Identitas Etnis .a Pengertian Identitas Etnis
21
6. Model konflik. Perbedaan dalam cara memecahkan konflik juga merupakan poin penting kehidupan pasangan kawin campur.
Directness-indirectness, budaya konteks tinggi-konteks rendah, monokronik-polikronik dan jarak kekuasaan merupakan faktor-faktor
yang berhubungan dengan konflik dalam keluarga kawin campur. 7. Cara membesarkan anak. Perilaku terhadap anak dan cara mendidik
anakmerepresentasikan perbedaan budaya yang lain dalam keluarga kawin campur. Beberapa budaya menganut pemberlakuan aturan yang
ketat dibandingkan budaya lain, yang akan menghasilkan nilai budaya yang berbeda, sekaligus perbedaan cara nilai-nilai tersebut
dikomunikasikan dan diberlakukan kepada anak-anak. 8. Pandangan negatif dari komunitas. Bizman mengajukan pertanyaan
kepada 549 orang tentang perkawinan orang Yahudi; Yahudi Barat dengan Yahudi Barat, Yahudi Timur dengan Yahudi Timur dan
Yahudi Barat dengan Yahudi Timur. Hasilnya, 25 persen beranggapan, bahwa perkawinan antara orang Yahudi Barat dengan
Yahudi Timur tidak akan berhasil dalam perkawinannya dalam Dodd, 1998:70-71.
2.1.5 Identitas Etnis 2.1.5.a Pengertian Identitas Etnis
Identitas adalah suatu konsep yang abstrak dan beraneka ragam yang memainkan peran yang signifikan dalam seluruh interaksi komunikasi. Untuk itu
penting memberikanapresiasi pada apa yang membawa identitas, dan untuk memberikan pemahaman mengenai hal tersebut, maka perlu untuk memperluas
kebutuhan untuk mengerti peran dari identitas dalam masyarakat yang beragam budaya ini. Dan kebutuhan akan pemahaman perasaan tentang identitas akan
terbukti sendiri. Perkembangan identitas dipertimbangkan sebagai sebuah aspek kritis bagi kebaikankesehatan psikologis setiap orang. Menurut Phinney dalam
Samovar dkk, sebuah prinsip objektif bagi orang dalam masa-masa usia dewasa adalahpembentukan sebuah identitas dan siapa yang gagal memperoleh sebuah
22
identitas yang tepat akan menghadapi kebingungan identitas, kekurangan kejernihan pemikiran tentang siapa mereka dan apa peran mereka dalam hidup.
Pemahaman akan identitas juga sebuah aspek yang penting dalam studi dan praktek komunikasi antarbudaya. Perhatian dari studi komunikasi
antarbudaya adalah bagaimana identitas mempengaruhi dan menuntun ekspektasi tentang apa peran sosial diri dan orang lain maupun menyediakan tuntunan bagi
interaksi komunikasi dengan orang lain Samovar dkk, 2007: 109-110. Secara sederhana identitas dipahami sebagai konsep pribadi mengenai diri di dalam
sebuah konteks sosial, geografik, budaya dan politik. Menurut Mathews dalam Samovar dkk, identitas adalah bagaimana diri menyusun dirinya sendiri dan label
untuknya sendiri Samovar dkk, 2007: 111. Menurut Alba, identitas etnis dinilai sebagai orientasi subjektif seseorang yang mengarahkannya pada etnis asalnya.
Bahkan menurut Rossens, identitas etnis membantu kita mendefenisikan siapa kita Gundykunst,dkk 2003: 103.
Tipologi identitas dalam Communication between cultures, terbagi atas: identitas ras, identitas etnis, identitas gender, identitas nasional, identitas regional,
identitas organisasi, identitas pribadi, dan identitas maya dan fantasi Samovar dkk, 2007: 113-118. Sedangkan dalam Intercultural Communication In Context,
identitas budaya dan sosial di bagi atas: identitas gender, identitas usia, identitas ras, identitas etnis, identitas agama, identitas kelas, identitas nasional, identitas
regional, dan identitas pribadi Martin Thomas, 2007: 171-188. Identitas etnis sering sekali dikaji oleh para sosiolog, antropolog, psikolog dan sejarawan. Para
ahli meneliti asal-susul, substansi, konsekuensi dan proses etnisitas yang sedang berubah dalam berbagai komunitas. Istilah-istilah lain yang sering menjadi
sinonim adalah etnisitas dan konsep diri kultural atau rasial. Istilah-istilah kadang digunakan identik atau punya makna yang sama oleh para ahli. Makna konsep
identitas etnis tidak selalu eksplisit dalam kajian-kajian itu, atau tersirat dalam kajian tentang akulturasi, asimilasi suatu kelompok etnis Mulyana, 2005 : 151.
Identitas etnis sendiri sebenarnya merupakan bentuk spesifik dari identitas budaya. Ting-Toomey dalam Rahardjo, mendefenisikan identitas kultural
merupakan perasaan emotional significance dari seseorang untuk ikut dalam memiliki sense of belonging atau berafiliasi dengan kultur tertentu Rahardjo,
23
2005: 1-2. Sedangkan identitas etnis bisa dilihat sebagai sebuah kumpulan ide tentang satu kepemilikan keanggotaan kelompok etnis. Hal ini menyangkut
beberapa dimensi: • Identifikasi diri sendiri
• Pengetahuan tentang budaya etnis tradisi, kebiasaan, nilai, perilaku • Perasaan mengenai kepemilikan pada kelompok etnis tertentu.
Identitas etnis sering melibatkan sebuah perasaan yang dibagi tentang asal dan sejarah, di mana mungkin mata rantai kelompok etnis pada kelompok budaya
yang jauh di Eropa, Asia, Amerika Latin atau tempat lain Martin Thomas, 2007: 175. Memiliki sebuah identitas etnis berarti mengalami sebuah perasaan
memiliki pada suatu kelompok dan mengetahui sesuatu tentang pengalaman yang dibagi pada anggota kelompok Martin Thomas, 2007: 175.
Identitas etnis merupakan identitas sosial yang penting yang dapat mempengaruhi komunikasi kita dengan orang lain berbeda budaya. Cara kita
bereaksi dengan orang lain sering didasarkan pada asumsi kita mengenai etnisitas mereka, sebagai contoh, kitamengkategorisasikan orang asing dan melekatkan
label etnis pada mereka. Bagaimanapun ketika kita melekatkan label pada orang beda budaya, kita tidak mungkin melekatkan label, orang yang berbeda budaya
tersebut akan digunakan untuk mendeskripsikan diri mereka. Bahkan Devos menjelaskan bahwa etnisitas melibatkan penggunaan beberapa aspek dari sebuah
latar belakang kelompok budaya yang digunakan untuk memisahkan anggota kelompok dari yang bukan termasuk di dalaam kelompok. Sedangkan Giles dan
Johnson melihat sebuah kelompok etnis sebagai orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka yang memiliki kategori etnis yang sama
Gundykunst Kim, 2003: 103. Beberapa ahli menyatakan identifikasi etnis dan ras sama dan ada yang menyebutkan keduanya berbeda. Beberapa ahli
menyebutkan identitas etnis dikonstruksikan oleh dirinya sendiri dan lainnya tetapi identitas ras dikonstriksikan semata-mata oleh dirinya Martin Thomas,
2007: 177. Kita akan bisa untuk mengabaikan perbedaan kelompok etnis ketika kita
berinteraksi dengan orang lain yang juga secara lemah mengidenfikasi kesamaannya dengan kelompok etnisnya. Jika orang lain tersebut, secara kuat
24
dam jelas mengidentifikasi kesamaannya maka kita tidak dapat mengabaikan perbedaan kelompok. Ketika orang lain dengan jelas menemukan dan merasakan
kesamaannya dengan kelompok etnisnya dan kita mengabaikan etnisitas orang lain tersebut ketika kita berinteraksi dengannya, maka kita tidak mendukung
konsep dirinya dan tidak akanmampu memahami tingkah lakunya. Ini adalah sebuah masalah karena dukungan konsep diri justru perlu untuk orang lain yang
berbeda budaya tersebut, agar dia bisa merasakan kepuasan dengan komunikasi mereka dengan kita Gundykunst Kim, 2003: 110.
Masyarakat menggambarkan identitas mereka didalam suatu lingkungan secara pribadi. Identitas etnis atau disebut juga etnisitas, berasal dari sejarah,
tradisi, warisan, nilai, kesamaan perilaku, asal daerah dan bahasa yang sama. Masyarakat yang memiliki etnis yang sama didaerah tempat perpindahan akan
membentuk komunitas etnisnya sendiri. Pada komunitas etnis ini, identitas etnis cenderung tetap kuat, hal ini dikarenakan praktik, kepercayaan, dan bahasa dari
bahasa tradisional yang dipertahankan dan dipelihara Samovar, dkk, 2010:189. Identitas etnis merupakan bentuk spesifik dari identitas budaya.
Daphne A. Jameson dalam jurnalnya Reconceptualizing Cultural Identity and Its Role in Intercultural Business Communication Jameson, 2007: 218-225
menyebutkan bahwa identitas budaya memiliki atribut sebagai berikut: 1. Cultural identity is affected by close relationships Identitas budaya
dipengaruhi oleh hubungan dekat. Hubungan dekat seseorang dengan orang lain seperti anggota keluarga atau teman. Orang-orang yang
memiliki teman dekat berbeda budaya, secara bertahap akan mengadopsi beberapa kepercayaan dan sikap dari rekannya tersebut.
Proses ini sering berlangsung secara tidak sengaja, tetapi dapat menyebabkan qualitative psychic transformation. Oleh karena itu,
penting untuk mempertimbangkan bagaimana sebuah hubungan memodifikasi identitas budaya seseorang.
2. Cultural identity changes over time identitas budaya berubah sesuai dengan waktu. Dalam perjalanan kehidupan, banyak ornag berpindah
kelas ekonomi atau bidang profesi. Beberapa orang mengubah kebangsaannya bahkan agama. Meskipun orang-orang tidak mengubah
25
bahasa aslinya, tetapi kemudian banyak yang muncul dengan dialek baru dalam kehidupannya sehari-hari. Semua perubahan tersebut
mempengaruhi identitas budaya masyarakat. Bahkan ketika terjadi perubahan terhadap kondisi sehari-hari, komponen lain dari identitas
budaya tetap mejadi pusat penting dan relevan dengan identitas inti seseorang dalam jangka waktu yang panjang.
3. Cultural identity is closely intertwined with power and privilege identitas budaya erat kaitannya dengan kekuasaan dan hak istimewa.
Kekuasaan dan hak istimewa ataupun kemampuan untuk mengendalikan persepsi eksternal identitas budaya menjadi terbatas
ketika seseorang tidak memiliki lembaga atau kelompok. Beberapa komponen dari identitas budaya mungkin dapat disembunyikan atau
yang disebut “afiliasi disengaja”. Sebagai contoh, ciri-ciri fisik membuat jelas latar belakang etnis untuk beberapa orang, tetapi
menjadi ambigu bagi yang lainnya. Orang-orang dapat memilih apakah mereka akan membiarkan orang lain tahu mengenai latar belakang
budayanya atau tidak. Komponen biologis budaya-ras, etnis, jenis kelamin, usia, terkadang membuat orang lain merasa terpinggirkan dari
hak-haknya. 4. Cultural identity may evoke emotions identitas budaya bisa
membangkitkan emosi. Orang mungkin memiliki perasaan positif, negatif, netral atau ambigu terhadap komponen identitas mereka
sendiri. Bahkan terkadang baik secara sadar ataupun tidak memiliki perasaan negative terhadap komponen identitas mereka sendiri. Ketika
seseorang bersikap negative terhadap budaya orang lain, beberpaa kemungkinan bisa saja terjadi. Ting Toomey 1986 dalam model
validitas identitasnya, berteori bahwa orang mengembangkan sikap positif atau negative terhadap komponen atau identitas budaya mereka
sendiri berdasarkan persepsi sejauh mana orang lain mendukung identitas tersebut. Dengan menegaskan identitas budaya orang lain,
salah satu pihak akan memberikan kekuatan motivasi yang mendasari
26
hubungan antarkelompok di mana hubungan interpersonal dapat dikembangkan.
5. Cultural identity can be negotiated through communication identitas budaya bisa dinegosiasikan melalui komunikasi. Identitas budaya
dapat dinegosiasikan melalui komunikasi tetapi hanya dalam keadaan tertentu. Orang tersebut harus merasa sadar dengan komponen identitas
budaya mereka dan merasa nyaman untuk mendiskusikannya dengan orang lain. Bahkan ketika orang-orang mengetahui identitas budaya
mereka, mereka tidak selalu mengkomunikasikan semua tentang kebudayaannya. Meskipun beberapa aspek identitas budaya secara fisik
tampak pada pertemuan tatap muka, tetapi masih ada aspek yang tidak terlihat seperti agama, kelas dan profesi. Bahkan dalam interaksi yang
menggunakan media, seperti telepon atau email, komponen dari identitas budaya mereka menjadi tersembunyi, kecuali mereka
mengungkapkannya dengan sengaja.Orang bisa memilih bagian dari identitas budaya yang mana yang akan mereka ekspresikan. Identitas
tersebut dapat diakses, digunakan, ditafsirkan, ditampilkan, dilakukan dan seterusnya dalam konteks sosial tertentu.
Hal ini juga menegaskan bahwa untuk berkomunikasi dengan seseorang, kita harus memahami budaya dan identitas etnis mereka.