Pelanggaran Moralitas Materi Pemberlakuan

penyelewengan denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00, paling banyak Rp. 3.000.000,00 atau hukuman kurungan paling singkat 2 bulan atau paling lama 6 bulan dan membayar kembali ke Baitul Mal senilai zakat atau harta agama yang diselewengkan. 40 Pelanggaran ibadah juga diatur dalam Pasal 38 Qanun No. 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Zakat, yakni membuat, menggunakan surat palsu atau memalsukan surat Badan Baitul Mal dan melakukanturut melakukanmembantu melakukan penggelapan zakat atau harta agama lainya. Pasal 39 ayat 1 mengatur hukuman bagi pelaku yang membuat surat palsu atau memalsukan surat Badan Baitul Mal yang dapat menerbitkan sesuatu hak, kewajiban atau pembebasan hutang, atau yang dapat dipergunakan sebagai keterangan suatu perbuatan dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakannya seolah- olah surat itu asli dan tidak dipalsukan berupa hukuman cambuk di depan umum 1-3 kali, denda Rp 500.000,00 sampai Rp 1.500.000,00 atau kurungan 2-6 bulan. 41 Kriminalisasi juga dilakukan kepada seseorang yang dengan sengaja menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, yang dapat menimbulkan kerugian bagi Badan Baitul Mal atau muzakki, mustahiq atau kepentingan lain, dihukum dengan hukuman ta’zir berupa cambuk di depan umum 1-3 kali atau hukuman denda Rp 500.000,00 sampai Rp 1.500.000,00 atau kurungan 2-6 bulan. 42 Qanun juga mengatur kriminalisasi terhadap seseorang yang melakukan, turut melakukan atau membantu melakukan penggelapan zakat atau harta lainnya yang seharusnya diserahkan kepada Badan Baitul Mal, dihukum karena penggelapan dengan hukuman ta‘zir berupa cambuk di depan umum 1-3 kali dan denda 1-2 kali dari nilai zakat atau nilai harta agama lainnya yang digelapkan. 43 Bagi petugas Baitul Mal yang menyalurkan zakat secara tidak sah dihukum karena melakukan jarimah menyelewengkan pengelolaan zakat dengan hukuman ta‘zir berupa cambuk di depan umum 2-4 kali atau hukuman denda Rp 1.000.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00 atau hukuman kurungan 4-8 bulan. 44 Pelanggaran terhadap syiar Islam diatur dalam Qanun No. 11 tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam. Pelanggaran terhadap Muslim yang tidak berbusana Islami 40 Pasal 53 Qanun No. 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal 41 Pasal 38 Qanun No. 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Zakat 42 Pasal 39 ayat 2 Qanun No. 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Zakat 43 Pasal 40 Qanun No. 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Zakat 44 Pasal 41 Qanun No. 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Zakat dipidana dengan hukuman ta‘zir setelah melalui proses peringatan dan pembinaan Wilayatul Hisbah. 45 Adapun pelanggaran akidah dan ibadah yang diatur di Kelantan terdiri dari takfir mengkafirkan, makan di bulan Ramadhan, dan menggalakkan maksiat. Dalam Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 diatur bahwa perbuatan yang berupa mengatakan atau mengaitkan melalui kata-kata, baik dalam ucapan atau tulisan, atau melalui isyarat, atau gambar atau melalui perbuatan, kegiatan, atau mengelola, mengatur kegiatan yang mengarah keluar dari Islam dikenakan hukum penjara maksimal 3 tahun, atau denda maksimal RM 5.000,00 atau kedua-duanya. 46 Begitu pula setiap orang yang menafsirkan secara menyeleweng fatwa yang dikeluarkan oleh pihak berkuasa agama dikenakan hukuman penjara maksimal 3 tahun atau denda maksimal RM 5.000,00 atau kedua-duanya. 47 Orang yang tidak berpuasa menurut hukum syariat dan didapati makan atau minum atau merokok atau sejenisnya pada siang hari di bulan Ramadlan dalam Enakmnen ini dikenakan hukuman denda maksimal RM 500,00 atau penjara maksimal 3 bulan dan bagi kesalahan yang kedua atau yang berikutnya denda maksimal RM 1.000,00 atau penjara maksimal 6 bulan atau kedua-duanya. 48 Enakmen ini juga mengatur perbuatan berupa menganjurkan, membujuk atau menggalakkan orang melakukan pekerjaan maksiat adalah bersalah, dikenakan hukuman denda maksimal RM 500,00 atau penjara maksimal 4 bulan atau kedua-duanya. 49

3. Pelanggaran Seksual

Di Aceh, pelanggaran seksual tidak diatur dalam Qanun, sedangkan di Kelantan, banyak muatan pelanggaran seksual yang diatur dalam Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985. Sebagaimana telah disebutkan terdahulu, pelanggaran seksual dalam Enakmen ini terdiri dari musah}aqah, liwat}, ikhtilat}, percumbuan seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan isterinya atau sebaliknya seorang perempuan dengan laki-laki yang bukan suaminya, subhat melakukan zina, hamil di luar nikah, menjadi mucikari, melacurkan diri, dan persetubuhan dalam satu garis perkawinan. Di Kelantan, perbuatan percobaan zina dikenakan hukuman denda maksimal RM 3.000,00 atau penjara maksimal 2 tahun atau kedua- 45 Pasal 23 Qanun No. 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam 46 Pasal 24 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 47 Pasal 24 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 48 Pasal 26 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 49 Pasal 23 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 duanya dan dicambuk maksimal 3 kali. 50 Pengaturan percobaan zina ini merupakan terobosan hukum dalam Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 karena para imam mazhab tidak memiliki pendapat tentang persoalan ini. Perbuatan bersubhat melakukan zina 51 dalam Enakmen ini dikenakan hukuman denda maksimal RM 3.000,00 atau penjara maksimal 2 tahun atau kedua-duanya. 52 Hukuman ini sejalan dengan pendapat imam-imam mazhab bahwa subhat dalam zina tidak dikenakan hukuman zina rajamcambuk. Argumennya adalah hukuman h}udud tidak dapat dikenakan jika dalam keadaan subhat. 53 Perbuatan musah}aqah dikenakan hukuman denda maksimal lima ratus ringgit atau penjara maksimal empat bulan atau kedua-duanya. 54 Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh al-Sunnah mengkategorikan musahaqah sebagai pelanggaran ta‘zir, bukan h}udud . 55 Karena musah}aqah dikategorikan sebagai ta‘zir, Draft Enakmen ini menetapkan hukuman denda atau penjara sebagai hukuman yang ditetapkan oleh pemerintah. Perbuatan liwath dalam Draft Enakmen ini dimasukkan dalam kategori h}udud yang dikenakan hukuman denda maksimal RM 5.000,00 atau penjara maksimal 3 tahun atau kedua-duanya dan dicambuk 6 kali. 56 Hukuman yang ditetapkan dalam Enakmen ini sesuai dengan pendapat mazhab Hanafi yang menempatkan liwat} sebagai ta‘zir sehingga tidak dikenakan hukuman rajamcambuk. Berbeda dengan mazhab Maliki, Syafi‟i, dan Hambali yang menempatkan liwat} dan musah}aqah sebagai h}udud yang dikenakan hukuman rajamcambuk. 57 Hamil di luar nikah juga diatur dalam Enakmen ini. Seorang perempuan yang didapati hamil atau melahirkan anak di luar nikah dikenakan hukuman denda maksimal RM 3.000,00 atau penjara maksimal 2 tahun atau kedua-duanya. Kategori hamil di luar nikah dalam Draft 50 Pasal 12 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 51 Perbuatan ini sering disebut wat}i’ shubh}ah, yaitu persetubuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan bukan isterinya dan persetubuhan itu dilakukan: a dalam keadaan yang meragukan dalam keadaan dia menyangka bahwa perempuan yang disetubuhinya itu adalah isterinya, sedangkan perempuan itu bukan isterinya; atau b dalam keadaan yang meragukan dalam keadaan dia menyangka bahwa perkahwinannya dengan perempuan yang disetubuhinya itu adalah sah sesuai hukum syara’, sedangkan pada hakikatnya perkawinannya itu adalah tidak sah. 52 Pasal 13 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 53 ‘Abd al-Rahman al-Jaziri, ‚Kitab al- Fiqh…‛, 85. 54 Pasal 15 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 55 Sayyid Sabiq, ‚Fiqh al- Sunnah…‛, 732. 56 Pasal 14 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 57 ‘Abd al-Rahman al-Jaziri, Kitab al- Fiqh…‛, 125-126. Enakmen ini berlaku bagi perempuan yang melahirkan anak setelah enam bulan pernikahan. 58 Para ulama fikih berbeda pendapat tentang perempuan hamil yang tidak mempunyai suami. Mazhab Hanafi berpendapat jika seorang perempuan merdeka hamil dan tidak mempunyai suami, atau perempuan budak yang tidak mempunyai suami dan tuan, maka perempuan tersebut ditanya terlebih dahulu. Jika perempuan itu menjawab bahwa dia dipaksa berzina atau wathi’ shubhat, dan diterima penjelasannya, maka dia tidak dikenakan hukum h}udud. Madzab Syafi‟i berpendapat perempuan tersebut tidak dikenakan hukum h}udud, meskipun tidak ada bukti dia dipaksa atau bersuami karena hukuman h}udud diberlakukan selama ada saksi atau pengakuan. Hukuman h}udud gugur karena disebabkan shubhat. Mazhab Maliki berpendapat perempuan tersebut dihukum h}udud sampai dia menunjukkan bahwa dia dipaksa atau telah bersuami atau bukti lain yang dapat dipercaya karena hukuman h}udud dijatuhkan karena ada tanda kehamilan. 59 Berdasarkan pada pendapat para imam mazhab di atas, maka Draft Enakmen mengikuti pendapat mazhab Maliki. Seorang suami yang melacurkan isterinya atau membiarkan isterinya melacurkan dirinya dikenakan hukuman denda tidak melebih RM 3.000,00 atau penjara maksimal 2 tahun atau kedua-duanya. Seorang ibu atau bapak atau wali yang melacurkan anaknya atau anak-anak yang di bawah jagaannya atau membenarkan anaknya atau anak-anak yang di bawah penjagaannya itu melacur dikenakan hukuman denda maksimal RM 3.000,00 atau penjara maksimal 2 tahun atau kedua-duanya. 60 Adapun pelacuran dikenakan hukuman denda maksimal RM 4.000,00 atau penjara maksimal 2 tahun atau kedua-duanya. 61 Seseorang yang menjadi mucikari dalam Enakmen ini dikenakan denda maksimal RM 1.000,00 atau penjara maksimal 6 bulan atau kedua-duanya. 62 Pelacuran dan mucikari tidak ditemukan dalam pendapat imam mazhab. Pelacuran dan mucikari masuk dalam kategori ta‘zir yang menjadi kewenangan penguasa untuk menentukan hukumannya. Persetubuhan dalam satu garis darah incest juga dilarang dalam Enakmen ini. Hukumannya adalah denda maksimal RM 3.000,00 atau penjara maksimal 2 tahun atau kedua-duanya dan Mahkamah dapat memerintahkan supaya mereka tidak tinggal bersama-sama. 63 Hukuman ini 58 Pasal 16 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 59 ‘Abd al-Rahman al-Jaziri, ‚Kitab al- Fiqh…‛, 87. 60 Pasal 18 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 61 Pasal 19 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 62 Pasal 22 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 63 Pasal 10 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985