Tahapan PCR PCR .1 Pengertian PCR

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi teknik utama dalam laboratorium biologi molekuler, antara lain untuk transkripsi in vitro dari PCR template, PCR rekombinan, DNAse I footprinting, sequencing dengan bantuan phage promoters, dan sebagainya Putra, 1999. Teknik ini memungkinkan adanya amplifikasi antara dua region DNA yang diketahui, hanya di dalam tabung reaksi, tanpa perlu memasukkannya ke dalam sel in vivo. Primer yang digunakan sebagai pembatas daerah yang diamplifikasi merupakan DNA untai tunggal yang urutannya komplemen dengan DNA template-nya. Amplifikasi ini dapat menghasilkan lebih dari satu kali DNA asli.

2.5.2 Tahapan PCR

Menurut Sambrook et al., 2001, tahapan yang terjadi dalam proses amplifikasi DNA pada PCR yaitu pemisahan denaturasi rantai DNA template, penempelan annealing pasangan primer pada DNA target dan pemanjangan extension primer atau reaksi polimerisasi yang dikatalisis oleh DNA polimerase. Gambar 2.12. Tahapan Proses PCR Sumber: www.bioserv.fiu.edu 1. Denaturasi DNA template Pada tahap ini, DNA untai ganda akan membuka menjadi dua untai tunggal. Hal ini disebabkan karena suhu denaturasi yang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tinggi menyebabkan putusnya ikatan hidrogen diantara basa-basa yang komplemen. Denaturasi biasanya dilakukan antara suhu 90- 95 o C selama 3 menit untuk meyakinkan bahwa molekul DNA target yang ingin dilipat gandakan jumlahnya benar-benar telah terdenaturasi menjadi untai tunggal. Untuk denaturasi berikutnya, waktu yang diperlukan hanya 30 detik pada suhu 95 o C atau 15 detik pada suhu 97 o C. Suhu denaturasi dipengaruhi oleh sekuen DNA target. Jika DNA target kaya akan G-C maka diperlukan suhu yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan ikatan hidrogen pada G-C lebih banyak dibandingkan ikatan A-T. Selain itu, suhu denaturasi juga tidak boleh terlalu tinggi dan waktu denaturasi yang terlalu lama, karena dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya aktivitas enzim Taq polymerase. 2. Penempelan Primer annealing Primer akan menuju daerah yang spesifik, dimana daerah tersebut memiliki komplemen dengan primernya. Pada proses annealing ini, ikatan hidrogen akan terbentuk. Selanjutnya, enzim Taq DNA polymerase akan berikatan sehingga ikatan hidrogen tersebut akan menjadi sangat kuat dan tidak akan putus kembali. Proses ini biasanya dilakukan pada suhu 50-60 o C. Spesifisitas PCR sangat tergantung pada suhu melting T m primer, yaitu suhu dimana separuh jumlah primer menempel pada template. Temperatur penempelan yang digunakan biasanya 5 o C di bawah Tm, dimana formula untuk menghitung Tm = 4 o C G+C + 2 o C A+T. Semakin panjang ukuran primer, semakin tinggi temperaturnya. 3. Reaksi polimerisasi extension Primer yang telah menempel tadi akan mengalami perpanjangan pada sisi 3 nya dengan penambahan dNTP yang komplemen dengan template oleh DNA polimerase. Umumnya reaksi polimerisasi extension atau perpanjangan rantai, terjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada suhu 72 o C karena merupakan suhu optimum Taq polymerase. Kecepatan penyusunan nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72 o C diperkirakan antara 35 sampai 100 nukleotida per detik, bergantung pada buffer, pH, konsentrasi garam, dan molekul DNA target. Dengan demikian, untuk produk PCR sepanjang 2000 pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk tahap pemanjangan primer ini. Ketiga tahapan tersebut terjadi dalam satu siklus. Produk DNA pada siklus amplifikasi pertama akan menjadi cetakan pada siklus berikutnya. Produk yang dihasilkan bersifat eksponensial 2 n , dengan n adalah jumlah siklus yang dilakukan Keller dan Manak, 1989. Ini mengakibatkan PCR sangat efektif karena dapat menghasilkan DNA dalam jumlah mikrogram dari jumlah DNA awal dalam pikogram Zyskind dan Bernstain, 1992. Gambar 2.13. Pelipatgandaan Molekul DNA Target Sumber: www.bioserv.fiu.edu 2.5.3 Komponen PCR Beberapa komponen penting yang dibutuhkan dalam PCR adalah DNA template, primer, enzim Taq DNA Polymerase, deoxyribonucleaside triphosphate dNTP’s, dan buffer PCR. DNA template merupakan DNA yang akan diamplifikasi, dapat berupa untai tunggal atau untai ganda. Primer yang digunakkan sebaiknya berukuran 20-26 pasang basa, dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta komposisi 50-60 C+G, sekuens DNA kedua primer tidak saling berkomplemen yang akan menyebabkan terjadinya penempelan antar primer primer-dimer, dan sekuens DNA dalam satu primer tidak saling berkomplemen yang akan mengakibatkan terbentuknya struktur sekunder dan mengurangi efisiensi PCR. Deoxyribonucleaside triphosphate dNTP’s merupakan bahan dasar pembentuk DNA yang terdiri dari dATP, dTTP, dGTP, dan dCTP. Taq DNA Polymerase berfungsi sebagai katalisator terjadinya pemanjangan primer. Buffer PCR yang biasanya terdiri atas bahan-bahan kimia untuk mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum dan menstabilkan enzim DNA polymerase. Ion Mg 2+ yang biasanya terdapat dalam buffer berfungsi sebagai kofaktor enzim. Keberadaan ion ini sangat penting karena ion Mg 2+ bebas akan mengikat DNA template, primer dan membentuk kompleks terlarut dengan dNTP untuk membuat subtrat yang akan dikenali oleh enzim Taq Polymerase Zyskind dan Bernstain, 1992.

2.6 Real-Time PCR

Dokumen yang terkait

Perbandingan Metode Kit Komersial dan SDS untuk Isolasi DNA Babi dan DNA Sapi dari Simulasi Cangkang Kapsul Keras untuk Deteksi Kehalalan Menggunakan Real-Time PCR (Polymerase Chain reaction)

2 12 82

Analisis Cemaran Daging Babi Pada Kornet Sapi di Wilayah Ciputat dengan Menggunakan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR)

3 16 72

Deteksi DNA Babi dan DNA Sapi dengan Menggunakan Metode Insulated Isothermal Polymerase Chain Reaction (ii-PCR)

1 9 66

Deteksi DNA Gelatin Sapi Dan Gelatin Babi Pada Simulasi Gummy Vitamin C Menggunakan Real -Time PCR Untuk Analisis Kehalalan

1 11 70

Analisis Cemaran Daging Babi pada Produk Bakso Sapi yang Beredar di Wilayah Ciputat Menggunakan Real- Time Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan Metode Hydrolysis Probe.

1 51 86

Perbandingan antara metode SYBR green dan metode hydrolysis probe dalam analisis DNA gelatin sapi dan DNA gelatin babi dengan menggunakan real time PCR

1 33 90

Amplifikasi DNA Leptospira dengan menggunakan metode Insulated Isothermal Polymerase Chain Reaction (ii-PCR)

2 24 64

Analisis Kandungan Gelatin Babi dan Gelatin Sapi pada Cangkang Kapsul Keras yang Mengandung Vitamin A Menggunakan Real-Time Polymerase Chain Reaction

0 13 80

Perbandingan metode KIT komersial dan SDS untuk isolasi DNA babi dan DNA sapi pada simulasi cangkang kapsul keras untuk deteksi kehalalan menggunakan real-time PCR (polymerase chain reaction)

0 12 82

Perbandingan Metode SYBR Green dan Hydrolysis Probe dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan Babi Menggunakan Real Time PCR

0 0 8