7
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori
Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya.Teori adalah
himpunan konstruk konsep, definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel,
untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Kriyantono, 2007: 45. Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah :
2.1.1 Komunikasi Antar Budaya 2.1.1.a Pengertian Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antarbudaya tidak dapat dielakkan dari pengertian kebudayaan. Budaya merupakan landsan komunikasi, bila komunikasi beraneka
ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasinya karena perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita
dibesarkan. Kebudayaan budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal” Koentjaraningrat, 1990:181.
Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Komunikasi antarbudaya adalah kegiatan komunikasi antarpribadi yang
dilangsungkan di antara para anggota kebudayaan yang berbeda Liliweri, 2001: 13. Fred E. Jandt juga mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi
tatap muka diantara orang-orang yang berbeda budayanya. Komunikasi antarbudaya terjadi bila si pengirim pesan adalah anggota suatubudaya dan
penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Budaya sendiri sangat mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggungjawab atas
seluruh perilaku komunikatif dan maksud yang dimiliki oleh setiap orang. Perilaku inilah yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya dapat menimbulkan
kesulitan.
8
Adapun beberapa definisi komunikasi antarbudaya yang dikutip dari Liliweri 2001: 10-11, antara lain :
1. Andrea L. rich dan Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A. Samovar dan Richard E. Porter Intercultural Communication, A Reader ,
komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang – orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antara suku bangsa, antaretnik dan ras,
antarkelas sosial. 2. Samovar dan Porter juga mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya
terjadi diantara produser pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda.
3. Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili
pribadi, antarpribadi dan kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi
para peserta. 4. Guo-Ming Chen dan William J. Stratosta mengatakan bahwa
komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka
dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Menurut defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar
budaya selalu mempunyai tujuan tertentu yakni menciptakan komunikasi yang efektif melalui pemaknaan yang sama melalui pesan yang dipertukarkan. Secara
umum tujuan komunikasi antar budaya antara lain menyatakan identitas sosial dan menjembatani perbedaan antar budaya melalui perolehan informasi baru,
mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada dalam kebudayaan Liliweri, 2001:255.
Melalui pengaruh budayalah manusia belajar berkomunikasi dan memandang dunia mereka melalui kategori-kategori dan label-label yang
dihasilkan kebudayaan.Kemiripan budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu objek atau peristiwa. Cara-cara
manusia berkomunikasi, keadaan komunikasi, bahkan bahasa dan gaya bahasa
9
yang digunakan, perilaku-perilaku non verbal merupakan respons terhadap fungsi budaya itu sendiri Liliweri, 2001: 160.
Salah satu unsur penting yang mempengaruhi persepsi seseorang ketika berkomunikasi dengan orang lain, terutama dengan yang berbeda budaya adalah
agama dan ideologi. Kepercayaan pada dasarnya adalah sesuatu yang bersifat persepsi pribadi.Banyak sistem kepercayaan yang dianut seseorang mengenai
berbagai aspek realitas dan memiliki karakteristik tertentu. Kepercayaan merujuk pada keyakinan bahwa suatu hal memiliki ciri-ciri tertentu Mulyana, 2005 : 221.
Setiap kepercayaan mengajarkan nilai-nilai kehidupan untuk setiap orang yang menganutnya. Nilai-nilai budaya inilah yang menjadi arah dan pedoman
seseorang dalam bertindak karena adanya konsep yang terbentuk dalam pikiran manusia, apa yang penting dan tidak penting. Karena nilai-nilai budaya tersebut
sudah berkembang sejak kita kecil, dari lingkungan dan keluarga, nilai tersebut menjadi norma untuk panduan terhadap tindakan, sikap dan perilaku. Norma
tersebut juga digunakan untuk menilai diri sendiri dan orang lain. Tidak semua orang atau komunitas budaya menganut seperangkat
kepercayaan yang sama. Semua pesan berawal dari konteks budaya yang unik danspesifik, dan konteks tersebut akan mempengaruhi isi dan bentuk komunikasi
Mulyana, 2005: 44-45. Budaya akan mempengaruhi setiap aspek pengalaman manusia dalam berkomunikasi. Seseorang melakukan komunikasi dengan cara-
caraseperti yang dilakukan oleh budayanya. Budaya memainkan peranan penting dalam pembentukan kepercayaankeyakinan, nilai, dan sikap. Dalam komunikasi
antarbudaya tidak ada hal benar atau hal yang salah sejauh hal-hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan. Sedangkan nilai-nilai dalam suatu budaya terdapat
dalam perilaku anggota budaya yang dituntut oleh budaya tersebut. Kepercayaan dan nilai memberi kontribusi bagi pengembangan sikap. Sikap dipelajari dalam
suatu konteks budaya. Lingkungan turut membentuk sikap individu, kesiapan merespon, dan akhirnya menjadi perilaku individu tersebut Mulyana, 2005: 26-
27.
10
2.1.1.b Unsur – Unsur Proses Komunikasi Antarbudaya
Unsur pertama dalam proses komunikasi antarbudaya adalah komunikator. Komunikator dalam komunikasi antarbudaya merupakan pihak yang mengawali
proses pengiriman pesan terhadap komunikan. Baik komunikator maupun komunikan ditentukan oleh faktor-faktor makro seperti penggunaan bahasa
minoritas dan pengelolaan etnis, pandangan tentang pentingnya sebuah percakapan dalam konteks budaya, orientasi terhadap konsep individualitas dan
kolektivitas dari suatu masyarakat, orientasi terhadap ruang dan waktu.Sedangkan faktor mikronya adalah komunikasi dalam konteks yang segera, masalah
subjektivitas dan objektivitas dalam komunikasi antarbudaya, kebiasaan percakapan dalam bentuk dialek dan aksen, dan nilai serta sikap yang menjadi
identitas sebuah etnik Liliweri, 2004: 25-26.
Unsur kedua dalam proses komunikasi antarbudaya adalah komunikan. Komunikan merupakan penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Dalam komunikasi antarbudaya, komunikan merupakan seorang yang berbeda latar belakang dengan komunikator. Tujuan komunikasi yang diharapkan ketika
komunikan menerima pesan dari komunikator adalah memperhatikan dan menerima secara menyeluruh. Ketika komunikan memperhatikan dan memahami
isi pesan, tergantung oleh tiga bentuk pemahaman, yaitu kognitif, afektif dan overt action. Kognitif yaitu penerimaan pesan oleh komunikan sebagai sesuatu yang
benar, kemudian afektif merupakan kepercayaan komunikan bahwa pesan tidak hanya benar namun baik dan disukai, sedangkan overt action merupakan tindakan
yang nyata, yaitu kepercayaan terhadap pesan yang benar dan baik sehingga
mendorong suatu tindakan yang tepat Liliweri, 2004:26-27.
Unsur yang ketiga adalah pesan atau simbol. Pesan berisi pikiran, ide atau gagasan, dan perasaan yang berbentuk simbol. Simbol merupakan sesuatu yang
digunakan untuk mewakili maksud tertentu seperti kata-kata verbal dan simbol nonverbal. Pesan memiliki dua aspek utama, yaitu content isi dan treatment
perlakuan. Pilihan terhadap isi dan perlakuan terhadap pesan tergantung dari keterampilan komunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, posisi dalam sistem sosial
dan kebudayaan Liliweri, 2004: 27-28.
11
Unsur keempat yaitu media. Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol. Terdapat dua tipe saluran
yang disepakati para ilmuwan sosial, yaitu sory channel, yakni saluran yang memindahkan pesan sehingga akan ditangkap oleh lima indera manusia. Lima
saluran dalam channel ini yaitu cahaya, bunyi, tangan, hidung dan lidah. Saluran kedua yaitu institutionalized channel yaitu saluran yang sudah sangat dikenal
manusia seperti percakapan tatap muka, material percetakan dan media elektronik. Para ilmuwan sosial menyimpulkan bahwa komunikan akan lebih menyukai pesan
yang disampaikan melalui kombinasi dua atau lebih saluran sensoris Liliweri, 2004:28-29.
Unsur proses komunikasi antarbudaya yang kelima adalah efek atau umpan balik. Tujuan manusia berkomunikasi adalah agar tujuan dan fungsi
komunikasi dapat tercapai. Tujuan dan fungsi komunikasi antarbudaya, antara lain memberikan informasi, menerangkan tentang sesuatu, memberikan hiburan dan
mengubah sikap atau perilaku komunikan. Di dalam proses tersebut, diharapkan adanya reaksi atau tanggapan dari komunikan dan hal inilah yang disebut umpan
balik. Tanpa adanya umpan balik terhadap pesan-pesan dalam proses komunikasi antarbudaya, maka komunikator dan komunikan sulit untuk memahami pikiran
dan ide atau gagasan yang terkandung di dalam pesan yang disampaikan. Unsur keenam dalam proses komunikasi antarbudaya adalah suasana.
Suasana merupakan salah satu dari 3 faktor penting waktu, tempat dan suasana didalam komunikasi antarbudaya Liliweri, 2004:29-30. Unsur ketujuh dalam
proses komunikasi antarbudaya adalah gangguan. Gangguan di dalam komunikasi antarbudaya merupakan segala sesuatu yang menghambat laju pesan yang ditukar
antara komunikator dan komunikan, dan dapat juga mengurangi makna pesan antarbudaya. Gangguan tersebut menghambat penerimaan pesan dan sumber
pesan. Gangguan yang berasal dari komunikator bersumber akibat perbedaan status sosial dan budaya, latar belakang pendidikan dan keterampilan
berkomunikasi. Gangguan yang berasal dari pesan disebabkan oleh perbedaan pemberian makna pesan yang disampaikan secara verbal dan perbedaan tafsir atas
pesan non verbal. Sedangkan gangguan yang berasal dari media, yaitu karena
12
kesalahan pemilihan media yang tidak sesuai dengan konteks komunikasi sehingga kurang mendukung komunikasi antarbudaya.
Pada dasarnya manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial merekasebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka.
Kebiasaan–kebiasaan dan tradisi-tradisi tersebut terus hidup dan berkembang serta diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat
tertentu. Individu –individu tersebut cenderung menerima dan mempercayai apa yang diwariskan budaya mereka. Mereka cenderung mengabaikan atau menolak
apa yang bertentangan dengan “kebenaran” yang mereka yakini. Ini seringkali menjadi landasan bagi prasangka yang tumbuh di antara anggota kelompok
tertentu terhadap kelompok lain.
2.1.2 Pandangan Dunia World View