dan sering melakukan untuk hal yang negatif. Kemudian pada saat post-test terdapat perubahan pada tindakan, tetapi tidak begitu menonjol seperti pada pengetahuan dan
sikap, dimana masih banyak responden yang tetap melakukan tindakan kadang- kadang dan tidak pernah pada pernyataan yang positif, serta tindakan sering
melakukan pada pernyataan negatif.
4.7. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Konsumsi Zat Gizi Balita Responden Desa Ramunia-I
Dalam usia pertumbuhan balita memerlukan zat gizi yang cukup untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal. Jumlah zat gizi
diperoleh dari tingkat kecukupan energi dan protein yang dikonsumsi balita dalam sehari.
Tabel 4.14. Rata-rata Jumlah Zat Gizi yang Dikonsumsi Balita menurut Kelompok Umur Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Gizi
No. Kelompok
Umur bulan
Sebelum Sesudah
Energi kal
AKG Protein
gram AKG
Energi kal
AKG Protein
gram AKG
1. 12-24
1.033,00 82,64
21,43 93,17
1.165,00 93,20
22,83 99,26
2. 25-36
1.102,12 88,17
22,84 99,30
1.250,60 100,05
24,84 108,00
3. 37-59
1.138,15 65,04
30,29 94,65
1.302,55 104,20
31,54 98,56
Keterangan : AKG
: persen Angka Kecukupan Gizi Dari Tabel 4.14 menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penyuluhan gizi
terhadap para ibu, rata-rata jumlah energi dan yang dikonsumsi balita umur 12-24 bulan dalam sehari sebesar 1.033 kal 82,64 dan proteinnya sebesar 21,43 gram
93,17. Rata-rata jumlah energi yang dikonsumsi balita umur 25-36 bulan dalam sehari sebesar 1.102,125 kal
88,17
dan proteinnya sebesar 22,84 gram 99,30.
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata jumlah energi yang di konsumsi balita umur 37-59 bulan sebesar 1.138,15 kal 65,04 dan proteinnya sebesar 30,29 gram 94,65. Jika dibandingkan dengan
angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan untuk balita, maka jumlah tersebut masih dikatakan rendah. Kemudian sesudah dilakukan penyuluhan gizi, rata-
rata jumlah energi dan yang dikonsumsi balita umur 12-24 bulan dalam sehari sebesar 1.165 kal 93,20 dan proteinnya sebesar 22,83 gram 99,26. Rata-rata jumlah
energi yang dikonsumsi balita umur 25-36 bulan dalam sehari sebesar 1.250,6 kal 100,05 dan proteinnya sebesar 24,84 gram 108,00. Rata-rata jumlah energi
yang di konsumsi balita umur 37-59 bulan sebesar 1.302,55 kal 104,20 dan proteinnya sebesar 31,54 gram 98,56. Dalam hal ini terlihat ada peningkatan
konsumsi gizi balita. Bila dibandingkan juga dengan angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan untuk balita, maka jumlah tersebut dapat dikatakan cukup.
Peningkatan konsumsi gizi balita tidak sepenuhnya karena peyuluhan gizi, sebab adanya keterbatasan peneliti dalam penelitian ini. Hal ini juga dikarenakan jajanan
yang dikonsumsi balita tidak lagi sekedar makanan tanpa gizi, tapi si ibu juga sudah berperan dalam memperhatikan jajanan anak. Misalnya, jajanan yang biasanya
dikonsumsi balita adalah permen, es, krupuk, dan lain-lain. Setelah ada penyuluhan dan ibu mau peduli terhadap jajanan balitanya, jadi mereka sudah mau mengonsumsi
jajanan yang lebih bermanfaat, seperti gorengan, mie, bakso, dan lain-lain. Dan ternyata balitanya juga senang dengan makanan seperti itu.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Pengetahuan Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang akan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, seperti melihat, mendengar,
mencium, merasa, dan juga meraba. Namun sebagian besar pengetahuan itu sendiri diperoleh melalui mata dan telinga. Jadi, dengan kata lain dari hasil mendengar dan
juga melihat Notoatmodjo, 2003. Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO yang dikuti oleh Notoaadmodjo 2003 adalah dengan
pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya
tersebut. Salah satu upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan.
Hasil analisis dengan menggunakan paired sample t-test dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara nyata antara pengetahuan ibu sebelum dan sesudah
penyuluhan gizi. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap pengetahuan ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita sesudah
diberikan penyuluhan gizi. Dari gambar 4.1. menjelaskan bahwa penyuluhan gizi berupa ceramah,
pembagian leaflet, dan demo menu seimbang untuk balita kepada ibu dapat meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki balita. Pada saat pre-test terdapat
14,29 ibu dengan kategori pengetahuan kurang, 78,57 ibu dengan kategori
Universitas Sumatera Utara