lxvii
E. Operasional Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja harga saham individu dari industri rokok pada perusahaan sektor barang konsumsi
yang tercacat di Bursa Efek Jakarta yang kesemuanya berjumlah empat perusahaan yang diperoleh dari Statistik Bursa Efek di Bursa Efek Jakarta.
Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini sebagai faktor-faktor eksposur ekonomi yang berdamapak pada harga saham
individu perusahaan adalah: 1. Prosentase perubahan kurs
Dalam penelitian ini variabel kurs yang digunakan adalah kurs tengah Rupiah terhadap US Dollar.
2.. Prosentase perubahan Indeks Harga Saham Gabungan Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan ditambahkan sebagai
independen variabel dan juga berfungsi sebagai explanatory variable untuk mengatasi adanya stock split, bonus shares ataupun stock
devidend .
3. Inflasi Inflasi yang diperoleh dari penghitungan Indeks Harga Konsumen
indeks umum yang merupakan gabungan 43 kota di Indonesia per bulan dengan menghitung prosentase perubahan Indeks Harga
Konsumen. Inflasi di ukur dari laju perubahan Indeks Harga Konsumen IHK dimana Laju Inflasi = IHK
t
- IHK
t – 1
IHK
t -
lxviii
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan-perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah perusahaan-perusahaan Go Public pada sektor barang konsumsi yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia yang terkena foreign exchange exposure secara langsung, karena perusahaan mengekspor produknya ataupun
melakukan pinjaman dengan valuta asing. Dalam penelitian ini ada kurang lebih empat perusahaan yang menjadi
objek penelitian dari periode Januari 2002 sampai dengan 2006, di lapangan peneliti tidak menemukan kemunculan perusahaan baru
Banyak faktor yang mempengaruhi economic exposure pada tahun periode 2002 - 2006. faktor tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan
atau dari luar perusahaan. Faktor yang berasal dari luar perusahaan muncul akibat perubahan kurs Rupaih terhadap US Dollar, perubahan IHSG serta
perubahan inflasi yang disebabkan perubahan Indeks Harga Konsumennya.
1. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG di Bursa Efek Jakarta BEJ
Sepanjang periode Januari 2002 hingga Desember 2006 Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ menunjukan tren peningkatan yang
lxix cukup pesat. Selengkapnya data Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1. Data IHSG Periode Januari 2002 sampai dengan Desember 2006
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari rata-rata sebesar 452.23 pada periode tahun 2002 menjadi 1805.52 pada periode
bulan Desember tahun 2006. peningkatan ini mencapai lebih dari empat kali lipat perubahan IHSG terlampir
2. Perkembangan Kurs Selama periode januari 2002 sampai dengan Desember 2006, kurs
Rupiah terhadap Dollar selalu berfluktuatif. Untuk lebih lengkapnya data kurs selama periode tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Bulan 2002
2003 2004
2005 2006
Januari 392.03
388.44 752.93
1054.44 1229.7
Februari 453.25
399.22 761.08
1073.83 1216.14
Maret 481.86
398 735.67
1080.17 1322.97
April 544.85
435.04 783.41
1080.17 1464.4
Mei 530.79
494.78 733.99
1088.17 1330
Juni 505.01
497.81 732.4
1122.37 1310.26
Juli 463.67
508.7 756.98
1182.3 1351.65
Agustus 456.4
530.86 746.76
1050.09 1444.49
September412.43 599.84
819.82 1079.27
1534.62 Oktober
371.14 629.05
860.35 1058.26
1582.62 November 390.42
617.08 977.77
1017.73 1718.96
Desember 424.94 679.3
1000.23 1162.63
1805.52
Tahun
lxx Tabel 4.2: Data Kurs Tengah Rupiah US Dollar Per bulan Periode
Januari 2002 – Desember 2006.
Sumber: Statistik Ekonomi Moneter Bank Indonesia; data diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat pergerakan Rupiah terus mengalami penguatan dengan volatilitas yang terjadi sejak tahun 2002 dan ternyata
terus berlanjut hingga tahun 2003. Pada bulan Mei tahun 2004 Rupiah kembali melemah hingga menembus level Rp 9.000,- an yaitu mencapai
Rp 9.210,- dan pada triwulan keempat pada tahun 2005 kurs Rupiah terdepresiasi hingga mencapai level Rp 10.000,- . Memasuki awal tahun
2006, kurs Rupiah kembali menguat hingga mencapai level Rp 9.000,- an per US Dollar dan terus stabil. Apresiasi tersebut menjadikan
Rupiah sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di kawasan Asia Pasifik. Perubahan kurs Rupiah terhadap US Dollar terlampir.
Bulan 2002
2003 2004
2005 2006
Januari 10320
8876 8441
9165 9395
Februari 10189
8905 8447
9260 9230
Maret 9655
8908 8587
9480 9075
April 9376
8675 8661
9570 8775
Mei 8785
8279 9210
9495 9220
Juni 8730
8285 9415
9713 9300
Juli 9108
8505 9168
9819 9070
Agustus 8867
8535 9328
10240 9100
September 9015
8389 9170
10310 9235
Oktober 9233
8495 9090
10090 9110
November 8976
8537 9018
10035 9165
Desember 8940
8465 9290
9830 9020
Tahun
lxxi 3. Perkembangan Inflasi
Perkembangan inflasi sepanjang tahun 2002 sampai dengan Desember 2006 selalu berfluktuatif. Hal ini dapat di lihat pada tabel 4.3.
data inflasi selama periode Januari 2002 sampai dengan Desember 2006 berikut.
Tabel 4.3. Data Inflasi Bulan
2002 2003
2004 2005
2006 Januari
1.99 0.89
0.56 1.43
1.36 Februari
1.2 0.19
-0.02 -0.17
0.58 Maret
0.29 -0.12
0.36 1.91
0.03 April
-0.21 0.21
0.97 0.34
0.05 Mei
0.79 0.36
0.88 0.21
0.37 Juni
0.3 0.14
0.48 0.5
0.45 Juli
0.71 0.04
0.39 0.78
0.45 Agustus
0.36 0.58
0.09 0.55
0.33 September
0.56 0.39
0.02 0.69
0.38 Oktober
0.48 0.62
0.56 0.87
0.63 November
1.84 0.93
0.89 1.31
0.94 Desember
1.18 0.83
1.04 -0.04
0.84 Tahun
Sumber : Bank Indonesia dan BPS Indonesia
Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata tingkat inflasi bulanan pada tahun 2002 sebesar 0.798 dan terus meningkat
sepanjang tahun 2005 hingga mencapai level 1.35, pada awal tahun 2006 inflasi masih tinggi kemudian menunjukan kecenderungan
menurn pada akhir tahun 2006.
lxxii 4. Harga Saham Individu
Dalam periode dari Januari 2002 sampai dengan Desember 2006, penulis telah mendapatkan data-data tersebut yang mana digunakan
untuk melihat eksposur ekonomi pada perusahaan tersebut. Harga Saham Individu atau biasa disingkat dengan HSI terlampir
B. Penemuan dan Pembahasan