Laporan dan Penilaian Pelaksanaan GCG

assesment pelaksanaan GCG. 4. Berdasarkan hasil evaluasi, Bank Indonesia dapat meminta Bank Syariah Mandiri untuk melakukan perbaikan atas pelaksanaan GCG. HASIL WAWANCARA Nama : Bpk. Fadie Hamzah Jabatan : Officer Analisis, Implementasi, dan Pengukuran GCG BSM Tempat, HariTgl : Wisma Antara, Selasa 25 November 2014 Waktu : Pukul 10.10 WIB - Pertanyaan: apa saja tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris? Jawab: tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris seperti yang diamanatkan pada PBI GCG 1133 dia mengawasi bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dari direksi, dalam hal mengawasi mekanismenya dewan komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasannya di BSM jadi dibantu oleh 3 komite, ada komite audit, ada komite pemantau resiko, dan komite remunerasi dan nominasi. Mereka ini yang membantu dewan komisaris dalam melakukan pengawasan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya direksi. Nah, selain itu selain disupport oleh 3 komite tadi, dewan komisaris sendiri dia cukup konsen juga nih, melakukan fungsi pengawasannya melalui rapat-rapat langsung dengan komisaris, ada komdir, itu rutin dilaksanakannya setiap bulan itu pasti ada, itu fungsinya untuk meng follow up kerjanya dari si komite-komite ini, masukan dari komite di follow up di komisaris dan direksi itu dibahas disitu. Disitu ada fungsi pengawasannya. Jadi komisarisnya cukup konsen atas tugas dan tanggung jawabnya direksi. Jadi mekanisme melakukan pengawasannya komite-komite itu dan melalui rapat- rapat antara rapat pengawasan antara komisaris dan direksi. - Pertanyaan: Apa saja tugas dan tanggung jawab direksi? Jawab: tugas dan tanggung jawabnya direksi menjalankan visi dan misi dan menetapkan strategi bank, mau seperti apa strateginya. Di BSM dalam mencapai visinya dia. Kemudian evaluasi pencapaian-pencapaian targetnya. Terus ada aktifitas internal audit divisionnya. Terus kita juga punya transformation program...... minimalkan direksi itu harus dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya minimal dia harus punya 4 fungsi, yang pertama fungsi satuan kerja audit internal, itu tugasnya lebih kepada pengawasan dari internal, bagaimana dia bisa informasiin internalnya. Untuk itu terkait dengan fungsi satuan kerja audit internal ini direksi membentuk internal audit division yang bertugas untuk mengaudit BSM bagaimana pelaksanaannya, apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku apa gak. Fungsi yang kedua manajemen resiko. Nah direksi harus punya fungsi manajemen resiko. Kalo di BSM ini dipegang oleh yang namanya risk management division. Dia yang memegang yang fungsinya untuk melihat profil resikonya BSM ada dimana. Nah dia nih yang support datanya ke direksi terkait resikoyang dihadapi BSM pada di level apa resiko di BSM. Yang ketiga fungsi kepatuhan. Nah kepatuhan adanya disini di complience division. Fungsinya dia untuk menjaga BSM dari munculnya resiko kepatuhan. Resiko kepatuhan itu resiko yang muncul ketika BSM g sesuai dengan kegiatan operasionalnya, g sesuai dengan peraturan- peraturan yang berlaku, aturan-aturan dari legulator. Jadi ada 3 tadi itu kan, minimal direksi dalam melaksanakan tugas tanggung jawabnya ada 4 fungsi yang tadi saya bilang, yang pertama satuan kerja audit intern, yang kedua fungsi manajemen resiko, yang ketiga fungsi kepatuhan, dan yang terakhir corporate secretary yang terkait dengan hubungan dengan eksternal, terus juga dengan sosial juga, seperti itu. Jadi dia yang ngatur. - Pertanyaan: Bagaimana struktur dan keanggotaan komite? Jawab: kalo kaya struktur dan keanggotaan komite di BSM, dia jelas udah g keluar dari koridornya peraturan BI ya. Jadi diketuai oleh komisars independen dan dipegang oleh yang beranggotakan dua ya, yang satu di bidang ahli perbankan syariah, yang satu lagi di bidang keilmuannya. Jadi ga hanya di bidang ahli perbankan syariahnya aja atau dua- duanya di bidang keilmuannya, jadi saling melengkapi satu sama lain. Kalau yang komite-komite lain sama kaya gitu juga, ga di luar dari peraturan BI, tetep harus sesuai regulasi yang diamanatkan oleh BI, kaya gitu. - Pertanyaan: Bagaimana jabatan rangkap yang diperbolehkan bagi ketua komite? Jawab: kalau untuk jabatan rangkap juga sama, aturannya kan hanya boleh merangkap dua untuk seorang komite hanya boleh merangkap 1 komite juga. Kebetulan di BSM kemarin abis pergantian dewan komisaris sempet ada rangkap jabatan antara komite audit sama komite manajemen resiko. Tapi sekarang setelah pengangkatan itu keputusan dari OJK udah keluar, sekarang ga ada rangkap jabatan yang di BSM ini. Jadi komite- komitenya masing-masing punya ketua sendiri-sendiri, jadi ya masing-masing bisa konsen untuk ngurusin masing-masing tanggung jawabnya. Jadi ga ada perangkapan lagi sekarang. Kalo kemaren sempet ada perangkapan karena masih dalam proses dari OJK, jadi saat itu kemaren sempet beberapa bulan sempet rangkap jabatan si ketua komite, tapi kemaren bulan oktober kalo ga salah, keputusan OJK terkait dengan ketentuan prosesnya dewan komisaris udah keluar, ga ada perangkapan lagi. Pun seandainya ada, kita tetep pegang koridornya PBI yang berlaku. - Pertanyaan: Apa saja tugas dan tanggung jawab komite? Jawab: komite di BSM kan ada 3, ada komite pemantau resiko yang tugasnya untuk mengawasi terkait resikonya di BSM seperti apa, pokoknya dia memantau resik-resiko di BSM. Kalau komite audit dia juga sama, dia juga mengawasi bagaimana pelaksanaan auditnya di BSM, baik itu audit internal maupun audit eksternalnya, bagaimana apakah setiap temuan-temuan audit itu udah ditindak lanjuti apa ga, dia memantau temuan- temuan itu apa aja, terus dilaporin ke dewan komisaris dan nanti dikomunikasikan lagi ke direksi. Nah kalo komite yang terakhir ada komite remunerasi dan nominasi, tugasnya si remunerasi ini dia lebih kepada banyak pejabat-pejabat di BSM, siapa yang mau diusulkan, kaya siapa yang yang diusulkan untuk pergantian dewan komisaris atau pergantian direksi. - Pertanyaan: Bagaimana pelaksanaan rapat komite di BSM? Jawab: pelaksanaan rapat komite itu rutin ya, di BSM kalo ga salah minimal sebulan sekali. Jadi komite-komite itu dia kan anggota komite itu diketuai oleh komisaris ya, dan juga anggota-anggotanya ada yang komisaris juga ada yang profesional juga gitu. Jadi ga hanya komisaris. Dan mereka biasanya melaksanakan rapat rutin sebulan sekali. Jadi kalo di PBI dia tidak membatasi ya, minimal berapa. Tapi pelaksanaannya di BSM minimal dia sebulan sekali ngebahas isu-isunya di BSM, katakanlah komite pemantau resiko, itu, dia ngebahas isu-isu tentang resiko audit, temuan-temuannya apa aja, itu dibahas sebulan sekali. - Pertanyaan: Apa saja tugas dan tanggung jawab DPS? Jawab: kalo DPS intinya pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dia mengawasi pelaksanaan prinsip syariah di BSM seperti apa, udah sesuai ga dengan aturan-aturan fatwa-fatwa MUI nya, prinsip syariahnya udah dijalankan sesuai dengan aturan bener atau ga, dia mengawasi itu. Yang kedua DPS di BSM juga terlibat dalam pemberian opini-opini, opini-opini tu ada misalkan terkait proses bisnis nih, opininya menurut DPS gimana, udah sesuai ga sih dengan prinsip-prinsp syariah, kaya gitu. Proses bisnis misalkan. Terus juga ketika BSM misalkan mau ngeluarin produk baru nih, produk baru ini udah sesuai ga dengan prinsip syariah, kaya gitu. Terus juga selain kaya gitu dia melakukan uji petik. Uji petik tu biasanya melakukan kunjungan ke cabang-cabang periksa gimana nih pelaksanaan prinsip-prinsip syariahnya udah terlaksana dengan baik apa ga, jadi dia dateng ke cabang biasanya. Periksa dokumen, juga akad-akadnya udah sesuai dengan prinsip syariah apa ga, dia periksa itu setiap enam bulan sekali dia bikin laporan dan ditembusin ke BSM dan ke OJK juga. - Pertanyaan: Bagaimana pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaaluran dana serta pelayanan jasa di BSM? Jawab: jadi terkait pelaksanaan prinsip syariah ini setiap kegiatan baik itu penghimpunan dana, penyaluran dana, atau pelayanan jasa nih kita pastikan dulu untuk penghimpunan dana, apa tabungan, terus penyaluran dana ataupun pelayanan jasa, karena melalui opini dari DPS, jadi insya Allah dipastikan setiap produk yang dilempar tu udah sesuai prinsip syariah. Nah bagaimana pelaksanaannya? Di lapangan kita juga tau kan evaluasi, kita melakukan monitoring, salah satu contohnya kaya tadi, melalui uji petik DPS, dia periksa tu ke cabang-cabang bagaimana terkait pelaksanaan di cabang sesuai prinsip syariah apa ga. Jadi ga hanya produknya itu sesuai prinsip syariah, tapi kita juga melakukan evaluasi pelaksanaannya seprti apa. Nah selain DPS juga kita punya yang namanya di BSM nih ya, ga ada di PBI, tapi kita punya yang namanya SYARIAH COMPLIENCE. Jadi dia di luar DPS tapi jadi dia memang mengerti tentang prinsip syariah, jadi ibaratnya dia profesionalnya dan juga di BSM yang ngerti prinsip syariahnya seperti apa. Jadi dia yang membantu DPS, jadi dia yang ngeliatin DPS itu yang ngeliatin sesuai prinsip syariahnya itu ga hanya seorang DPS tapi kita punya SYARIAH COMPLIENCE. - Pertanyaan: Bagaimana penanganan benturan kepentingan di BSM? Jawab: terkait dengan benturan kepentingan ya, benturan kepentingan ini kalo di BSM kita punya aturan yang namanya kode etik di BSM. Jadi dia itu isi aturan-aturan ini pedoman-pedoman ini isinya aturan yang mengatur bagaimana pegawai BSM dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi itu aturan yang mengatur di BSM. jadi semua yang terkait benturan kepentingan banyak diatur dalam situ. Terkait benturan kepentingan, terus juga yang siapa yang melanggar seperti apa, itu juga ada. Dan kita juga selalu berupaya masukin semua prinsip-prinsip GCG dalam aturan-aturan yang SOP nya ya BSM. jadi itu juga sebagian cara menghindari benturan-benturan kepentingan di BSM. - Pertanyaan: Bagaimana penerapan fungsi kepatuhan di BSM? Jawab: kalau penerapan fungsi kepatuhan di BSM, kita punya yang namanya complience division. Complience division ini yang memantau dan menjaga BSM dari yang namanya resiko-resiko kepatuhan. Pelaksanaan fungsi kepatuhan ini dipegang oleh complience division divisi kepatuhan, kita terbagi atas bagian pengawasan I da II, bagian monitoring supporting, bagian pengujian, bagian pengembangan GCG, dan bagian sistem. Jadi tugasnya bagian pengawasan adalah fungsinya mengawasi kegiatan cabang dan divisi yang ada di kantor pusat, pengawasan ini terkait bagaimana pelaksanaan fungsi kepatuhan. Kemudian bagian sistem, tugasnya adalah terkait regulasi-regulasi aturan- aturan eksternal, jadi kalo misalkan ada aturan baru entah itu dari OJK atau dari PBI, mereka yang membuat kajiannya, kemudian kajiannya itu diinternalisasi ke aturan-aturan BSM. supaya BSM memastikan udah sesuai ga dengan aturan-aturan regulator. Terus bagian pengujian, tugasnya untuk menguji proses pelaksanaan aliran dana itu udah sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku apa ga. Terus bagian pengembangan GCG, tugasnya adalah memastikan pelaksanaan GCG nya di BSM. yang terakhir bagian AKUPPT tugasnya adalah terkait dengan pencucian uang, dia yang laporin ke PPAT, ke KPK, kaya gitu. Kalo pelaksanaan fungsi kepatuhannya di BSM seperti itu. - Pertanyaan: Bagaimana penerapan fungsi audit internal di BSM? Jawab: fungsi audit intern di BSM dipegang oleh internal audit division, dia yang melaksanakan fungsi audit intern. Jadi dia meriksa bagaimana BSM supaya pelaksanaan kegiatannya sesuai dengan aturan internal yang berlaku. Jadi dia yang ngaudit cabang- cabang, setiap cabang tu diaudit sama dia, terus juga dia yang menyusun kebijakan anti fraud nya di BSM. dan dia juga yang koordinasi dengan audit-audit eksternal, jadi audit- audit eksternal, baik itu dari Bank Mandiri sendiri selaku pemegang saham, terus juga audit eksternal dari OJK, dari BI, mereka yang berhubungan dengan untuk memastikan pelaksanaan audit di BSM. nah kalo kesehariannya ya mereka melakukan audit ke seluruh unit kerja setiap tahunnya, kemudian dia lapor dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama terkait temuan-temuan apa aja di lapangan, terus bagaimana tindak lanjutnya, bagaimana penyelesaiannya. - Pertanyaan: Bagaimana penerapan fungsi audit eksternal di BSM? Jawab: penerapan fungsi audit eksternal disini kita melaksanakan seperti apa yang diamanatkan melalui BI dan OJK terkait dengan eksternal. Kita setiap tahun memang ada audit eksternal, khususnya di bidang keuangannya. Kita kerjasama dengan audit ekstrenal IWAI, jadi kita sesuai dengan aturan yang berlaku. Jadi audit eksternal itu kan maksimal 5 tahun ya kalo ga salah aturannya, boleh ngaudit oleh auditor yang sama, tapi setelah 5 tahun masanya sudah selesai. Kalo ga salah IWAI itu terakhir tahun ini. Jadi untuk tahun berikutnya diganti oleh audit eksternal lainnya. Jadi untuk menjalin independensi dan juga sesuai dengan aturan dari regulator, kita setiap tahun melakukan audit dan auditornya juga sesuai dengan yang diamanatkan oleh BI. PPATK juga kadang ikut audit kita, ibaratnya yang mengawasi BSM ini ga hanya internal aja tapi eksternalnya juga. - Pertanyaan: Apakah batas maksimum penyaluran dana di BSM telah sesuai dengan ketentuan BI? Dan apa sanksinya jika melanggar ketentuan dari BI? Jawab: kalo untuk batas maksimum penyaluran dana ya itu di bagian CPD ada yang namanya bagian pengujian. Jadi bagian pengujian itu memastikan setiap kita menyaluran dana, udah sesuai dengan aturan yang berlaku ga. Salah satunya kaya gitu terkait dengan batas maksimum penyaluran dana. Jadi setiap kita mau mengalirkan dana, pasti direview dulu sama dia, dipastikan bahwa ketika dia nyalurin dana nih ga ada ketentuan batas penyaluran yang dilanggar. Jadi alhamdulillah sampe saat ini terkait dengan batas maksimum penyaluran dana masih belum ada pelanggaran. Jadi terkait sanksi sih alhamdulillah kita ga kena sanksi apa-apa. - Pertanyaan: Sejauh mana BSM melakukan transparansi kondisi keuangan dan non keuangan pada stakeholders? Jawab: terkait transparansi komdisi keuangan dan non keuangan, kita sampaikan laporan keuangan kita setiap tahun yang audited secara tepat waktu. Itu kita sampaikan semua laporan keuangan kita, posisi keuangan kita seperti apa, kita publish di surat kabar maupun di website kita. Jadi seluruh orang nih yang mau tau laporan keuangan kita bisa dengan mudah diakses di website kita. Jadi kita transparan ko. - Pertanyaan: Bagaimana bentuk laporan pelaksanaan GCG di BSM? Jawab: laporan pelaksanaan GCG kita, jadi di PBI nya kan dia ada dua tipe kan ya, ada yang bisa digabung sama laporan tahunan, ada juga yang laporan pelaksanaan GCG yang terpisah. Kalo di BSM pilih untuk dipisah, sebagai bentuk transparansi dan bentuk tanggung jawabnya kita ke masyarakat. Jadi laporan pelaksanaan GCG kita dipisah dengan laporan tahunannya BSM. biar sisi laporannya tu fokus biar semuanya tu dirinci. Kalo misalkan nanti dimasukin ke laporan tahunan takutnya dia ga fokus jadi kurang perinci gitu bakal tebel banget. Jadi akhirnya kita bikin laporan tahunannya secara terpisah. Seluruh informasi-informasi yang diamanatkan oleh BI kita sampaikan semuanya disitu, dari struktur organisasinya seperti apa, pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya seperti apa, sampe ratio gajinya direktur, komisaris dan pegawai itu ada lengkap semuanya. Sampe kasus-kasusnya BSM juga kita sampein, itu sebagai bentuk tanggung jawab kita dalam pelaksanaan GCG kita bertransparansi kita coba comfertable ke seluruh stakeholders gitu. - Pertanyaan: Bagaimana BSM menyediakan pelaporan internal untuk meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan dan proses pengawasan oleh Direksi, Dewan Komisaris, dan DPS? Jawab: terkait penyediaan pelaporan internal untuk meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan, jadi yang pasti proses pengambilan keputusan itu gimana biar bisa baik, informasi yang bisa disampaikan ke si pengambil keputusan harus valid. Untuk itu terkait untuk informasi ini BSM harus terkait dengan data-data, kita didukung oleh sistem yang terus dalam proses perbaikan ya, kemarin BSM merubah power banking systemnya, jadi itu juga sebagai salah satu cara supaya informasi-informasi yang terkait data-data BSM suapaya data-data itu bisa didapat dengan valid dan cepaat. Jadi laporan yang kita sampaikan lebih cepat dan juga untuk meningkatkan keakuratan dari data-data itu. Jadi untuk proses pengambilan keputusan ini penyampaian laporan internal kita udah didukung oleh sistem di BSM ini. Terus juga terkait pelaporan internal nih, kita punya standar khusus, kita punya aturan khusus yang mengatur bagaimana standar pelaporan internal tu harus memuat apa aja dan semua wajib untuk bisa mempertanggung jawabkan. Jadi ga hanya sistemnya, kita juga punya prosedurnya terkait bagaimana pelaporan internal itu yang baik, sehingga bisa mendukung pengambilan keputusan untuk Direksi, Dewan Komisaris, dan juga untuk DPS, kaya gitu. Jadi sistemnya kita perbaiki dan juga kita punya SOP nya yang mengatur itu. PERATURAN BANK INDONESIA NO. 1133PBI2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNACE BAGI BANK UMUM SYARIAH 1. Dewan Komisaris A Persyaratan Dewan Komisaris 1. Jumlah, komposisi, kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan persyaratan lain bagi anggota Dewan Komisaris tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia. 2. Mantan anggota Direksi BUS tidak dapat menjadi Komisaris Independen pada BUS yang bersangkutan sebelum menjalani masa tunggu cooling off paling kurang selama 6 bulan. 3. Usulan pengangkatan danatau penggantian anggota Dewan Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi. 4. Dalam hal anggota Komite Remunerasi dan Nominasi memiliki benturan kepentingan conflict of interest dengan usulan yang direkomendasikan, maka dalam usulan tersebut wajib diungkapkan adanya benturan kepentingan serta pertimbangan - pertimbangan yang mendasari usulan tersebut. B Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris 1. Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip - prinsip GCG. 2. Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. 3. Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi. 4. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris wajib memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis BUS. 5. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional di BUS, kecuali pengambilan keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada Direksi sepanjang kewenangan Dewan Komisaris tersebut ditetapkan dalam Anggaran Dasar BUS atau dalam Rapat Umum Pemegang Saham. 6. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit danatau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan Pengawas Syariah danatau auditor ekstern. 7. Dewan komisaris wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia paling lambat 7 hari kerja sejak ditemukannya: a. pelanggaran peraturan perundang - undangan di bidang keuangan dan perbankan; dan b. suatu kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BUS. 8. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk paling kurang: a. Komite Pemantau Resiko; b. Komite Remunerasi dan Nominasi; dan c. Komite Audit. 9. Pengangkatan anggota komite ditetapkan oleh Direksi berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris. 10. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite yang telah dibentuk menjalankan tugasnya secara efektif. 11. Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja setiap komite. 12. Pedoman dan tata tertib kerja komite harus dievaluasi dan dilakukan pengkinian secara berkala. 13. Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi setiap anggota Dewan Komisaris. 14. Pedoman dan tata tertib kerja paling kurang mencantumkan: a. waktu kerja; dan b. pengaturan rapat. 15. Anggota Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal. C Rapat Dewan Komisaris 1. Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang 1 kali dalam 2 bulan. 2. Rapat Dewan Komisaris wajib dihadiri paling kurang oleh 23 dua per tiga dari jumlah anggota Dewan Komisaris. 3. Rapat Dewan Komisaris wajib dipimpin oleh Komisaris Utama. 4. Dalam hal Komisaris Utama berhalangan hadir maka rapat Dewan Komisaris dapat dipimpin oleh salah seorang anggota Dewan Komisaris. 5. Seluruh keputusan Dewan Komisaris yang dituangkan dalam risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota Deewan Komisaris. 6. Hasil rapat Dewan Komisaris wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik. 7. Dalam hal terdapat perbedaan pendapat dissenting opinions atas hasil keputusan rapat Dewan Komisaris, maka perbedaan pendapat tersebut wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasannya. D Aspek Transparansi Dewan Komisaris 1. Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan: a. kepemilikan saham yang mencapai 5 atau lebih pada BUS yang bersangkutan; b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lain danatau

2. Direksi

anggota Direksi; dan c. rangkap jabatan pada perusahaan atau lembaga lain. 2. Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan BUS untuk kepentingan pribadi, keluarga, danatau pihak lain yang dapat mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS. 3. Anggota Dewan Komisaris dilarang mengambil danatau menerima keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham. 4. Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas pada laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini. A Persyaratan Direksi 1. Jumlah, kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan persyaratan lain bagi anggota Direksi tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia. 2. Usulan pengangkatan danatau penggantian anggota Direksi kepada Rapat Umum Pemegang Saham, dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi. B Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 1. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan BUS berdasarkan prinsip kehati - hatian dan prinsip syariah. 2. Direksi wajib mengelola BUS sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar BUS dan peraturan perundang - undangan yang berlaku. 3. Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. 4. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit danatau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan Pengawas Syariah danatau auditor ekstern. 5. Dalam rangka melaksanakan GCG, Direksi wajib memiliki fungsi paling kurang: a. Audit Intern; b. Manajemen Resiko dan Komite Manajemen Resiko; dan c. Kepatuhan. 6. Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham. 7. Direksi harus mengungkapkan kepada pegawai kebijakan BUS yang bersifat strategis di bidang kepegawaian. 8. Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi. 9. Direksi hanya dapat menggunakan jasa konsultan, penasihat, atau yang dapat dipersamakan dengan itu sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. proyek bersifat khusus yang sangat diperlukan untuk kegiatan usaha BUS; b. didasari oleh kontrak yang jelas, yang sekurang - kurangnya mencakup tujuan, ruang lingkup kerja, tanggung jawab, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan biaya; dan c. konsultan merupakan pihak independen yang profesional dan memiliki kualifikasi yang cukup untuk melaksanakan proyek secara efektif dan efisien. 10. Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah. 11. Setiap anggota Direksi wajib memiliki kejelasan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidang tugasnya. 12. Direksi wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi setiap anggota Direksi. 13. Pedoman dan tata tertib kerja paling kurang mencantumkan: a. waktu kerja; dan b. pengaturan rapat. 14. Setiap keputusan Direksi bersifat mengikat dan menjadi tanggung jawab seluruh anggota Direksi. C Rapat Direksi 1. Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan melalui rapat Direksi. 2. Hasil rapat Direksi wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik. 3. Dalam hal terdapat perbedaan pendapat, dissenting opinions atas hasil keputusan rapat Direksi, maka perbedaan pendapat tersebut wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasannya. D Aspek Transparansi Direksi 1. Anggota Direksi wajib mengungkapkan: a. kepemilikan saham yang mencapai 5 atau lebih, baik pada BUS yang bersangkutan maupun pada bank dan perusahaan lain, yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri; dan b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris danatau anggota Direksi lainnya. 2. Anggota Direksi dilarang memanfaatkan BUS untuk kepentingan pribadi, keluarga, danatau pihak lain yang dapat mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS. 3. Anggota Direksi dilarang mengambil danatau menerima keuntungan pribadi dari BUS, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham. 4. Anggota Direksi wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas pada

3. Komite – Komite

A Struktur dan Keanggotaan Komite 1. Anggota Komite Pemantau Resiko paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah; dan c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang manajemen resiko. 2. Anggota Komite Pemantau Resiko wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan yang baik. 3. Komite Pemantau Resiko diketuai oleh Komisaris Independen. 4. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Pemantau Resiko. 5. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Pemantau Resiko harus merupakan Komisaris Independen. 6. Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi paling kurang terdiri dari: a. 2 orang Komisaris Independen; dan b. seorang Pejabat Eksekutif yang membawahi sumber daya manusia. 7. Komite Remunerasi dan Nominasi diketuai oleh Komisaris Independen. 8. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Remunerasi dan Nominasi. 9. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Remunerasi dan Nominasi harus merupakan Komisaris Independen. 10. Anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi keuangan; dan c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah. 11. Anggota Komite Audit wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan yang baik. 12. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen. 13. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Audit. 14. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Audit harus merupakan Komisaris Independen. 15. Mantan anggota Direksi BUS tidak dapat menjadi pihak independen sebelum menjalani masa tunggu cooling off paling kurang selama 6 bulan. B Jabatan Rangkap Ketua Komite 1. Ketua Komite hanya dapat merangkap jabatan sebagai ketua komite paling banyak pada 1 komite lainnya pada BUS yang sama. laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam peraturan Bank Indonesia. 2. Komite Pemantau Resiko mempunyai tugas dan tanggung jawab paling kurang:  melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen resiko;  melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen resiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut;  melakukan evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Resiko dan Satuan Kerja Manajemen Resiko. 3. Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas dan tanggung jawab paling kurang: a. terkait dengan kebijakan remunerasi:  melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi;  melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kebijakan remunerasi dengan pelaksanaan kebijakan tersebut; dan  memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris, Direksi, Dewan Pengawas Syariah,