Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
3. Uji Run
4. Uji Kolmogorov Smirnov Satu Sampel
5. Uji Dua Sampel Independen
6. Uji Beberapa Sampel Independen
7. Uji Dua Sampel yang Berkaitan
8. Uji Beberapa Sampel yang Berkaitan.
Dalam penelitian ini digunakan Analisa data kuantitatif data yang berbentuk bilangan secara statistik, yaitu dengan menggunakan Chi-kuadrat X
2
. Chi-kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis
statistik. Di dalam Chi-kuadrat terdapat teknik analisa statistik untuk mengetahui signifikan perbedaan antara proyeksi subjek dan objek penelitian yang datanya telah
dikategorikan. Analisa kategori dapat dibagi ke dalam dua macam kategori atau lebih tergantung dari objek ataupun respon yang ingin diamati.
2.2 Hipotesa
Hipotesa secara etimologis dibentuk dari dua kata yaitu, kata hypo yang berarti kurang dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hypotesis artinya suatu kesimpulan yang masih
kurang, yang masih belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna , sehingga perlu disempurnakan
dengan membuktikan kebenaran hipotesa tersebut. Pembuktian ini hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki untuk menentukan hipotesa adalah : 1.
Hipotesa harus muncul dan hubungannya dengan teori serta masalah yang diteliti.
2. Setiap hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang diteliti.
3. Hipotesis harus dapat diuji atau terukur tersendiri untuk menetapkan hipotesis
yang besar kemungkinannya didukung oleh data empirik.
Perlu diingat, apapun syarat suatu hipotesis, yang jelas bahwa penampilan setiap hipotesis adalah bentuk statement, yaitu pernyataan tentang sifat atau keadaan
hubungan dua atau lebih variabel yang akan diteliti.
Adapun jenis hipotesis yang mudah dimengerti adalah hipotesis nol H ,
hipotesis alternatif Ha, hipotesis kerja H
k
. Tetapi yang biasa adalah H yang
merupakan antara dua variabel x dan variabel y yang akan diteliti atau variabel independen x tidak mempengaruhi variabel dependen y.
2.3 Analisa Yang Digunakan
2.3.1 Analisa Univariat
Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen dan variabel dependen.
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
2.3.2 Analisa Bivariat
Hipotesa yang diuji biasanya adalah kelompok itu berbeda dalam ciri khas tertentu, dengan demikian perbedaan itu berhubungan dengan frekuensi relatif masuknya
anggota-anggota kelompok ke dalam beberapa kategori.
Untuk menguji hipotesa ini kita menghitung banyak kasus dari masing-masing kelompok yang termasuk dalam berbagai kategori dengan proporsi kasus dari
kelompok yang lain. Dalam analisa ini digunakan hipotesa Chi-kuadrat.
2.3.3 Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi-kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik yang sering digunakan dalam praktek. Teknik Chi-kuadrat
Chi-square; Chi dibaca : kai ; simbol dari huruf Yunani: X
2
ditemukan oleh Helmet pada tahun 1875, tetapi baru pada tahun 1900, pertama kali diperkenalkan kembali
oleh Karl Pearson.
Uji Chi-kuadrat digunakan untuk menguji kebebasan antara dua sampel variabel yang disusun dalam tabel baris kali kolom atau menguji keselarasan dimana
pengujian dilakukan untuk memeriksa ketergantungan dan homogenitas apakah data sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesis yang menyatakan bahwa populasi
asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, uji ini dapat juga disebut uji keselarasan goodness of fit test, karena untuk menguji
apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu distribusi teoritis seperti distribusi normal, unifirm, binomial dan lainnya.
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
Pada kedua prosedur tersebut selalu meliputi perbandingan frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapkan bila H
yang ditetapkan benar, karena dalam penelitian yang dilakukan data yang diperoleh tidak selamanya berupa data
skala interval saja, melainkan juga data skala nominal, yaitu yang berupa perhitungan frekuensi pemunculan tertentu.
Perhitungan frekuensi pemunculan juga sering dikaitkan dengan perhitungan persentase, proporsi atau yang lain yang sejenis. Chi-kuadrat adalah teknik statistik
yang dipergunakan untuk menguji probabilitas seperti itu, yang dilakukan dengan cara mempertentangkan antara frekuensi yang benar-benar terjadi, frekuensi yang
diobservasi, observe frequencies disingkat F atau O dengan frekuensi yang
diharapkan, expected frequencies disingkat F
h
atau E.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Chi-kuadrat, yaitu :
1. Chi-kuadrat digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk frekuensi.
2. Chi-kuadrat tidak dapat digunakan untuk menentukan besar atau kecilnya
korelasi dari variabel-variabel yang dianalisa. 3.
Chi-kuadrat pada dasarnya belum dapat menghasilkan kesimpulan yang memuaskan.
4. Chi-kuadrat cocok digunakan untuk data kategorik, data diskrit atau data
nominal.
Cara memberikan interpretasi terhadap Chi-kuadrat adalah dengan menentukan df degree of freedom atau db derajat bebas. Setelah itu berkonsultasi
tabel harga kritik Chi-kuadrat. Selanjutnya membandingkan antara harga Chi-kuadrat
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
dari hasil perhitungan dengan harga kritik Chi-kuadrat, akhirnya mengambil kesimpulan dengan ketentuan :
1. Bila harga Chi-kuadrat X
2
sama atau lebih besar dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol H
ditolak dan hipotesa alternatif Ha diterima. 2.
Bila harga Chi-kuadrat X
2
lebih kecil dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol H
diterima dan hipotesa alternatif Ha ditolak.
Ada beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan mengambil manfaat dari Chi-kuadrat diantaranya adalah :
1. Uji Independen antara Dua Faktor
Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan ke dalam beberapa faktor, karakteristik atau atribut terdiri dari beberapa klasifikasi, kategori, golongan atau
mungkin tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fenomena demikian akan diselidiki mengenai asosiasi atau hubungan atau kaitan antara faktor-faktor
itu, bisa dikatakan bahan faktor-faktor itu bersifat independen atau bebas, tepatnya bebas statistik. Selain daripada itu akan diselidiki ada atau tidaknya pengaruh
mengenai beberapa taraf atau tingkatan sesuatu faktor terhadap kejadian fenomena.
Secara umum untuk menguji independen antar dua faktor dapat dijelaskan sebagai berikut : misalkan diambil sebuah sampel acak berukuran n, dan tiap
pengamatan tunggal diduga terjadi karena adanya dua macam faktor I dan II. Faktor I terbagi atas b taraf atau tingkatan dan faktor II terbagi atas k taraf. Banyak
pengamatan yang terjadi karena taraf ke-i faktor ke I i = 1,2,...,b dan taraf ke-j
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
faktor ke II j = 1,2,...,k akan dinyatakan dengan n
ij
. Hasilnya dapat dicatat dalam sebuah daftar kontingensi b x k Pasangan hipotesis yang akan diuji berdasarkan
data dengan memakai penyesuaian persyaratan data yang diuji sebagai berikut : Ho : Kedua faktor bebas statistik
H
1
: Kedua faktor tidak bebas statistik
Tabel yang disajikan akan dianalisis untuk setiap sel yang diperlukan kemudian dibentuk tabel kontingensi. Dari tabel tersebut di atas agar dapat dicari
hubungan antara faktor-faktor dengan menggunakan statistik uji Chi-kuadrat.
Pengujian eksak sukar digunakan, karena di sini hanya akan dijelaskan pengujian yang bersifat pendekatan. Untuk itu diperlukan frekuensi teoritik atau
banyak gejala yang diharapkan terjadi, di sini akan dinyatakan dengan E
ij
.
Rumusnya adalah sebagai berikut :
E
ij
= n
io
x n
oj
n
Dengan: E
ij
= Banyak data teoritik banyak gejala yang diharapkan terjadi n
io
= jumlah baris ke-i n
oj
= jumlah kolom ke-j n = total jumlah data
Dengan demikian misalnya didapat nilai dari teoritik masing-masing data : E
11
= n
10
x n
01
n ; E
12
= n
10
x n
02
n E
21
= n
20
x n
01
n ; E
22
= n
20
x n
02
n
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
dan seterusnya........ Jelas bahwa n = n
10
+ n
20
+ ... + n
b0
= n
01
+ n
02
+ ... + n
0k
Sehingga nilai statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah :
∑∑
= =
−
=
b i
k j
ij ij
ij
E E
n X
1 1
2 2
Dengan : X
2
= Chi-kuadrat n
ij
= Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom ke-j
E
ij
= Banyak kasus yang diharapkan untuk dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom ke-j
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Tolak H
jika X
2 hitung
≥ X
2 tabel
Terima H jika
X
2 hitung
X
2 tabel
Dalam taraf nyata α = 0,05 dan derajat kebebasan dk untuk distribusi Chi-
Kuadrat adalah b-1 k-1, dalam hal yang lainnya kita terima hipotesis H
0.
2. Koefisien Kontingensi
Kegunaan teknik koefisien kontingensi yang diberi simbol C, adalah untuk mencari atau menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai
gejala ordinal kategori, paling tidak berjenis nominal.
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
Cara kerja atau perhitungan koefisien kontingensi sangatlah mudah jika nilai Chi-kuadrat sudah diketahui. Oleh karena itu biasanya para peneliti menghitung
harga koefisien kontingensi setelah menemukan harga Chi-kuadrat.Test signifikansi yang digunakan tetap menggunakan tabel kritik Chi-kuadrat, dengan
derajat kebebasan db sama dengan jumlah kolom dikurangi satu dikalikan dengan jumlah baris dikurangi satu b-1k-1. Rumus untuk menghitung koefisien
kontingensi adalah :
N C
hitung hitung
+ =
2 2
χ χ
Keterangan : C = Koefisien kontigensi
2 hitung
χ = Hasil perhitungan Chi-Kuadrat
N = Banyak data
3. Metode Analisa
Dalam penelitian ini dilakukan metode analisis kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah I :
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan penelitian di Polres Tanah Karo dari tanggal 20 November sd 26 November 2008.
Langkah II:
Dari data yang dianalisis, lalu disusun dalam tabel distribusi frekuensi.
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
Langkah III :
Dari data yang dianalisis maka dapat dibentuk daftar kontingensi frekuensi yang diamati seperti di bawah ini :
Tabel 2.1 Daftar Kontingensi
FAKTOR II K TARAF JUMLAH
1 2
…. K
F A
KT O
R I
B T
AR AF
1 n
11
n
12
…. n
1k
N
10
2 n
12
n
22
…. n
2k
N
20
… …
… …
… …
… …
… …
… …
B n
B1
n
B2
…. n
Bk
n
B0
Jumlah n
01
n
02
…. n
0k
N
Dimana : faktor I dan faktor II adalah faktor-faktor yang membentuk daftar kontingensi dengan b baris dan k kolom. n
ij
adalah frekuensi yang diamati.
∑
=
=
b i
ij i
E N
1
; i = 1,2,3,...,b
∑
=
=
k j
ij j
E N
1
; j = 1,2,3,...,k
Langkah 4:
Tentukan frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati dengan rumus :
E
ij
= n
io
x n
oj
n
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
Dengan : E
ij
: frekuensi yang diharapkan n : jumlah data yang diamati
Dari rumus di atas dapat disusun tabel kontingensi dari frekuensi yang diharapkan seperti pada tabel 2.2 di bawah ini :
Tabel 2.2 Daftar Kontingesi dari Frekuensi yang Diharapkan
FAKTOR II K TARAF JUMLAH
1 2
…. K
F A
KT O
R I
B T
AR AF
1 E
11
E
12
…. E
1k
N
10
2 E
12
E
22
…. E
2k
N
20
… …
… …
… …
… …
… …
… …
B E
B1
E
B2
…. E
Bk
n
B0
Jumlah n
01
n
02
…. n
0k
N
Dengan terbentuknya daftar frekuensi yang diamati dan daftar frekuensi yang diharapkan maka dapat ditentukan maka dapat ditentukan harga X
2
.
Langkah 5 :
Untuk menghitung harga Chi-kuadrat, perlu perhatikan kriteria sebagai berikut : 1.
Tidak boleh menggunakan data kurang dari 20. 2.
Frekuensi teoritis E
ij
minimum harus 5 setiap kotak, sebab X
2
hanya berlaku apabila E
ij
≥
5, dengan kata lain apabila E
ij
5 maka terhadap data tidak dapat dipertanggungjawaban. Untuk tabel dua baris dan dua kolom dan untuk tabel
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
lebih dari 2 x 2 sebelum menghitung X
2
perlu diperhatikan dahulu E
ij
pada setiap kotak dalam tabel. Jika syarat tidak dipenuhi maka beberapa kolom atau
baris perlu digabung. 3.
Setiap kotak tidak boleh mempunyai frekuensi kurang dari 1.
Setelah kritea-kriteria di atas dipenuhi maka harga X
2
dapat dihitung dengan rumus :
∑∑
= =
−
=
b i
k j
ij ij
ij
E E
n X
1 1
2 2
Untuk menguji apakah harga X
2
dianggap berarti pada suatu level of signifikan tertentu harus diketahui nilai kritis dari X
2
dengan menggunakan daftar pencarian harga Chi-kuadrat yang dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari hasil
perhitungan. Dengan membaca nilai ini Chi-kuadrat yang tepat harus terlebih dahulu dipilih confidence coefficient yang akan dipakai dan degree of freedom
db yaitu b-1k-1.
Langkah 6:
Hipotesa yang diajukan adalah : H
= Tidak ada hubungan antara jumlah kejahatan dan jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi pada setiap polsek .
H
1
= Ada hubungan antara jumlah kejahatan dan jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi pada setiap polsek.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Tolak H
jika X
2 hitung
≥
X
2 tabel
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
Terima H jika
X
2 hitung
X
2 tabel
Langkah 7 :
Selanjutnya akan ditentukan koefisien kontingensi C dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
N C
hitung hitung
+ =
2 2
χ χ
Keterangan : C = Koefisien kontigensi
2 hitung
χ = Hasil perhitungan Chi-Kuadrat
N = Banyak data
Harga C dipakai untuk nilai derajat asosiasi antar faktor-faktornya adalah dengan membandingkan harga C dengan kefisien kontingensi maksimum dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
C
maks
= m
m 1 −
Dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.
Langkah 8 :
Dengan membandingkan C dengan C
maks
maka keeratan hubungan variabel I dan variabel II ditentukan oleh persentase. Hubungan kedua variabel ini disimbolkan
dengan Q dan mempunyai nilai antara -1 dan +1. Bilamana harga Q mendekati +1
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
maka hubungan tambah erat dan bila harga Q menjauhi +1 maka hubungan kedua variabel semakin kurang erat.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : 100
× =
maks
C C
Q
Dengan ketentuan-ketentuan Davis 1971 sebagai berikut : 1.Sangat erat jika Q
≥ 0,70
2. Erat jika Q antara 0,50 dan 0,69 3. Cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49
4. Kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29 5. Dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan0,09
6. Tidak ada jika Q = 0,00
.
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
BAB 3
SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET
3.1 Sejarah Kepolisian
Lahir, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak Proklamasi kemerdekaan Indonesia, Polri
telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam
pertempuran melawan penjajah dan berbagai operasi militer bersama-sama satuan angkatan bersenjata yang lain. Kondisi seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri
lahir sebagai satu-satunya satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap.
Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi
Republik Indonesia dipimpin oleh Inspektur Kelas I Letnan Satu Polisi Mochammad Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan
pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang
sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang.
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya juga terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan dalih ingin melucuti tentara
Jepang. Pada kenyataannya pasukan Sekutu tersebut justru ingin membantu Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu perang antara Sekutu dan pasukan
Indonesia pun terjadi dimana-mana. Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 November 1945, yang dikenal sebagai “ Pertempuran Surabaya “. Tanggal itu kemudian
dijadikan sebagai hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh bangsa Indonesia.
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari
itu karena semangat heroiknya mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Andil pasukan Polisi dalam mengobarkan
semangat perlawanan rakyat ketika itupun sangat besar dalam menciptakan keamanan dan ketertiban di dalam negeri. Polri juga sudah banyak disibukkan oleh berbagai
operasi militer, penumpasan pemberontakan dari DI dan TII, PRRI, PKI, RMS, RAM, dan G30 SPKI serta berbagai penumpasan GPK.
Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, Polri bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan
tetapi juga terlibat dalam masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional maupun Internasional, sebagaimana yang ditempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta
pasukan-pasukan polisi termasuk Indonesia untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya di Namibia Afrika Selatan dan di Kamboja Asia.
Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.
3.2 Visi dan Misi Kepolisian