Materi Pemberlakuan Pemberlakuan Hukum Jinayah Di Aceh Dan Kelantan

Berdasarkan pemaparan di atas, perbuatan zina yang dilarang di Kelantan sesuai dengan pendapat imam mazhab. Dari aspek pembagian pelaku zina kepada zina muh}s}an dan zina ghayru muh}s}an, pemberlakuan zina di Kelantan tidak sesuai dengan pendapat imam mazhab. Dari aspek hukuman bagi pelaku zina yang menetapkan bagi pelaku zina dengan hukuman 3 tahun penjara, RM 5000,00 dan 6 kali cambuk, maka pemberlakuan zina di Kelantan tidak sesuai dengan pendapat imam mazhab yang berpendapat bahwa bagi pelaku zina muh}s}an dihukum rajam dan zina ghayru muh}s}an dihukum 100 kali cambuk. Ini menunjukkan bahwa hukuman bagi pelanggaran jinayah di Kelantan tidak mengadopsi pendapat-pendapat imam mazhab, tetapi melakukan ijtihad sendiri dengan mengikuti logika hukuman yang telah ditetapkan di masa awal kemerdekaan dan penjajah Inggris, yaitu penjara, denda, dan cambuk.

B. Materi Pemberlakuan

Ta‘zir di Aceh dan Kelantan Pemberlakuan hukum jinayah di Aceh dan Kelantan lebih banyak pada aspek ta‘zir yang memang pengaturannya diserahkan kepada penguasa. Ta‘zir yang dikembangkan di Aceh terdiri dari pelanggaran moralitas, pelanggaran akidah, ibadah, dan syiar Islam yang tertuang dalam 6 qanun, yaitu Qanun No. 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam, Qanun No. 12 Tahun 2003 Tentang Khamar, Qanun No. 13 tahun 2003 Tentang Maisir, Qanun No. 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat, Qanun No. 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat, dan Qanun No. 7 Tahun 2010 tentang Baitul Mal. Pemberlakuan hukum jinayah di Kelantan tidak jauh berbeda dengan di Aceh yang lebih banyak mengatur pelanggaran yang tidak ditetapkan hukumannya oleh syariat. Ta‘zir yang diberlakukan di Kelantan terdiri dari pelanggaran moralitas, pelanggaran akidah dan ibadah, pelanggaran seksual, dan penghinaan kepada aparat negara yang tertuang dalam Enakmen Kanun Jenayah Syariah 1985 Kelantan. Yang membedakan Aceh dan Kelantan adalah aspek pelanggaran seksual tidak diatur di Aceh, sedangkan di Kelantan aspek pelanggaran seksual begitu rinci diatur, seperti, musah}aqah, liwat}, khalwat , percumbuan seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan isterinya atau sebaliknya seorang perempuan dengan laki-laki yang bukan suaminya, subhat dalam melakukan zina, hamil di luar nikah, menjadi mucikari, dan melacurkan diri.

1. Pelanggaran Moralitas

Pelanggaran dalam aspek moralitas yang diatur di Aceh adalah maisir dan khalwat. Di Kelantan, pelanggaran moralitas yang diatur adalah khalwat, perbuatan tidak sopan, perkataan tidak sopan, banci, menghasut perempuan bersuami atau lelaki beristeri supaya bercerai atau mengingkari kewajiban dan tanggungjawabnya, melarikan isteri orang atau anak, melarikan perempuan, menjual atau membeli anak. Larangan maisir di Aceh diatur dalam Qanun No. 13 Tahun 2003 Tentang Larangan Maisir. Maisir perjudian dalam qanun ini didefinisikan dengan kegiatan danatau perbuatan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih di mana pihak yang menang mendapatkan bayaran. 15 Ruang lingkup larangan maisir dalam Qanun ini adalah segala bentuk kegiatan danatau perbuatan serta keadaan yang mengarah kepada taruhan dan dapat berakibat kepada kemudharatan bagi pihak-pihak yang bertaruh dan orang-oranglembaga yang ikut terlibat dalam taruhan tersebut. 16 Maisir dilarang di Aceh dengan tujuan untuk memelihara dan melindungi harta bendakekayaan, mencegah anggota mayarakat melakukan perbuatan yang mengarah kepada maisir; melindungi masyarakat dari pengaruh buruk yang timbul akibat kegiatan danatau perbuatan maisir, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan perbuatan maisir. 17 Ada dua pelaku perbuatan maisir yang diatur dalam Qanun Larangan Maisir, yaitu orang dan badan hukum. Yakni, setiap orang atau badan hukum atau badan usaha dilarang melakukan, menyelenggarakan danatau memberikan fasititas kepada orang yang akan melakukan perbuatan maisir, dan menjadi pelindung terhadap perbuatan maisir. 18 Hukuman bagi orang yang melakukan perbuatan maisir adalah cambuk di depan umum paling banyak 12 kali dan paling sedikit 6 kali. Orang atau badan hukum atau badan usaha yang menyelenggarakan danatau memberikan fasititas serta melindungi kepada orang yang akan melakukan perbuatan maisir dihukum denda paling banyak Rp. 35.000.000,- paling sedikit Rp. 15.000.000,00. 19 Adapun larangan khalwat di Aceh diatur dalam Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang Larangan Khalwat. Khalwat dalam Qanun ini adalah 15 Pasal 1 ayat 20 Qanun No. 13 Tahun 2003 Tentang Larangan Maisir 16 Pasal 2 Qanun No. 13 Tahun 2003 Tentang Larangan Maisir 17 Pasal 3 Qanun No. 13 Tahun 2003 Tentang Larangan Maisir 18 Pasal 5-6 Qanun No. 13 Tahun 2003 Tentang Larangan Maisir 19 Pasal 23 Qanun No. 13 Tahun 2003 Tentang Larangan Maisir perbuatan bersunyi-sunyi antara dua orang mukallaf atau lebih yang berlainan jenis yang bukan muhrim atau tanpa ikatan perkawinan. 20 Larangan ini bertujuan untuk: 1 menegakkan syariat Islam dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; 2 melindungi masyarakat dan berbagai bentuk kegiatan danatau perbuatan yang merusak kehormatan; 3 mencegah anggota masyarakat sedini mungkin dari melakukan perbuatan yang mengarah kepada zina; 4 meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencegah dan memberantas terjadinya perbuatan khalwatmesum; dan 5 menutup peluang terjadinya kerusakan moral. 21 Perbuatan khalwat diancam dengan hukuman ta‘zir berupa cambuk paling banyak 9 kali, paling rendah 3 kali danatau denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 paling sedikit Rp. 2.500.000, 00. Bagi setiap orang atau kelompok masyarakat, atau aparatur pemerintahan dan badan usaha yang memberikan kemudahan danatau melindungi orang melakukan khalwatmesum diancam dengan hukuman ta‘zir berupa kurungan paling lama 6 bulan, paling singkat 2 bulan danatau denda paling banyak Rp. 15.000.000, 00 paling sedikit Rp 5.000.000, 00. 22 Pelanggaran moralitas di Kelantan terdiri dari khalwat, perbuatan tidak sopan, perkataan tidak sopan, banci, menghasut perempuan bersuami atau lelaki beristeri supaya bercerai atau mengingkari kewajiban dan tanggungjawab, perlakuan sumbang, melarikan isteri orang atau anak, melarikan perempuan, dan menjual atau membeli anak. Khalwat dalam Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 diatur bagi laki-laki yang bersunyi-sunyi dengan perempuan yang bukan mahramnya dan bukan isterinya. Perbuatan ini dikenakan hukuman denda maksimal RM 2.000,00 atau penjara maksimal 1 tahun atau kedua-duanya. Sebaliknya, seorang perempuan yang bersunyi-sunyi dengan laki-laki yang bukan mahramnya yang bukan suaminya dikenakan hukuman denda maksimal RM 2.000,00 atau penjara maksimal satu tahun atau kedua- duanya. Enakmen ini juga mengatur pula percumbuan seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan isterinya atau sebaliknya seorang perempuan dengan laki-laki yang bukan suaminya dikenakan hukuman denda maksimal RM 1.000,00 atau penjara selama maksimal 6 bulan atau kedua-duanya. 23 20 Pasal 2 Qanun No. 14 Tahun 2003 Tentang Larangan Khalwat 21 Pasal 3 Qanun No. 14 Tahun 2003 Tentang Larangan Khalwat 22 Pasal 22 Qanun No. 14 Tahun 2003 Tentang Larangan Khalwat 23 Pasal 5 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 Matrik 9. Persamaan dan Perbedaan Pelarangan Khalwat di Aceh dan Kelantan Ta’zir Aceh Kelantan Khalwat Aspek yang dilarang Perbuatan bersunyi-sunyi antara dua orang mukallaf atau lebih yang berlainan jenis yang bukan muhrim atau tanpa ikatan perkawinan. Laki-laki yang bersunyi-sunyi dengan perempuan yang bukan mahramnya dan bukan isterinya. Pelaku pelanggaran Orang laki-laki dan perempuan Orang laki-laki dan perempuan Hukuman Cambuk 3-9 kali, danatau denda Rp 2.500.000,00 Rp. 10.000.000,00. -Bagi orang atau kelompok masyarakat, atau aparatur pemerintahan dan badan usaha yang memberikan kemudahan danatau melindungi orang melakukan khalwatmesum diancam dengan hukuman 2- 6 penjara, danatau denda Rp 5.000.00000 Rp. 15.000.000,00 Hukuman denda maksimal RM 2.000,00 atau penjara maksimal 1 tahun atau kedua-duanya. Sumber: Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang Larangan Khalwat dan Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 Perbuatan tidak sopan yang diatur dalam Enakmen Kanun Jenayah Syariah 1985 tidak didefinisikan secara jelas. Enakmen ini hanya menjelaskan bahwa seseorang yang dengan sengaja melakukan perbuatan atau berkelakuan tidak sopan yang bertentangan dengan hukum syariat di tempat umum dikenakan hukuman denda maksimal RM 1.000,00 atau penjara maksimal 6 bulan atau kedua-duanya. 24 Perkataan tidak sopan yang diatur dalam Enakmen Kanun Jenayah Syariah 1985 adalah perbuatan yang dengan sengaja mengeluarkan atau mengeluarkan kata- kata yang bertentangan dengan hukum Syara‟ yang dapat mengganggu keamanan di tempat umum. Pelanggaran ini dikenakan hukuman denda maksimal RM 1.000,00 atau penjara maksimal 6 bulan atau kedua-duanya. 25 Dalam kasus moralitas lainnya, Enakmen ini mengatur tentang banci, yaitu seorang lelaki yang memakai pakaian perempuan dan tampil seperti perempuan di tempat umum. Orang yang tampil banci dikenakan 24 Pasal 6 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 25 Pasal 6 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 hukuman denda maksimal RM 1.000,00 atau penjara maksimal 6 bulan atau kedua-duanya. 26 Pelanggaran juga dikenakan bagi perbuatan menghasut perempuan bersuami atau lelaki beristeri supaya bercerai atau mengingkari kewajiban dan tanggungjawab di antara satu dengan yang lain. Perbuatan seperti ini dikenakan hukuman denda maksimal RM 1.000,00 atau penjara maksimal 6 bulan atau kedua-duanya. 27 Enakmen ini juga mengatur perbuatan melarikan atau menyebabkan isteri orang lain meninggalkan rumah tangganya. Enakmen ini menyatakan bersalah perbuatan ini yang dikenakan hukuman denda maksimal RM 2.000,00 atau penjara maksimal 1 tahun atau kedua-duanya dan Mahkamah boleh memerintahkan supaya isteri kembali kepada suaminya. 28 Perbuatan melarikan atau mempengaruhi atau membujuk seorang perempuan supaya lari dari penjagaan ibu bapaknya atau penjaganya, dalam Enakmen ini dikenakan hukuman denda maksimal RM 2.000,00 atau penjara tidak melebhi 1 tahun atau kedua-duanya. 29 Seorang ibu atau bapak atau penjaga yang menjual, memberi atau menyerahkan anaknya atau anak-anak yang di bawah penjagaannya kepada seseorang yang bukan beragama Islam dalam Enakemen ini dikenakan hukuman denda maksimal RM 2.000,00 atau penjara maksimal 1 tahun atau kedua-duanya. 30

2. Pelanggaran Akidah, Ibadah, dan Syiar Islam

Pelanggaran akidah yang diatur di Aceh adalah paham atau atau aliran sesat, dan keluar dari aqidah dan atau menghina atau melecehkan agama Islam, tidak shalat Jumat dan puasa Ramadhan, tidak membayar zakat atau membayar zakat tidak sesuai ketentuan yang benar, memalsukan surat Badan Baitul Mal dan melakukan penggelapan zakat atau harta agama lainya. Di Kelantan, pelanggaran akidah dan ibadah adalah takfir , makan di bulan Ramadhan, dan menggalakkan maksiat. Kriminalisasi pelanggaran akidah di Aceh diatur dalam Qanun No. 11 tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam. Dalam Qanun ini, aqidah didefinisikan dengan akidah Islam menurut Ahlussunnah Waljamaah. Ibadah yang diatur dalam Qanun ini adalah shalat dan puasa Ramadhan. Syiar Islam yang dimaksud dalam Qanun ini adalah semua kegiatan yang mengandung nilai-nilai 26 Pasal 7 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 27 Pasal 8 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 28 Pasal 17 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 29 Pasal 20 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 30 Pasal 21 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 ibadah untuk menyemarakkan dan mengagungkan pelaksanaan ajaran Islam. 31 Dalam aspek akidah, ada tiga kewajibanlarangan bagi seluruh umat Islam di Aceh, yaitu: 1 memelihara aqidah dari pengaruh paham atau aliran sesat, 2 dilarang menyebarkan paham atau atau aliran sesat, dan 3 dilarang dengan sengaja keluar dari aqidah dan atau menghina atau melecehkan agama Islam. 32 Pelanggaran terhadap penyebaran paham atau aliran sesat dihukum dengan ta‘zir berupa hukuman penjara paling lama 2 tahun atau hukuman cambuk di depan umum paling banyak 12 kali cambuk. Bagi orang yang keluar dari akidah Islam dan atau menghina atau melecehkan agama Islam dihukum dengan hukuman yang diatur dalam Qanun tersendiri. 33 Sayangnya, sampai sekarang Qanun yang mengatur hukuman orang yang keluar dari akidah Islam dan atau menghina atau melecehkan agama Islam belum dibuat oleh Pemerintah Aceh. Pelanggaran ibadah dalam Qanun ini adalah shalat Jumat dan shalat fardhu, puasa di bulan Ramadhan, dan zakat. Bagi Muslim di Aceh yang tidak melaksanakan shalat Jumat tiga kali berturut-turut tanpa udhur syar‘i dihukum dengan ta‘zir berupa hukuman penjara paling lama 6 bulan atau dihukum cambuk di depan umum paling banyak 3 kali. Bukan hanya orang Muslim, perusahaan pengangkutan umum yang tidak memberi kesempatan dan fasilitas kepada pengguna jasa untuk melaksanakana shalat fardhu pun dipidana dengan hukuman ta‘zir berupa pencabutan izin usaha. 34 Selain itu, pelanggaran terhadap larangan makan dan minum di tempatdepan umum pada siang hari di bulan Ramadhan dipidana dengan hukuman ta‘zir berupa hukuman penjara paling lama 4 bulan atau hukuman cambuk di depan umum paling banyak 2 kali. 35 Qanun ini juga mengatur tentang larangan menyediakan fasilitaspeluang kepada orang Muslim yang tidak mempunyai „ udhur syar‘i untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan dan larangan makan dan minum di tempatdepan umum 31 Pasal 1 Qanun No. 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam 32 Pasal 5 Qanun No. 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam 33 Pasal 20 Qanun No. 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam 34 Pasal 21 Qanun No. 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam 35 Pasal 22 juga menyebutkkan larangan menyediakan fasilitaspeluang kepada orang Muslim yang tidak mempunyai ‘udhur syar‘i untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan dan larangan makan dan minum di tempatdepan umum pada siang hari di bulan Ramadhan pada siang hari di bulan Ramadhan. 36 Sanksi hukuman bagi yang orangbadan usaha yang menyediakan fasilitaspeluang kepada orang Muslim yang tidak mempunyai ‘udhur syar‘i untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan dipidana dengan hukuman ta‘zir berupa hukuman penjara paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00 atau hukuman cambuk di depan umum paling banyak 6 kali dan dicabut izinnya. Dalam aspek ibadah, Pemerintah Aceh juga telah mengeluarkan kriminalisasi Muslim yang melakukan pelanggaran zakat tidak membayar zakat atau membayar zakat tidak sesuai ketentuan yang benar. Pasal 38 Qanun No. 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Zakat menghukum Muslim yang tidak membayar zakat atau membayar zakat tidak sesuai ketentuan yang benar dengan hukuman berupa denda paling banyak 2 kali nilai zakat yang wajib dibayarkan, paling sedikit satu kali nilai zakat yang wajib dibayarkan dan juga membayar seluruh biaya sehubungan dengan dilakukan audit khusus. Qanun ini juga mengatur bahwa bagi Muslim yang tidak menunaikan zakat melalui Badan Baitul Mal pun dikenakan hukuman, yaitu ta‘zir berupa denda paling sedikit 1 kali nilai zakat yang wajib dibayarkan, paling banyak 2 kali nilai zakat yang wajib dibayarkan atau kewajiban membayar seluruh biaya yang diperlukan sehubungan dengan audit khusus. 37 Kriminalisasi juga diberlakukan kepada seseorang yang membuat surat palsu atau memalsukan surat Baitul Mal yang dapat mengakibatkan gugurnya kewajiban membayar zakat. Hukuman ta‘zir diberikan karena pemalsuan surat dengan denda paling banyak Rp 3.000.000,00 paling sedikit Rp 1.000.000,00 atau hukuman kurungan paling lama 3 bulan atau paling sedikit 1 bulan. 38 Diatur pula ketentuan bagi seseorang yang melakukan, turut melakukan atau membantu melakukan penggelapan zakat atau harta agama lainnya yang seharusnya diserahkan ke Baitul Mal. Hukuman ta‘zir diberikan karena penggelapan dengan hukuman cambuk paling sedikit 1 kali, paling banyak 3 kali dan denda paling sedikit 1 kali, paling banyak 2 kali dari nilai zakat, wakaf, atau harta agama lainnya yang digelapkan. 39 Qanun juga mengatur Baitul Mal yang tidak menyalurkan zakat fitrah, zakat mal, wakaf, kepada mustahiq sesuai dengan ketentuan syariah. Dalam perbuatan seperti ini dikenakan hukuman ta’zir karena 36 Pasal 10 Qanun No. 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam 37 Pasal 50 Qanun No. 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal 38 Pasal 51 Qanun No. 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal 39 Pasal 52 Qanun No. 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal