers (1978) dalam Umar (2003 : 55), “Metode deskriptif

bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksan sebab-sebab dari suatu gejala tertentu”.

E. Responden

Yang menjadi responden dalam penulisan skripsi ini adalah Kepala Dinas,


(51)

37

F. Objek dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai oleh penulis di Bapeda Pemkab Serdang Bedagai pada


(52)

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Serdang Bedagai terletak antara 2˚ 57” - 3˚ 21” Lintang Utara dan

98˚ 98” - 99˚ 27” Bujur Timur dengan luas wilayah berkisar 1.900,22 Km2 atau

2,65% dari luas Propinsi Sumatera Utara.

Secara umum topografi Kabupaten Serdang Bedagai adalah mendatar dan

bergelombang, dengan ketinggian sekitar 0 – 500 meter diatas permukaan laut dan

terletak di Pantai Timur Propinsi Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Serdang

Bedagai berbatasan dengan:

Utara : Selat Malaka

Selatan : Kabupaten Simalungun

Timur : Kabupaten Asahan, Kabupaten Simalungun

Barat : Sungai Ular, Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dengan rata-rata setiap

bulannya kelembaban sekitar 80,75%, surah hujan berkisar antara 30 – 343 mm

dengan periode tertinggi pada bulan November – Desember, hari hujan perbulan

berkisar 7 – 28 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan September –


(53)

39

sekitar 3,99 mm per hari. Temperatur udara minimum 24,02˚C dan maksimum

32,14˚C.

Administrasi pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 11

(sebelas) Kecamatan, 237 (dua ratus tiga tujuh) Desa dan 6 (enam) Kelurahan, serta

1.130 (seribu seratus tiga puluh) Dusun.

Anggota Legislatif/DPRD Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 45 orang

yang berasal dari tiga fraksi yaitu, 10 orang dari Fraksi Golkar, 9 orang dari Fraksi

PDIP, dan 5 orang masing-masing dari Fraksi PPP dan Fraksi PAN, 3 orang dari

Fraksi PKS, 2 orang masing-masing dari Fraksi PBB, Demokrat, PBR dan PDS serta

1 orang masing-masing dari Fraksi Patriot Pancasila, PIB, PNBK, PKPI dan Fraksi

PKB.

2. Struktur Organisasi Pemkab Serdang Bedagai

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, telah ditetapkan

organisasi, kewenangan dan tugas dari unit-unit yang membantu kelancaran

pelaksanaan tugas-tugas kepala daerah yang terdiri dari Sekertariat Daerah, Badan

Daerah, Dinas Daerah, Kantor Daerah, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah

Kelurahaan.

a. Sekertariat Daerah

Sekertariat Daerah merupakan unsur staf Pemerintah Daerah yang dipimpin

oleh seorang Sekertaris Daerah yang bertanggung jawab kepada Bupati. Tugas pokok


(54)

penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tata laksana, pelayanan

pembangunan dan pembinaan masyarakat serta memberikan pelayanan administrasi

kepada seluruh perangkat daerah.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, fungsi dari Sekertariat Daerah ini

mencakup:

1) Melakukan pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah terhadap

segala kegiatan yang dilakukan oleh perangkat daerah dalam rangka

penyelenggaraan administrasi pemerintahan.

2) Menyelenggarakan administrasi pemerintahan

3) Melaksanakan pembinaan pembangunan

4) Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan

5) Melaksanakan pembinaan administrasi, organisasi dan tata laksana serta

memberikan pelayanan teknis administrasi kepada instansi vertikal.

6) Melaksanakan koordinasi perumusan peraturan perundang-undangan dan

pembinaan hukum yang menyangkut tugas pemerintahaan di daerah dan

penyusunan anggaran.

7) Melaksanakan hubungan masyarakat dan hubungan antar lembaga.

8) Mengelola sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana pemerintahan

daerah Kabupaten.

9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai tugas pokok dan


(55)

41

2006 tentang Organisasi Sekertariat Daerah Kabupaten Serdang Bedagai dan

Sekertariat DPRD Kabupaten Serdang Bedagai.

Dalam menyelenggarakan tupoksinya Sekertaris Daerah dibantu:

1) Asisten Tata Praja:

 Bagian Tata Pemerintahan

 Bagian Hukum dan Organisasi

 Bagian Humas

2) Asisten Ekonomi Pembangunan dan Sosial  Bagian Pengendalian Pembangunan

 Bagian Perekonomian

 Bagian Sosial Budaya

 Bagian Pemuda dan Olah Raga

3) Asisten Administrasi Umum  Bagian Umum

 Bagian Keuangan

 Bagian Perlengkapan

4) Sekertariat DPRD  Bagian Umum

 Bagian Risalah dan Penataan Persidangan

 Bagian Keuangan


(56)

b. Dinas Daerah

Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin

oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Bupati melalui Sekertaris Daerah. Dinas Daerah sesuai Perda Nomor 03 Tahun 2006

tentang Organisasi Dinas-dinas Daerah Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai

terdiri dari:

1) Dinas Pendidikan Nasional

2) Dinas Kesehatan Daerah

3) Dinas Pekerjaan Umum Daerah

4) Dinas Pertanian dan Peternakan Daerah

5) Dinas Kehutan dan Perkebunan Daerah

6) Dians Perhubungan dan Parawisata Daerah

7) Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Koperasi Daerah

8) Dinas Pendapatan Daerah

9) Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah

10)Dinas Sosial Daerah

11)Daerah Kependudukan, Keluarga Berencana dan Catatan Sipil Daerah

12)Dinas Pasar dan Kebersihan dan Pemadaman Kebakaran Daerah

13)Dinas Penanaman Modal dan Tenaga Kerja Daerah

c. Badan


(57)

43

2) Badan Pengawasan Daerah

3) Badan Kepegawaian Daerah

4) Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah

d. Kantor

1) Kantor Ketahanan Pangan Daerah

2) Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah

3) Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan dan Pertambangan

4) Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Untuk Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan diautr sesuai Perda Nomor 4

Tahun 2001 tentang Organisasi Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten

Deli Serdang dibagi atas sebelas Kecamatan yang dimiliki Kabupaten Serdang

Bedagai terdiri atas Kecamatan Kabupatenrih, Kecamatan Dolok Masihul,

Kecamatan Sipispis, Kecamatan Dolok Merawan, Kecamatan Tebing Tinggi,

Kecamatan Bandar Khalifa, Kecamatan Teluk Mengkudu, Sei Rampah, Kecamatan

Perbaungan, Kecamatan Pantai Cermin dan 237 Desa dan 6 Kelurahan serta 1.130

Dusun.

Bagan organisasi dari Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada


(58)

3. Struktur Organisasi Bapeda Pemkab Serdang Bedagai

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda) Kabupaten Serdang

Bedagai merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kabupaten yang dipimpin

oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten

Susunan organisasi Bapeda Kabupaten Serdang Bedagai terdiri atas:

a. Kepala Badan

b. Bagian Tata Usaha

c. Bidang Pembangunan Sarana dan Prasarana

d. Bidang Pembangunan Sosial Budaya

e. Bidang Pembangunan Ekonomi

f. Kelompok Jabatan Fungsional

Adapun bagan organisasi dari Bapeda Kabupaten Serdang Bedagai dapat

dilihat pada Lampiran D.

4. Potensi Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Serdang Bedagai bertumpu pada 2 potensi yaitu potensi ekonomi

dan parawisata. Potensi ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai berfokus pada

pertanian, peternakan dan perikanan sedangkan potensi parawisata dikembangkan

atas dasar beberapa dimensi yaitu pengembangan nilai budaya yang sudah ada di

masyarakat dan mempertahankan karakteristik dasar dari masyarakat serta nilai adat


(59)

45

wisata yang cukup baik untuk dikelola secara lebih intensif yaitu objek wisata alam

“Pantai Cermin”.

5. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Terwujudnya suatu tata kepemerintahan yang baik (good governance)

merupakan harapan semua pihak. Upaya untuk mewujudkan good governance telah

dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain TAP MPR

Nomor XI Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari

KKN, UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang hal yang sama, Inpres Nomor 7 Tahun

1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), Inpres Nomor 5

Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberatasan Korupsi dan Undang-undang Nomor

36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai di Propinsi

Sumatera Utara.

Salah satu inti pokok dari berbagai peraturan tersebut adalah bahwa setiap

instansi pemerintah diwajibkan mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (Sistem AKIP). Tujuan mengimplementasikan Sistem AKIP ini

adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai

salah satu prasyarat terciptanya pemerintahan yang baik dan terpercaya.

Sistem AKIP pada dasarnya merupakan sistem manajemen berorientasi pada

hasil, yang merupakan salah satu instrumen agar instansi menjadi instansi pemerintah

yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif


(60)

dalam pelaksanaan pembangunan nasional, dan terpeliharanya kepercayaan

masyarakat kepada pemerintah. Penerapan sistem AKIP tersebut mengharuskan

setiap instansi pemerintah membuat RPJPD/RPJMD/Renstra-SKPD (Strategic Plan),

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Performance Plan), Penetapan Kinerja

(Performance Agreement) serta Laporan Pertanggungjawaban Kinerja (Performance

Accountability Report).

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dimaksudkan sebagai perwujudan kewajiban

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan

Penetapan Kinerja dan juga sebagai umpan balik untuk memacu perbaikan kinerja

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai di tahun-tahun yang akan datang.

RKPD Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai menyajikan kondisi dan

permasalahan pembangunan daerah berdasarkan urusan, tujuan,strategi dan kebijakan

pembangunan daerah, kerangka ekonomi daerah, prioritas program dan kegiatan

beserta tolak ukur kinerja. Iktisar RKPD Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai

menyajikan sasaran strategik/prioritas pembangunan beserta indikator kinerja dan

target kinerja.

Indikator yang dikembangkan pada pemerintah daerah Kabupaten Serdang

Bedagai meliputi indikator kinerja makro dan indikator kinerja mikro. Indikator


(61)

47

daerah Kabupaten Serdang Bedagai secara keseluruhan. Indikator mikro diarahkan

kepada capaian kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Sementara itu, indikator

kinerja mikro merupakan indikator yang digunakan untuk menilai kinerja unit kerja.

Indikator kinerja mikro diarahkan pada keberhasilan sasaran prioritas pembangunan

beserta program dan kegiatan pendukungnya.

Contoh LAKIP Pemkab Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.1.

B. Hasil Penelitian

1. Alasan Dilakukan Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang

telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Pemerintah Kabupten

(Pemkab) Serdang Bedagai. Pengukuran kinerja Pemkab Serdang Bedagai dilakukan

melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Penetapan Kinerja

Penetapan Kinerja Pemkab Serdang Bedagai dituangkan dalam Rencana

Kinerja Pemerintah Daerah (RKPD). Penetapan kinerja tersebut mencakup penetapan

proyeksi/target indikator kinerja makro setiap tahunnya dan target indikator kinerja

mikro atas sasaran prioritas pembangunan beserta program dan kegiatan.

b. Pengumpulan Data Kinerja

Pengumpulan data kinerja diarahkan untuk mendapatkan data kinerja yang


(62)

dalam rangka perbaikan kinerja instansi pemerintah tanpa meninggalkan

prinsip-prinsip keseimbangan biaya dan manfaat, efisiensi dan efektivitas.

Pengumpulan data kinerja Pemkab Serdang Bedagai belum dilakukan melalui

sistem informasi kinerja yang mengintegrasikan data kinerja yang dibutuhkan dan

unit-unit yang bertanggungjawab dalam pencatatan. Pengumpulan data kinerja

dilakukan pada saaat penyusunan LAKIP dengan memanfaatkan laporan tahunan dari

unit-unit pelaksana di lingkungan Dinas/Badan/Kantor dalam lingkungan Pemkab

Serdang Bedagai. Disamping itu dimanfaatkan juga data kinerja dari eksternal

Pemkab Serdang Bedagai seperti BPS, Kepolisian dan sebagainya.

c. Metode/Cara Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja Pemkab Serdang Bedagai dilakukan dengan

menggunakan metode perbandingan antara rencana kinerja (performance plan) yang

diinginkan dengan realisasi kinerja (performance result) yang dicapai organisasi.

Hasil perbandingan tersebut selanjutnya dianalisis untuk menjawab terhadap

penyebab terjadinya celah kinerja (performance gap) yang terjadi serta tindakan

perbaikan yang diperlukan di masa mendatang.

Pengukuran kinerja Pemkab Serdang Bedagai mencakup pengukuran kinerja

makro dan kinerja mikro yang terdiri dari kinerja sasaran, program dan kinerja

kegiatan.

Pengukuran kinerja dilakukan dengan mengunakan Formulir Pengukuran


(63)

49

d. Hasil Pengukuran Kinerja

Pencapaian tujuan dan sasran pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai

merupakan bagian dari pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan Provinsi

Sumatera Utara yang pada akhirnya memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan

dan sasaran pembanguan nasional.

Sehubungan dengan di atas, pengukuran kinerja makro Pemkab Serdang

Bedagai diarahkan kepada capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah,

sedangkan kinerja mikro diarahkan pada keberhasilan sasaran prioritas pembangunan

beserta program dan kegiatan pendukung.

Untuk lebih jelasnya mengenai pengukuran kinerja mikro dan makro akan

disajikan pada nomor 4 dan 5.

2. Maksud dan Tujuan Penyusunan dan Penyampaian LAKIP Pemkab Serdang Bedagai

Maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP Pemkab Serdang

Bedagai mencakup hal-hal berikut:

a. Aspek Akuntabilitas bagi keperluan eksternal organisasi, menyajikan LAKIP sebagai sarana pertanggungjawaban Pemkab Serdang Bedagai

atas capaian kinerja yang berhasil diperoleh selama periode yang

bersangkutan. Esensi capaian kinerja yang dilaporkan merujuk pada

sampai sejauh mana visi, misi, tujuan dan sasaran stratejik telah dicapai


(64)

b. Aspek Manajemen Kinerja bagi keperluan internal organisasi, menjadikan LAKIP sebagai sarana evaluasi pencapaian kinerja oleh

manajemen Pemkab Serdang Bedagai bagi upaya-upaya perbaikan kinerja

di masa datang. Untuk setiap celah kinerja yang ditemukan, manajemen

Pemkab Serdang Bedagai dapat merumuskan strategi pemecahan

masalahnya sehingga capaian kinerja pemerintah dapat ditingkatkan

secara berkelanjutan.

Tujuan penyusunan dan penyampaian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Tujuan Penyusunan Penyampaian LAKIP

Sumber : Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, 2005. Laporan Akuntabilitas Kinerja Istansi Pemerintah 2005, Sumatera Utara, Hal 12.

Manajemen

Kinerja

Akuntabilitas

Kinerja


(1)

Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara dan salinannya kepada Kepala Lembaga Administrasi Negara.

KETUJUH : Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara mengkoordinasikan pelaksanaan Instruksi Presiden ini.

KEDELAPAN : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab, serta memperhatikan lampiran Instruksi Presiden ini.

Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.

Dikeluarkan di Jakarta Pada tanggal 15 Juni 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan II Plt.

ttd EDY SUDIBYO


(2)

Inpres 7/1999: AKIP

HOP Itjen Dep. Kimpraswil 4/6 LAMPIRAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. : 7 TAHUN 1999 TANGGAL : 15 JUNI 1999

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM

AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH I. UMUM

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan :

a. Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/ kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.

b. Perencanaan strategik merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana strategik mengandung visi, misi, tujuan/sasaran, dan program yang realistis dan mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat dicapai.

c. Visi adalah cara pandang jauh ke depan ke mana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh instansi pemerintah.

d. Misi adalah suatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah, dan mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh dimasa mendatang.

e. Tujuan merupakan penjabaran/implementasi dari pernyataan misi. Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan pada jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahunan.

f. Sasaran adalah penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan oleh instansi pemerintah dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulan atau bulanan. Sasaran diusahakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diukur.

2. Tujuan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya.


(3)

3. Sasaran Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah :

a. menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya;

b. terwujudnya transparansi instansi pemerintah;

c. terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional;

d. terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. 4. Ruang Lingkup :

a. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dilaksanakan atas semua kegiatan utama instansi pemerintah yang memberikan kontribusi bagi pencapaian visi dan misi instansi Pemerintah. Kegiatan yang menjadi perhatian utama mencakup :

1. Tugas pokok dan fungsi dan instansi pemerintah; 2. Program kerja yang menjadi isu nasional;

3. Aktifitas yang dominan dan vital bagi pencapaian visi dan misi instansi Pemerintah.

b. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang meliputi ruang lingkup tersebut di atas dilakukan oleh setiap instansi Pemerintah sebagai bahan pertanggungjawabannya kepada Presiden.

II. PELAKSANAAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

5. Pelaksanaan penyusunan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dilakukan dengan :

a. mempersiapkan dan menyusun perencanaan strategik;

b. merumuskan visi, misi, faktor-faktor kunci keberhasilan, tujuan, sasaran dan strategi instansi Pemerintah;

c. merumuskan indikator kinerja instansi Pemerintah dengan berpedoman pada kegiatan yang dominan, menjadi isu nasional dan vital bagi pencapaian visi dan misi instansi Pemerintah;

d. memantau dan mengamati pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dengan seksama;

e. mengukur pencapaian kinerja dengan :

1). perbandingan kinerja aktual dengan rencana atau target; 2). perbandingan kinerja aktual dengan tahun-tahun sebelumnya;


(4)

Inpres 7/1999: AKIP

HOP Itjen Dep. Kimpraswil 6/6 3). perbandingan kinerja aktual dengan kinerja di negara-negara

lain, atau dengan standar internasional. f. melakukan evaluasi kinerja dengan :

1). menganalisis hasil pengukuran kinerja ; 2). menginterprestasikan data yang diperoleh;

3). membuat pembobotan (rating) keberhasilan pencapaian program;

4). membandingkan pencapaian program dengan visi dan misi instansi pemerintah.

6. Alat untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

7. Mekanisme pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai berikut : a. Setiap pemimpin Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen,

Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja didalamnya wajib membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada atasannya;

b. Laporan akuntabilitas kinerja tahunan dari tiap Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, masing-masing Menteri/ Pemimpin Lembaga Pemerintah Non Departemen menyampaikannya kepada Presiden dan Wakil Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara serta Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;

c. Laporan akuntabilitas kinerja tahunan dari setiap Daerah Tingkat I disampaikan kepada Presiden/Wakil Presiden dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

d. Laporan akuntabilitas kinerja tahunan dari setiap Daerah Tingkat II disampaikan kepada Gubernur/Kepala Daerah yang terkait dengan tembusan kepada Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan II Plt

ttd

EDY SUDIBYO


(5)

(6)

Lampiran C

i