I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut : “bagaimana Program Seminar
Wirausaha Mandiri Sebagai Bentuk Corporate Social Responsibility CSR PT. Bank Mandiri, Tbk Menumbuhkan Minat Berwirausaha Di Kalangan Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara”
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga menghasilkan uraian yang sistematis, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti.
Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah
yang akan diteliti adalah: a. Penelitian terbatas pada Seminar Wirausaha Mandiri, Program Corporate
Social Responsibility CSR PT. Bank Mandiri, Tbk b. Minat berwirausaha di kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang
telah mengikuti Seminar Wirausaha Mandiri.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui efektifitas Seminar Wirausaha Mandiri, Program
Corporate Social Responsibility CSR PT. Bank Mandiri, Tbk. b. Ingin mengetahui bagaimana tanggapan, dan minat berwirausaha dikalangan
Universitas Sumatera Utara
Mahasiswa Universitas Sumatera Utara setelah mengikuti program Seminar Wirausaha Mandiri dari PT. Bank Mandiri, Tbk.
I.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah : a. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan peneliti mengenai Ilmu Komunikasi khususnya tentang Corporate Social Resposiblity CSR sebagai bagian dari Ilmu Komunikasi.
b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya mengenai
Corporate Social Responsibility CSR dan juga diharapkan dapat memeberikan sumbangan pemikiran bagi pembacanya.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusimasukan yang positif bagi perusahaan yang menjalankan program
Corporate Social Responsibility CSR.
I.5. Kerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai pedoman dasar berpikir dan berfungsi untuk mendukung
kegiatan analisa variable-variabel yang diteliti. Hal itu sangat berkaitan dengan pengertian teori yaitu serangkaian asumsi, konsep, kontrak, definisi, dan proposi
untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep Singarimbun, 1995:57.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kerlinger menyatakan teori merupakan himpunan konstuk konsep, definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis
tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2004 : 6. Dengan adanya kerangka
teori peneliti akan memiliki landasan dalam menemukan tujuan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini
adalah Teori Laswell, Public Relations, dan Corporate Social Responsibility CSR.
I.5.1. Teori Laswell
Salah satu tokoh penting dalam sejarah awal ilmu komunikasi di Amerika adalah Harold Lasswell. Diktum Lasswell akan selalu diingat oleh
mereka yang pernah sedikit belajar ilmu politik atau ilmu komunikasi – karena sesungguhnya Harold Lasswell adalah ilmuwan politik-; “Who says what, to
whom, to which channel and with what effect”. Inilah diktum yang akan selalu diingat sebagai suatu model teori komunikasi yang linier, yang ia temukan dari
hasil pengamatan dan praktek yang ia lakukan sepanjang masa perang dunia pertama dan kedua.
Pada tahun 1926, Harold Lasswell menulis disertasinya yang berjudul “Propaganda Technique in the World War” yang menyebutkan sejumlah program
propaganda yang bervariasi mulai dari konsep sebagai strategi komunikasi politik, psikologi audiens, dan manipulasi symbol yang diambil dari teknis propaganda
yang dilakukan oleh Jerman, Inggris, Perancis dan Amerika.
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya kata propaganda sendiri merupakan istilah yang netral. Kata yang berasal dari bahasa Latin “to sow” yang secara etimologi berarti:
“menyebarluaskan atau mengusulkan suatu ide” to disseminate or propagate an idea. Namun dalam perkembangannya kata ini berubah dan mengandung
konotasi negatif yaitu pesan propaganda dianggap tidak jujur, manipulatif, dan juga mencuci otak . Pada perkembangan awal ilmu komunikasi, propaganda
menjadi topik yang paling penting dibahas pada masa itu, namun anehnya setelah tahun 1940-an, analisis propaganda ini menghilang dari khasanah ilmu-ilmu
social di Amerika. Sebagai penggantinya muncullah istilah seperti komunikasi massa mass communication atau penelitian komunikasi communication
research, menggantikan istilah propaganda atau opini publik untuk menjelaskan pekerjaan peneliti komunikasi.
Lasswell sendiri memberikan definisi atas propaganda sebagai “manajemen dari tingkah laku kolektif dengan cara memanipulasi sejumlah
simbol signifikan”. Untuknya definisi ini tidak mengandung nilai baik atau buruk, dan penilaiannya sangat bergantung pada sudut pandang orang yang
menggunakannya. Sementara itu ahli lain Petty Cacioppo 1981 menyebut propaganda sebagai usaha “untuk mengubah pandangan orang lain sesuai yang
diinginkan seseorang atau juga dengan merusak pandangan yang bertentangan dengannya”. Dalam pengertian ilmu komunikasi, baik propaganda maupun
persuasi adalah kegiatan komunikasi yang memiliki tujuan tertentu intentional communication, dimana si sumber menghendaki ada perilaku yang berubah dari
orang lain untuk kepentingan si sumber, tapi belum tentu menguntungkan kepada orang yang dipengaruhi tersebut. Jadi propaganda lebih menunjuk pada kegiatan
Universitas Sumatera Utara
komunikasi yang satu arah, sementara persuasi lebih merupakan kegiatan komunikasi interpersonal antar individu, dan untuk itu mengandalkan adanya
tatap muka berhadap-hadapan secara langsung. Dengan demikian sebenarnya
propaganda adalah persuasi yang dilakukan secara massal. Lasswell juga terlibat dalam proyek perang dunia II dengan melakukan
analisa isi terhadap pesan-pesan propaganda yang dilakukan oleh pihak sekutu. Dengan analisa tersebut Lasswell bermaksud hendak meningkatkan kemampuan
dan metodologi propaganda yang dilakukan pada masa itu. Dengan kata lain, Lasswell tak cuma menganalisa propaganda tapi ia juga menciptakan propaganda
lain, menghasilkan para murid yang ahli propaganda untuk membantu pemerintah Amerika dalam mengembangkan propaganda dan program intelijen dari
pemerintah. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan
secara efektif, maka kita dapat mengutip model komunikasi dari Harold Lasswell dalam karyanya The Structure And Function Of Communication In Society
menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa. Berdasarkan paradigma Laswell di atas, maka komunikasi berarti
proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada seorang komunikan melaui media komunikasi tertentu untuk menghasilkan efek tertentu. Dewasa ini
sangat beragam jenis media komunikasi yang beredar di masyarakat, yang dapat dipergunakan dalam kegiatan berkomunikasi.
Universitas Sumatera Utara
I.5.2. Public Relations
Istilah Public Relations pertama kali dikenalkan oleh Ivy Ledbetter Lee pada tahun 1906, dan Lee disebut sebagai bapak PR sedunia. Public Relations
atau yang biasa disebut dengan Hubungan Masyarakat HUMAS merupakan sebagai alat perantara anatara pimpinan organisasi dengan publiknya, baik dalam
upaya membina hubungan masyarakat internal maupun eksternal. Sebagai publik, mereka berhak mengetahui rencana kebijaksanaan, aktivitas, program kerja dan
rencana-rencana usaha suatu organisasiperusahaan berdasarkan keadaan, harapan-harapan, keinginan-keinginan publik sebagai sasarannya Ruslan,
2002:16. Edward L. Bernays mendefinisikan public relations merupakan sebuah
profesi yang berkenaan dengan relasi-relasi sebuah unit dengan publik atau publik-publiknya yang merupakan relasi yang menjadi dasar berlangsungnya
kehidupan Iriantara 2004 : 43. Tujuan aktivitas Public Relation yang dijalankan organisasi adalah membangun pemahaman public terhadap organisasi sehingga
dapat terbangun hubungan yang baik antara organisasi dengan publiknya dan terpelihara pulalah citra organisasi tersebut.
Onong Uchjana Effendy 2003 : 132 mengemukakan ciri-ciri Public Relations sebagai berikut :
- Komunikasi yang dilancarkan berlangsung dua arah secara timbal balik. - Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyebaran informasi, penggiatan
persuasi, dan pengkajian pendapat umum. - Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan perusahaan.
- Sasaran yang hendak dituju adalah khalayak didalam dan diluar perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
- Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara perusahaan dan khalayak
Berdasarkan ciri-ciri public relations tersebut jelas bahwa public relations mendukung tercapainya tujuan perusahaan yang melibatkan seluruh komponen
perusahaan yang bersangkutan baik ke dalam maupun keluar.
I.5.3 . Corporate Social Responsibility CSR
Istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an dan populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With FORKS : The Tripple Bottom Line in 21th
Century Business 1988 karya John Elkington menegembangkan 3 komponen penting suistainable development, yakni economic growth, environmental
protection dan social equity, yang digagas “The World Commision On Environmental and Development WCED” dalam “Brundtland Report” 1987,
Elkingston mengemas CSR dalam 3 tiga fokus yakni 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya mengejar keuntungan
ekonomi belaka profit melainkan pula memiliki kepedulian terhadap ketertarikan lingkungan planet dan kesejahteraan masyarakat people.
Secara umum Corporate Social Responsibility CSR merupakan peningkatan kualitas kehidupan kemampuan manusia sebagai individu anggota
masyarakat untuk menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat dinikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup atau dengan kata lain
merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas atau citra yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu definisi CSR Asia berbunyi “Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan
prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan serasa menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders” Ruslan : 1999. Chambei et.al mendefinisikan
CSR sebagai “melakukan tindakan sosial termasuk lingkungan hidup lebih dari batas-batas yang dituntut peraturan perundang-undangan”. Yang sering dipakai
adalah definisi World Business Council For Sustanable Development, yang menyatakan bahwa CSR adalah komitmen berkelanjutan dari bisnis untuk
berperilaku etis dan berkontribusi bagi pembangunan ekonomi, sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawannya beserta keluarga, serta masyarakat
lokal ataupun masyarakat luas Teguh : Majalah SWA edisi 19 : 12. Kegiatan CSR yang dikelola Bank Mandiri semuanya dilakukan demi kesejahteraan
masyarakat disekitar perusahaan dan demi dampak jangka panjang yaitu terbentuknya citra positif perusahaan di mata masyarakat.
I.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan
kerangka konsep akan menuntun peneliti dalam merumuskan hipotesis Nawawi, 1995 : 40.
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan
diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat ditliti secara empiris, maka harus
Universitas Sumatera Utara
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Varaiabel Bebas
Variabel bebas independent variabel adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala
atau faktor atau unsur lain Nawawi, 1995 : 56.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dependent variabel adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya
variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain Nawawi, 1995 : 37.
I.7. Model Teoritis