Enakmen ini berlaku bagi perempuan yang melahirkan anak setelah enam bulan pernikahan.
58
Para ulama fikih berbeda pendapat tentang perempuan hamil yang tidak mempunyai suami. Mazhab Hanafi berpendapat jika seorang
perempuan merdeka hamil dan tidak mempunyai suami, atau perempuan budak yang tidak mempunyai suami dan tuan, maka perempuan tersebut
ditanya terlebih dahulu. Jika perempuan itu menjawab bahwa dia dipaksa berzina atau
wathi’ shubhat, dan diterima penjelasannya, maka dia tidak dikenakan hukum
h}udud.
Madzab Syafi‟i berpendapat perempuan tersebut tidak dikenakan hukum
h}udud,
meskipun tidak ada bukti dia dipaksa atau bersuami karena hukuman
h}udud
diberlakukan selama ada saksi atau pengakuan. Hukuman
h}udud
gugur karena disebabkan shubhat. Mazhab Maliki berpendapat perempuan tersebut dihukum
h}udud
sampai dia menunjukkan bahwa dia dipaksa atau telah bersuami atau bukti lain yang
dapat dipercaya karena hukuman
h}udud
dijatuhkan karena ada tanda kehamilan.
59
Berdasarkan pada pendapat para imam mazhab di atas, maka Draft Enakmen mengikuti pendapat mazhab Maliki.
Seorang suami yang melacurkan isterinya atau membiarkan isterinya melacurkan dirinya dikenakan hukuman denda tidak melebih RM
3.000,00 atau penjara maksimal 2 tahun atau kedua-duanya. Seorang ibu atau bapak atau wali yang melacurkan anaknya atau anak-anak yang di
bawah jagaannya atau membenarkan anaknya atau anak-anak yang di bawah penjagaannya itu melacur dikenakan hukuman denda maksimal RM
3.000,00 atau penjara maksimal 2 tahun atau kedua-duanya.
60
Adapun pelacuran dikenakan hukuman denda maksimal RM 4.000,00 atau penjara maksimal 2 tahun atau kedua-duanya.
61
Seseorang yang menjadi mucikari dalam Enakmen ini dikenakan denda maksimal RM
1.000,00 atau penjara maksimal 6 bulan atau kedua-duanya.
62
Pelacuran dan mucikari tidak ditemukan dalam pendapat imam mazhab. Pelacuran
dan mucikari masuk dalam kategori
ta‘zir
yang menjadi kewenangan penguasa untuk menentukan hukumannya.
Persetubuhan dalam satu garis darah incest juga dilarang dalam Enakmen ini. Hukumannya adalah denda maksimal RM 3.000,00 atau
penjara maksimal 2 tahun atau kedua-duanya dan Mahkamah dapat memerintahkan supaya mereka tidak tinggal bersama-sama.
63
Hukuman ini
58
Pasal 16 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985
59
‘Abd al-Rahman al-Jaziri, ‚Kitab al- Fiqh…‛, 87.
60
Pasal 18 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985
61
Pasal 19 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985
62
Pasal 22 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985
63
Pasal 10 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985
berbeda dengan pendapat Imam Ahmad dan Ishaq yang menghukum persetubuhan dalam garis keturunan dengan hukuman mati jika yang
disetubuhi adalah isteri bapaknya.
64
4. Penghinaan kepada Aparat Negara
Pelanggaran kepada aparat negara tidak diatur di Aceh, tetapi di Kelantan diatur pelanggaran atas ketidaktaatan kepada aparat negara, yaitu
menghina pegawai Hal Ehwal Agama Islam, menghina undang-undang, dan ingkar perintah Mahkamah dan titah Sultan.
Dalam Enakmen ini diatur perbuatan mengingkari, melanggar, membantah atau menghina Qadhi atau Pegawai Hal Ehwal Agama Islam
Negeri atau Penyelia Agama sewaktu menjalankan tugasnya yang dikenakan hukuman denda maksimal RM 1.000,00 atau penjara maksimal
6 bulan atau kedua-duanya.
65
Perbuatan menghina Undang-undang dikenakan hukuman denda maksimal RM 1.000,00 atau penjara maksimal
6 bulan atau kedua-duanya.
66
Perbuatan mengingkari, melanggar, membantah, menghina atau enggan mematuhi perintah Mahkamah
dikenakan hukuman denda maksimal RM 1.000,00 atau penjara maksimal 6 bulan atau kedua-duanya.
67
Perbuatan tidak mematuhi perintah Sultan dikenakan hukuman denda maksimal dua ribu ringgit atau penjara
maksimal satu tahun atau kedua-duanya.
68
Berdasarkan pemaparan materi hukum jinayah, baik
h}udud
dan
ta‘zir,
maka pemberlakuan hukum jinayah di Aceh pada dasarnya sangat terbatas karena hanya memuat hukum
h}udud
dan
ta‘zir. Qis}as}
dan diyat yang menjadi bagian penting dalam hukum jinayah tidak diberlakukan.
H}udud
yang diatur hanya khamar yang tertuang dalam Qanun No. 12 Tahun 2003 Tentang Khamar, sedangkan
ta‘zir
diatur dalam Qanun No. 11 tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah,
Ibadah, dan Syiar Islam, Qanun No. 12 Tahun 2003 tentang Khamar, Qanun No. 13 Tahun 2003 tentang Maisir, Qanun No. 14 Tahun 2003
Tentang Khalwat, Qanun No. 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Zakat, dan Qanun No. 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal.
Kondisi yang berbeda terjadi di Kelantan. Pemerintah Kelantan telah menetapkan beberapa peraturan yang terkait dengan pelaksanaan
hukum jinayah setelah diundangkan Enakmen Kanun Jenayah Syariah 1985. Hukum jinayah yang diberlakukan di Kelantan adalah
h}udud
dan
64
‘Abd al-Rahman al-Jaziri, ‚Kitab al- Fiqh…‛, 90.
65
Pasal 27 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985
66
Pasal 28 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985
67
Pasal 31 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985
68
Pasal 32 Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985
ta‘zir. H}udud
yang diberlakukan di Kelantan terbatas pada perbuatan zina dan khamar. Selebihnya yang diatur dalam Enakmen Kanun Jenayah
Syariah 1985 adalah
ta‘zir,
seperti perbuatan tidak sopan, perkataan tidak sopan, penampilan banci, menghasut perempuan bersuami atau lelaki
beristeri supaya
bercerai atau
mengingkari kewajiban
dan tanggungjawabnya, khalwat, bersetubuh dalam hubungan darah,
percobaan zina, subhat dalam melakukan zina,
liwat}, musah}aqah
, hamil di luar nikah, melarikan isteri orang atau anak, melacurkan diri, melarikan
perempuan, menjual atau memberi anak, menjadi mucikari, menggalakkan maksiat, takfir, makan di bulan Ramadhan, mengina pegawai hal ehwal
Agama Islam, menghina undang-undang, ingkar perintah Mahkamah, perintah Sultan, pembelaan pegawai masjid dan lain-lain. Hukuman
minum khamar dan zina di atas tidak sesuai dengan syariat Islam yang menetapkan hukuman rajam bagi zina
muh}s}an
dan cambuk 100 kali bagi zina
ghiaru muh}s}an
, serta 40 kali cambuk bagi pelaku minum khamar.
C. Materi Perluasan Pemberlakuan
H}udud
dan
Qis}as}
di Aceh dan Kelantan
Materi yang diatur dalam Draft Qanun Jinayah Aceh 2009 versi hasil Sidang DPRD Aceh 2009 dan Draft Enakmen Kanun Jenayah
Syariah II Tahun 1993 Negeri Kelantan hasil Sidang DUN Kelantan 1993 berbeda dengan materi hukum jinayah yang telah diberlakukan. Di
peraturan sebelumnya,
h}udud
di Aceh hanya diatur dalam Qanun No. 12 Tahun 2003 Tentang Khamar, sedangkan
ta‘zir
diatur dalam Qanun No. 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah,
Ibadah, dan Syiar Islam, Qanun No. 12 Tahun 2003 Tentang Khamar, Qanun No. 13 Tahun 2003 Tentang Maisir, Qanun No. 14 Tahun 2003
Tentang Khalwat, Qanun No. 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat, dan Qanun No. 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal. Dalam Draft Draft
Qanun Jinayah Aceh 2009, pemberlakuan hukum jinayah sudah lebih luas, yang mencakup sebagian
h}udud
dan
ta’zir.
Adapun aturan yang diajukan di Kelantan lebih lengkap dengan memasukkan
h}udud
,
qis}as},
dan
ta‘zir
sekaligus.
H}udud
yang diberlakukan dalam Enakmen Kanun Jenayah Syariah 1985 Kelantan, adalah khamar dan zina. Dalam Draft Enakmen Kanun
Jenayah Syariah II 1993 Kelantan, hukum jinayah yang terdiri dari
h}udud, qis}as},
dan
ta‘zir
telah diatur. Begitu pula, jika sebelumnya pelanggaran jinayah dalam Enakmen Kanun Jenayah Syariah Kelantan 1985 dikenakan
hukuman yang tidak sesuai dengan hukum syariat, maka dalam Draft
Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993 Kelantan, telah disesuaikan dengan hukum syariat.
Hukum jinayah yang dimuat dalam Draft Qanun Jinayah Aceh 2009 adalah hukum yang mengatur tentang
h}udud
dan
ta‘zir. H}udud
dan
ta’zir
yang diatur dalam Draft Qanun ini adalahkhamr, maisir, khalwat, ikhtilat},
zina
, pelecehan seksual, pemerkosaan,
qadhaf, liwat},
dan
musah}aqah
. Draft Qanun ini merupakan perluasan dari qanun-qanun yang telah ada di Aceh, meskipun aspek
qis}as}
dan diyat tidak dimasukkan dalam Draft Qanun ini.Tujuh hukum yang baru masuk dalam Draft Qanun
Jinayah ini terdiri dari
h}udud
qadhaf dan zina dan
ta’zir ikhtilat
}, pelecehan seksual, pemerkosaan,
liwat},
dan
musah}aqah.
Terobosan hukum yang dibuat dalam Draft Qanun Jinayah terletak pada larangan
pelecehan seksual dan pemerkosaan di mana aturan ini telah masuk dalam KUHP. Meskipun khamar, maisir, dan khalwat telah diatur dalam qanun
sebelumnya, tetapi dalam Draft Qanun Jinayah ini diperdalam aturan hukumnya.
Subjek hukum dari Draft Qanun Jinayah ada tiga, yaitu: 1 orang yang beragama Islam melakukan jarimah di Aceh; 2 orang yang bukan
beragama Islam melakukan jarimah di Aceh bersama-sama dengan orang Islam serta memilih dan menundukkan diri secara sukarela pada hukum
jinayat; dan 3 orang yang beragama bukan Islam melakukan jarimah di Aceh yang tidak diatur dalam KUHP atau ketentuan pidana diluar KUHP
tetapi diatur dalam qanun ini.
69
Adapun Draft Enakmen Kanun Jenayah Syaraih II Hudud 1993 Negeri Kelantan memuat
h}udud
, dan
qis}as
sebagai bagian utama dalam hukum jinayah.
Ta’zir
yang diatur dalam Enakmen ini hanya disinggung sebagai ganti dari hukuman
h}udud
karena tidak cukup bukti. Enakmen juga mengatur tentang tata cara pelaksanaan hukuman dan lembaga
Mahkamah Syariah yang bertugas memeriksa dan memutus pelanggaran pidana.
Tindak pidana
h}udud, ta‘zir,
dan
qis}as}
yang diatur dalam Draft Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan diberlakukan
kepada Muslim yang mukalaf. Artinya, Draft Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan hanya berlaku untuk masyarakat
69
Pasal 4 Draft Qanun Jinayah Aceh 2009
Kelantan yang beragama Islam. Bagi non-Muslim diberikan pilihan; apakah akan menggunakan Enakmen ini atau tidak.
70
Hukum
h}udud
yang diatur dalam Draft Qanun Jinayah Aceh 2009 baru sebatas khamar, zina, dan qadhaf. Khamar sebenarnya telah diatur
dalam qanun sebelumnya, sedangkan zina dan qadhaf merupakan hukum
h}udud
yang baru dirumuskan dalam Draft Qanun ini. Perluasan hukum
h}udud
ini merupakan upaya untuk melengkapi dari tujuh hukum
h}udud
yang telah diatur dalam syariat Islam. Di Kelantan,
h}udud
yang diatur adalah sariqah mencuri,
h}irabah
merompak, zina melakukan persetubuhan haram, qadhaf, shurb meminum arak atau minuman yang
memabukkan, dan
irtidad
atau riddah keluar dari agama Islam.
71
H}udud
yang diberlakukan di Kelantan lebih banyak daripada di Aceh. Dengan demikian, persamaan antara Aceh dan Kelantan adalah aturan tentang
khamar, zina, dan qadhaf. Perbedaannya, di Aceh tidak diatur sariqah,
h}irabah
, dan
irtidad,
sedangkan di Kelantan telah diatur sariqah
, h}irabah
, dan
irtidad.
Matrik 10. Perbandingan Hukum
H}udud
di Aceh dan Kelantan
Perbandingan Rancangan H}udud di
Aceh Rancangan
H}udud di Kelantan
Persamaan khamar, zina, dan qadhaf
khamar, zina, dan qadhaf Perbedaan
tidak diatur sariqah, h}irabah, dan irtidad
sariqah, h}irabah, dan irtidad Sumber: Draft Qanun Jinayah Aceh 2009 versi hasil Sidang DPRD Aceh 2009 dan Draft Enakmen
Kanun Jenayah Syariah II Tahun 1993 Negeri Kelantan versi hasil Sidang DUN Kelantan 1993
Khamar dalam Draft Qanun Jinayah Aceh 2009 didefinisikan sebagai minuman yang mengandung alkohol danatau yang dapat
memabukkan.
72
Ancaman hukumannya adalah hukuman
h}udud
40 kali cambuk dan juga dapat dikenakan hukuman
ta’zir
cambuk paling banyak 40 kali atau penjara paling lama 40 bulan.
73
Hukuman ini masih konsisten mengambil pendapat dari mazhab
Syafi‟i yang menyatakan hukuman bagi
70
Pasal 56 ayat1-2 Draft Enakmen Kanun Jenayah Syariah II Hudud 1993 Negeri Kelantan.
71
Pasal 4 Draft Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan.
72
Pasal 1 Ayat 14 Draft Qanun Jinayah Aceh 2009
73
Pasal 13 Draft Qanun Jinayah Aceh 2009