PENGERTIAN JIWA NAFS Ruh dalam al-qur'an analisis penafsiran prof. DR. M. Quraish Shihab atas surat al-isra' ayat 85

terdiri dari mulut, kedua mata, dan dua bibir yang bertashbih kepada Allah swt sampai hari kiamat. 49 Imam Alusi berpendapat bahwa r ǔh hakikat sederhana yang non materi, yang ada dengan perintah Allah SWT dan kehendak-Nya serta penciptaan-Nya dimana Dia menjadikannya hidup dalam jasad. Tidak ada keharusan untuk di singkap hakikat-hakikatnya yang khusus karena banyak dari benda hakikatnya misterius. Karena itu, perihal keadaannya yang misterius tidak harus kemudian ia mesti dinafikan. Ini tersirat dalam firma-Nya, “Dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. 50 Sedangkan Al- Răzĭ mengatakan, ada seseorang bertanya, apakah r ǔh itu? Apakah ia merupakan benda-benda yang berada di dalam tubuh manusia yang berasal dari percampuran dari berbagai unsur atau karakter, ataukah ia merupakah campuran itu sendiri? Ataukah ia merupakan suatu wujud yang mengubah tubuh atau mempengaruhinya? Allah SWT menjawab: Bahwa r ǔh adalah suatu wujud yang dapat mengubah tubuh-tubuh ini. Yang demikian itu karena tubuh-tubuh ini terjadi dari berbagai percampuran dan unsur, adapun r ǔh tidak demikian. Rûh adalah esensi yang sederhana yang independen, dimana ia tidak akan terwujud kecuali dengan adanya firman-Nya, “ Jadilah Maka jadilah ia”. Rûh adalah sesuatu wujud yang terjadi dengan perintah Allah dan 49 Syihab ad-Din Mahmud al-Alusi al-Baghdadiy, Ruh al-Ma’aniy Beirut : Dar al-Fikr , jilid. 15 h. 219. 50 Syihab ad-Din Mahmud al-Alusi al-Baghdadiy, Ruh al-Ma’aniy Beirut : Dar al-Fikr , jilid. 15 h. 223. penciptaan-Nya serta pengaruh-Nya dalam membuat kehidupan pada jasad ini. Dan tidak diharuskan ketidaktahuan tentang hakikatnya yang khusus mengakibatkan penafiannya karena banyak dari hakikat yang tidak diketahui oleh manusia. Inilah yang dimaksud dengan firman-Nya, “ Dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit.” 51 Dalam surat al-Isra’ ayat 85, yang menjadi sentral perdebatan ulama dengan pendapatnya yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan jibril, yang lain nabi Isa a.s, al-Qur’an, malaikat, dan ada juga rûh yang ada dalam tubuh manusia. Tentang pendapat ini al-Qurthubi berkata: “Yang jelas adalah samarnya makna ruh dalam ayat tersebut, dan ini menunjukkan bahwa penciptaan ruh merupakan perkara yang amat besar. Oleh Allah ruh sengaja disamarkan dan tidak diperjelas agar manusia diyakinkan akan ketidak mampuannya mengetahui hakikat dirinya sendiri, padahal ia mengetahui jika ruh ada dalam dirinya… 52 b. Apakah Rûh itu sifatnya Qadîm Ataukah Hadîts ? Imam Alusi memberikan jawaban : bahwa Rûh adalah sesuatu yang baru had ĭts yang terjadi dengan perbuatan Allah dan penciptaan-Nya. Dan firman-Nya, “Dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit.” Sebagai bukti atas kebaruannya. Yakni bahwa rûh dipermulaan penciptaan sunyi dari ilmu dan ma’rifah lalu ia memperolehnya. Kemudian ia mengalami 51 Fakhr Ad-Din al- Răzĭ, Mafatih al-Gaib Mesir : Maktabah al-Qur’an,tt, jilid. 21, h. 37-38. 52 Al-Qurthub ĭ, Al- Jămi’ liahkăm al-Qur’an Kairo: Dar al- Kătib al- Arăbiah li al- Tibăh wa al-Nasyr, 1967, Jilid. 9, h. 324. perubahan demi perubahan yang tentu ini merupakan tanda bahwa ia adalah sesuatu yang baru. 53 Al -Râzi pun membrikan jawaban yang sama, bahwa rûh adalah sesuatu yang baru hâdits , namun ia terjadi dengan perbuatan Allah dan penciptaan-Nya. Kemudian Al-Qur’an mempertegas kebaruan rûh dengan firman-Nya, “Dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit.” Yakni bahwa rûh pada permulaan fitrah menjadi sesuatu yang kosong dari ilmu dan ma’rifah sehingga menetaplah di dalam ilmu dan ma’rifah. Jadi rûh berubah ke wujud yang lain, suatu keadaaan ke keadaaan yang lain. Dan ia berganti dari kekurangan menuju kesempurnaan. Perubahan dan pergantian adalah karakter dari sesuatu yang baru. 54 Ibnu Qayyim dalam kitab-Nya al-Rûh mengatakan, masalah ini tak pernah dibicarakan seorang ulama pun, sehingga banyak golongan manusia yang tersesat. Namun Allah memberikan petunjuk kepada orang- orang yang mengikuti Rasul-Nya sehingga mendapat kebenaran yang nyata. Semua Rasul sepakat bahwa ruh itu adalah baru dan berupa makhluk sesuatu yang diciptakan, dibuat, diatur, dan dikuasai. Zaman sahabat, Tabi’in dan para pengikut mereka sudah berlalu, yang merupakan kurun waktu penuh keutamaan, tanpa ada perbedaan pendapat di antara mereka, bahwa rûh itu adalah baru hădits dan diciptakan, sampai kemudia muncul orang-orang yang pemahamannya tentang Al-Kitâb dan 53 Syihab ad-Din Mahmud al-Alusi al-Baghdadiy, Ruh al-Ma’aniy Beirut : Dar al-Fikr , jilid. 15 h. 223. 54 Fakhr Ad-Din ar-Razi, Mafatih al-Gaib Mesir : Maktabah al-Qur’an,tt, jilid. 21, h. 39. As -Sunnah sangat dangkal, sehingga mereka beranggapan bahwa r ǔh itu lama dan tidak diciptakan. Mereka berhujjah bahwa rûh itu termasuk urusan Allah, sementara urusan-Nya bukan termasuk makhluk. Disamping itu menurut mereka, Allah menggabungkan rûh itu kepada Adam, sebagaimana Dia menggabungkan ilmu, kekuasaan, pendengaran, penglihatan dan tangan- Nya kepada Adam. 55 c. Apa Perbedaan Rûh dan Jiwa? Para Ulama saling berbeda pendapat tentang masalah ini. Menurut Al-Ashfahani, rûh merupakan nama induk dari nafs jiwa. Artinya, nafs merupakan bagian dari rûh, atau nafs merupakan species dan rûh adalah genus. Didalam pengertian umum, kata rûh berarti unsur yang dengannya dapat terjadi hidup, gerak, usaha mencari yang baik dan menghindari bahaya. Muhammad Isma’îl Ibrâhîm didalam Mu’jâm juga menempatkan kata rûh sebagai kata turunan dari răha حار. Menurutnya, rûh adalah unsur yang menjadikan nafs jiwa dapat hidup. Artinya, ia merupakan salah satu kelengkapan makhluk berjiwa. Selain itu kata tersebut dapat berarti ‘wahyu’ dan ‘malaikat’. 56 Antara rûh dan jiwa terdapat keterkaitan yang erat. Kata jiwa dalam bahasa Arab terambil dari kata nafs ﺲﻔﻧ. Dan dari segi kebahasaan, Ibn al-Manz ǔr menyebutkan bahwa kata “al-rûh” حوﺮﻟا dan 55 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Ar-Ruh li Ibnil Qayyim Beirut : Dar al-Qalam, 1403, cet. 2, h. 249. 56 M. Quraish Shihab dkk., Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata Jakarta: Lentera Hati, 2007, h. 839-840.