Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008

(1)

Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KEJAHATAN DAN JUMLAH

PENDUDUK DENGAN JUMLAH PERSONIL POLISI PADA

SETIAP POLSEK DI KABUPATEN KARO TAHUN 2008

TUGAS AKHIR

MARTINA SUSELY BR SURBAKTI

062407065

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

PERSETUJUAN

Judul : HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KEJAHATAN DAN

JUMLAH PENDUDUK DENGAN JUMLAH PERSONIL POLISI PADA SETIAP POLSEK DI KABUPATEN KARO TAHUN 2008

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : MARTINA SUSELY BR SURBAKTI

Nomor Induk Mahasiswa : 062407065

Progam Studi : DIPLOMA-3 STATISTIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

( FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dilulusan di Medan, Mei 2009

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing

Ketua

Dr. Saib Suwilo, M.Sc Drs. Rachmad Sitepu, M.Si


(3)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KEJAHATAN DAN JUMLAH PENDUDUK DENGAN JUMLAH PERSONIL POLISI PADA SETIAP POLSEK DI

KABUPATEN KARO TAHUN 2008

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

MARTINA SUSELY BR S. 062407065


(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNyalah sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.

Tugas akhir ini berjudul “Hubungan Antara Jumlah Kejahatan dan Jumlah Penduduk dengan Jumlah Personil Polisi pada Setiap Polsek di Kabupaten Karo Tahun 2008”.

Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan, bimbingan dan nasehat-nasehat yang tidak ternilai kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini terutama kepada :

1. Bapak Dr. Edi Marlianto, M.Sc selaku Dekan Fakultas MIPA USU. 2. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Pembantu Dekan 1 FMIPA USU.

3. Bapak Dr. Saib Suwilo, M.Sc selaku Ketua Departemen Matematika FMIPA. 4. Bapak Drs. Swarno Ariswoyo, M.Si selaku Koordinator Program Studi

Statistika D-III FMIPA.

5. Bapak Drs. Rachmad Sitepu, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak memberi dukungan, bimbingan serta saran dalam penulisan Tugas Akhir ini.

6. Bapak Drs. Agus Pranoto selaku Kapolres Tanah Karo dan seluruh Staf Polres Tanah Karo.

7. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada Penulis.

8. Sahabat-sahabat di kampus dan kos Wisma Bayang yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada Penulis.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Karena itu dengan tangan terbuka Penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.


(5)

Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan kepada setiap orang yang membacanya.

Akhir kata, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Medan, Mei 2009 Penulis,

MARTINA SUSELY BR S. NIM 062407065


(6)

DAFTAR ISI

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Daftar Isi v

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Identifikasi Masalah 3

1.3Batasan Masalah 3

1.4Maksud dan Tujuan 3

1.5Metode Penelitian 4

1.6Tinjauan Pustaka 5

1.7Sistematika Penulisan 7

Bab 2 Tinjauan Teoritis 9

2.1 Statistika non Parametrik 9

2.2 Hipotesa 11

2.3 Analisa yang Digunakan 12

2.3.1 Analisa Univariat 12

2.3.2 Analisa Bivariat 13

2.3.3 Uji Chi-Kuadrat 13

Bab 3 Sejarah Tempat Riset 24

3.1 Sejarah kepolisian 24

3.2 Visi dan Misi Kepolisian 26

3.2.1 Visi 26

3.2.2 Misi 26

3.3 Makna Logo polri 28

3.4 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas 30

Bab 4 Analisa dan Pembahasan 38

4.1 Analisa Univariat 38

4.2 Analisa Bivariat 42

4.3 Evaluasi 56

Bab 5 Implementasi Sistem 57

5.1 Pengenalan Excel 57

5.2 Tipe Data Dalam Microsoft Excel 60

5.3 Fungsi Statistik 61

5.4 Mengedit Woorksheet dan Mengolah Workbook 62

5.4.1 Mengedit Worksheet 62


(7)

5.5 Pembentukan Grafik 64

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 66

6.1 Kesimpulan 66

6.2 Saran 67

Daftar Pustaka Lampiran


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Kontingensi 19

Tabel 2.2 Daftar Kontingensi dari Frekuensi yang Diharapkan 20

Tabel 4.1 Daftar Jumlah Personil Polisi di Setiap Kesatuan 39

Tabel 4.2 Daftar Jumlah Kejahatan 40

Tabel 4.3 Daftar Jumlah Penduduk 41

Tabel 4.4 Hubungan Jumlah Kejahatan dengan Jumlah Personil Polisi di

Setiap kesatuan 42

Tabel 4.5 Daftar Frekuensi yang Diharapkan 45

Tabel 4.6 Penentuan Harga Chi-Kuadrat 46

Tabel 4.7 Hubungan Jumlah Penduduk dengan Jumlah Personil Polisi 48

Tabel 4.8 Daftar frekuensi yang Diharapkan 52


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo Polri 29

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Polres Tanah Karo 37

Gambar 4.1 Diagram Batang Jumlah Personil Polisi 39

Gambar 4.2 Diagram Batang Jumlah Kejahatan 40

Gambar 4.3 Diagram Batang Jumlah Penduduk 41

Gambar 5.1 Tampilan Saat Membuka Microsoft Excel 58

Gambar 5.2 Tampilan Lembar Kerja Excel 59

Gambar 5.3 Tampilan Perhitungan pada Excel 62

Gambar 5.4 Tampilan Mengolah Workbook 63


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam kehidupan berkelompok dan bermasyarakat ada ketentuan-ketentuan hidup yang berkembang sejak zaman dulu kala sampai sekarang ini. Ketentuan-ketentuan atau norma-norma masyarakat itu diciptakan untuk mengatur tata tertib masyarakat, mengatur hubungan antara individu dengan individu, antara individu dengan masyarakat dan lain-lain, yang ada kaitannya dengan kehidupan manusia berkelompok tersebut. Diantara ketentuan-ketentuan tadi ada yang disebut norma hukum yang ditunjukkan kepada orang yang melakukan kejahatan atau pelanggar peraturan yang berlaku.

Menurut hukum, kejahatan adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang yang merugikan orang lain dan akan diberi sanksi pidana kepada siapa yang melanggarnya. Kejahatan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda . Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain.

Kejahatan yang dibuat setiap tahun tidak terhitung banyaknya dan jutaan penjahat telah dihukum. Korban kejahatan selain mengalami kerugian perekonomian juga mengalami kerugian kesusilaan dan kesusahan. Akibat dari kejahatan tersebut juga meresahkan masyarakat dalam bersosial.


(11)

Dalam pencegahan kejahatan yang terus meningkat di Indonesia, khususnya di Kabupaten Karo pada saat ini, maka dibutuhkan jumlah personil polisi yang banyak. Hal tersebut dimaksudkan untuk melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat karo. Mengingat bahwa tugas Polri adalah mampu menjadi pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supermasi hukum dan hak azasi manusia, pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera.

Hubungan antara personil polisi dengan masyarakat di kabupaten Karo sangatlah penting. Dimana, dalam kehidupan bermasyarakat selalu ada kejahatan karena terjadi pelanggaran hukum yang berlaku. Maka dari itu, dengan meningkatkan jumlah personil polisi diharapkan dapat mengatasi jumlah kejahatan yang meningkat di tengah-tengah masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara jumlah kejahatan, jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi di Kabupaten Karo.

Melihat dari masalah tersebut maka pada penulisan tugas akhir ini, Penulis akan mengangkat judul “HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KEJAHATAN DAN JUMLAH PENDUDUK DENGAN JUMLAH PERSONIL POLISI PADA


(12)

1.2Identifikasi Masalah

Sesuai dengan judul di atas maka yang menjadi identifikasi masalah adalah bagaimana hubungan antara jumlah kejahatan dan jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi setiap polsek di Kabupaten Karo tahun 2008.

Dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat dapat menimbulkan jumlah kejahatan yang meningkat juga sehingga dibutuhkan peningkatan jumlah personil polisi dalam menangani kejahatan tersebut. Dengan mengetahui peningkatan jumlah penduduk di masyarakat, maka ketersediaan jumlah personil polisi di masa yang akan datang dapat diperkirakan.

1.3Batasan Masalah

Agar sasaran yang dicapai penulis tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka penulis melakukan pembatasan terhadap permasalahan yang diatas. Yang menjadi permasalah adalah apakah benar bahwa ada hubungan antara jumlah kejahatan dan jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi pada setiap polsek di Kabupaten Karo tahun 2008.

1.4Maksud dan Tujuan

Berdasarkan pada permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka maksud dan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :


(13)

1. Untuk mengetahui gambaran tentang hubungan antara jumlah kejahatan dan jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi pada setiap polsek di Kabupaten Karo tahun 2008.

2. Dapat menuangkan ilmu dan mengaplikasikan teori-teori statistika yang diperoleh penulis selama kuliah untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang diteliti.

3. Sebagai pengetahuan bagi kita bahwa dengan peningkatan kejahatan sangat merugikan masyarakat luas.

1.5Metode Penelitian

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu : 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 20 november sampai dengan 26 november 2008 di Bagian Operasional Polres Tanah Karo Jl. Veteran No. 45 Kabanjahe Kab. Karo.

2. .Penelitian Kepustakaan

Yaitu suatu cara penelitian yang dipergunakan untuk memperoleh informasi dari perpustakaan. Yaitu dengan membaca buku, referensi, bahan-bahan yang bersifat teoritis yang mendukung serta relevan dengan penulisan tugas akhir. 3. Penelitian Lapangan

Yaitu suatu cara penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder dan informasi, dengan cara langsung ke lapangan dan melihat keadaan yang sesungguhnya. Data yang digunakan pada tugas akhir ini bersumber dari Bagian Operasional di polres tanah Karo.


(14)

1.6Tinjauan Pustaka

Dalam memproses data penelitian ini, Penulis menggunakan Test Statistika Non Parametrik. Test Statistika non Parametrik adalah test yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter-parameter yang merupakan induk sampel penelitiannya. Oleh karena itu observasi-observasi independent dan variabel yang diteliti pada dasarnya memiliki kontinuitas.

Uji metode non parametrik atau bebas sebaran adalah prosedur pengujian hipotesa yang tidak mengasumsikan pengetahuan apapun mengenai sebaran populasi yang mendasari kecuali kontinu.

Dalam penelitian ini digunakan Analisa Data Kuantitatif ( data yang berbentuk bilangan ) secara statistik, yaitu dengan menggunakan Chi-Kuadrat ( X2 ). Chi-kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik. Di dalam Chi-Kuadrat terdapat teknik analisa statistik untuk mengetahui signifikan perbedaan antara proyeksi subjek dengan objek penelitian yang datanya telah dikategorikan. Analisa kategori dapat dibagi ke dalam dua macam kategori atau lebih tergantung dari objek ataupun respon yang ingin diamati.

Chi-Kuadrat mempunyai fungsi statistik sebagai analisa data yang dikelompokkan menjadi tiga bagian :

1. Chi-Kuadrat sebagai alat estimasi (perkiraan), yaitu mengestimasi apakah frekuensi dalam sampel yang diobservasi berbeda secara signifikan terhadap frekuensi dan populasi.


(15)

2. Chi-Kuadrat sebagai alat uji sampel yang terpisah ( independent sample ). 3. Chi-Kuadrat sebagai alat pengetesan hipotesa penelitian untuk menguji sampel

yang berhubungan.

Rumus yang digunakan adalah :

∑∑

= =

= b

i k

j ij

ij ij

E E n X

1 1

2

2 ( )

Dengan :

X2 = Chi-kuadrat

nij = Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i dan

kolom ke-j

Eij = Banyak kasus yang diharapkan untuk dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom

ke-j

i = 1 , 2 j = 1, 2, 3, …

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : tolak H0 jika X 2 hitung X 2tabel

terima H0 jika X 2 hitung < X 2tabel

Dalam taraf nyata α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) untuk distribusi Chi-Kuadrat adalah ( b-1 )( k-1).

Setelah mendapatkan harga Chi-Kuadrat, kita menghitung harga koefisien kontigensi yang diberi simbol C. Kegunaanya adalah untuk mencari atau menghitung


(16)

keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala ordinal (kategori), paling tidak berjenis nominal. Rumus yang digunakan adalah :

N C hitung hitung + = 2 2 χ χ Keterangan :

C = Koefisien kontigensi 2

hitung

χ = Hasil perhitungan Chi-Kuadrat

N = Banyak data

Harga koefisien kontigensi maksimum dihitung dalam rumus sebagai berikut :

Cmaks = m m 1

Dengan m harga minimum antara b dan k atau antara baris dan kolom.

Dengan membandingkan C dengan Cmaks. Hubungan itu disimbolkan dengan Q

dan mempunyai nilai antara -1 dan 1. Bila harga Q mendekati 1 maka hubungan tambah erat dan bila Q mejauhi 1 maka hubungannya semakin kurang erat.

100 × = maks C C Q %

1.7Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan diuraikan untuk memberikan kerangka atau gambaran dari tugas akhir ini, yaitu sebagai berikut :


(17)

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada Bab ini berisi tentang latar belakang , identifikasi masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan, metode penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS

Pada Bab ini berisi tentang suatu tinjauan teori untuk diaplikasikan dalam pengolahan data yang didapat. Dalam hal ini menggunakan Chi-Kuadrat.

BAB 3 : SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

Pada Bab ini penulis memaparkan sejarah tempat riset yaitu Polres Tanah Karo.

BAB 4 : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis menganalisa data yang diperlukan dalam penyelesaian tugas akhir.

BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM

Pada Bab ini berisi tentang program yang dipakai untuk memproses penelitian.

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan yang diambil dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan penulis mencoba memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat untuk masa yang akan datang.


(18)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Statistik non Parametrik

Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran adalah test yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat yang mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Oleh karena itu observasi-observasi independen dan variabel yang diteliti pada dasarnya memiliki kontinuitas.

Dalam kegiatan penelitian, biasanya lebih banyak digunakan analisa statistik parametrik dari pada statistik non parametrik. Statistik parametrik digunakan jika kita telah mengetahui model matematis dan distribusi populasi suatu data yang akan dianalisis. Jika kita tidak mengetahui suatu model distribusi populasi dari suatu data dan jumlah data relatif kecil atau asumsi kenormalan tidak selalu dapat dijamin penuh, maka kita harus menggunakan statistik non parametrik (statistik bebas sebaran).

Statistik non parametrik mempunyai kelebihan atau keunggulan yaitu kebanyakan prosedur parametrik memerlukan asumsi dalam jumlah yang minimal maka kemungkinan untuk beberapa prosedur non parametrik perhitungan-perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, terutama bila terpaksa dilakukan dengan manual. Jadi penggunaan prosedur-prosedur ini menghemat waktu yang diperlukan


(19)

untuk perhitungan dan ini merupakan bahan pertimbangan bila hasil penyajian harus secara tersaji atau bila mesin hitung berkemampuan tinggi tidak tersedia. Dengan statistik non parametrik para peneliti dengan dasar matematik dan statisitk yang kurang biasanya konsep dan metode prosedur non parametrik mudah dipahami. Prosedur-prosedur non parametrik boleh diterapkan bila data telah diukur dengan menggunakan skala pengukuran.

Sedangkan kelemahan dari statistik non parametrik adalah perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan untuk kebanyakan prosedur non parametrik cepat dan sederhana, prosedur-prosedur ini kadang-kadang digunakan untuk kasus-kasus yang lebih tepat bila ditangani prosedur-prosedur non parametrik sehingga cara seperti ini sering menyebabkan pemborosan informasi. Meskipun prosedur non parametrik terkenal karena prinsip perhitungan yang sederhana, pekerjaan hitung-menghitung selalu membutuhkan banyak tenaga dan akan menimbulkan kejenuhan.

Dalam implementasi, penggunaan prosedur yang tepat merupakan tujuan dari peneliti. Beberapa parameter yang dapat digunakan sebagai dasar penggunaan statistik non parametrik :

1. Hipotesis yang diuji tidak melibatkan parameter populasi

2. Skala yang digunakan lebih lemah dari skala prosedur parametrik 3. Asumsi-asumsi parametrik tidak terpenuhi.

Banyak prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik, diantaranya :

1. Uji Chi-kuadrat 2. Uji Binomial


(20)

3. Uji Run

4. Uji Kolmogorov Smirnov Satu Sampel 5. Uji Dua Sampel Independen

6. Uji Beberapa Sampel Independen 7. Uji Dua Sampel yang Berkaitan 8. Uji Beberapa Sampel yang Berkaitan.

Dalam penelitian ini digunakan Analisa data kuantitatif (data yang berbentuk bilangan) secara statistik, yaitu dengan menggunakan Chi-kuadrat (X2). Chi-kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik. Di dalam Chi-kuadrat terdapat teknik analisa statistik untuk mengetahui signifikan perbedaan antara proyeksi subjek dan objek penelitian yang datanya telah dikategorikan. Analisa kategori dapat dibagi ke dalam dua macam kategori atau lebih tergantung dari objek ataupun respon yang ingin diamati.

2.2 Hipotesa

Hipotesa secara etimologis dibentuk dari dua kata yaitu, kata hypo yang berarti kurang dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hypotesis artinya suatu kesimpulan yang masih kurang, yang masih belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna , sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesa tersebut. Pembuktian ini hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.


(21)

Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki untuk menentukan hipotesa adalah : 1. Hipotesa harus muncul dan hubungannya dengan teori serta masalah yang

diteliti.

2. Setiap hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang diteliti. 3. Hipotesis harus dapat diuji atau terukur tersendiri untuk menetapkan hipotesis

yang besar kemungkinannya didukung oleh data empirik.

Perlu diingat, apapun syarat suatu hipotesis, yang jelas bahwa penampilan setiap hipotesis adalah bentuk statement, yaitu pernyataan tentang sifat atau keadaan hubungan dua atau lebih variabel yang akan diteliti.

Adapun jenis hipotesis yang mudah dimengerti adalah hipotesis nol (H0),

hipotesis alternatif (Ha), hipotesis kerja (Hk). Tetapi yang biasa adalah H0 yang

merupakan antara dua variabel x dan variabel y yang akan diteliti atau variabel independen (x) tidak mempengaruhi variabel dependen (y).

2.3 Analisa Yang Digunakan

2.3.1 Analisa Univariat

Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen dan variabel dependen.


(22)

2.3.2 Analisa Bivariat

Hipotesa yang diuji biasanya adalah kelompok itu berbeda dalam ciri khas tertentu, dengan demikian perbedaan itu berhubungan dengan frekuensi relatif masuknya anggota-anggota kelompok ke dalam beberapa kategori.

Untuk menguji hipotesa ini kita menghitung banyak kasus dari masing-masing kelompok yang termasuk dalam berbagai kategori dengan proporsi kasus dari kelompok yang lain. Dalam analisa ini digunakan hipotesa Chi-kuadrat.

2.3.3 Uji Chi-Kuadrat

Uji Chi-kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik yang sering digunakan dalam praktek. Teknik Chi-kuadrat (Chi-square; Chi dibaca : kai ; simbol dari huruf Yunani: X2) ditemukan oleh Helmet pada tahun 1875, tetapi baru pada tahun 1900, pertama kali diperkenalkan kembali oleh Karl Pearson.

Uji Chi-kuadrat digunakan untuk menguji kebebasan antara dua sampel (variabel) yang disusun dalam tabel baris kali kolom atau menguji keselarasan dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa ketergantungan dan homogenitas apakah data sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesis yang menyatakan bahwa populasi asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, uji ini dapat juga disebut uji keselarasan (goodness of fit test), karena untuk menguji apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu distribusi teoritis (seperti distribusi normal, unifirm, binomial dan lainnya).


(23)

Pada kedua prosedur tersebut selalu meliputi perbandingan frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapkan bila H0 yang ditetapkan benar, karena

dalam penelitian yang dilakukan data yang diperoleh tidak selamanya berupa data skala interval saja, melainkan juga data skala nominal, yaitu yang berupa perhitungan frekuensi pemunculan tertentu.

Perhitungan frekuensi pemunculan juga sering dikaitkan dengan perhitungan persentase, proporsi atau yang lain yang sejenis. Chi-kuadrat adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji probabilitas seperti itu, yang dilakukan dengan cara mempertentangkan antara frekuensi yang benar-benar terjadi, frekuensi yang diobservasi, observe frequencies (disingkat F0 atau O) dengan frekuensi yang

diharapkan, expected frequencies (disingkat Fh atau E).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Chi-kuadrat, yaitu :

1. Chi-kuadrat digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk frekuensi. 2. Chi-kuadrat tidak dapat digunakan untuk menentukan besar atau kecilnya

korelasi dari variabel-variabel yang dianalisa.

3. Chi-kuadrat pada dasarnya belum dapat menghasilkan kesimpulan yang memuaskan.

4. Chi-kuadrat cocok digunakan untuk data kategorik, data diskrit atau data nominal.

Cara memberikan interpretasi terhadap Chi-kuadrat adalah dengan menentukan df (degree of freedom) atau db (derajat bebas). Setelah itu berkonsultasi tabel harga kritik Chi-kuadrat. Selanjutnya membandingkan antara harga Chi-kuadrat


(24)

dari hasil perhitungan dengan harga kritik Chi-kuadrat, akhirnya mengambil kesimpulan dengan ketentuan :

1. Bila harga Chi-kuadrat (X2) sama atau lebih besar dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima.

2. Bila harga Chi-kuadrat (X2) lebih kecil dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol (H0) diterima dan hipotesa alternatif (Ha) ditolak.

Ada beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan mengambil manfaat dari Chi-kuadrat diantaranya adalah :

1. Uji Independen antara Dua Faktor

Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan ke dalam beberapa faktor, karakteristik atau atribut terdiri dari beberapa klasifikasi, kategori, golongan atau mungkin tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fenomena demikian akan diselidiki mengenai asosiasi atau hubungan atau kaitan antara faktor-faktor itu, bisa dikatakan bahan faktor-faktor itu bersifat independen atau bebas, tepatnya bebas statistik. Selain daripada itu akan diselidiki ada atau tidaknya pengaruh mengenai beberapa taraf atau tingkatan sesuatu faktor terhadap kejadian fenomena.

Secara umum untuk menguji independen antar dua faktor dapat dijelaskan sebagai berikut : misalkan diambil sebuah sampel acak berukuran n, dan tiap pengamatan tunggal diduga terjadi karena adanya dua macam faktor I dan II. Faktor I terbagi atas b taraf atau tingkatan dan faktor II terbagi atas k taraf. Banyak pengamatan yang terjadi karena taraf ke-i faktor ke I (i = 1,2,...,b) dan taraf ke-j


(25)

faktor ke II (j = 1,2,...,k) akan dinyatakan dengan nij. Hasilnya dapat dicatat dalam

sebuah daftar kontingensi b x k Pasangan hipotesis yang akan diuji berdasarkan data dengan memakai penyesuaian persyaratan data yang diuji sebagai berikut : Ho : Kedua faktor bebas statistik

H1 : Kedua faktor tidak bebas statistik

Tabel yang disajikan akan dianalisis untuk setiap sel yang diperlukan kemudian dibentuk tabel kontingensi. Dari tabel tersebut di atas agar dapat dicari hubungan antara faktor-faktor dengan menggunakan statistik uji Chi-kuadrat.

Pengujian eksak sukar digunakan, karena di sini hanya akan dijelaskan pengujian yang bersifat pendekatan. Untuk itu diperlukan frekuensi teoritik atau banyak gejala yang diharapkan terjadi, di sini akan dinyatakan dengan Eij.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

E

ij

= (n

io

x n

oj

) / n

Dengan:

Eij = Banyak data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi)

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j

n = total jumlah data

Dengan demikian misalnya didapat nilai dari teoritik masing-masing data : E11 = (n10 x n01)/n ; E12 = (n10 x n02)/n


(26)

dan seterusnya...

Jelas bahwa n = n10 + n20 + ... + nb0 = n01 + n02 + ... + n0k

Sehingga nilai statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah :

∑∑

= =

= b

i k

j ij

ij ij

E E n X

1 1

2

2 ( )

Dengan :

X2 = Chi-kuadrat

nij = Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i dan

kolom ke-j

Eij = Banyak kasus yang diharapkan untuk dikategorikan dalam baris ke-i dan

kolom ke-j

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Tolak H0 jika X 2 hitung X 2tabel

Terima H0 jika X 2 hitung < X 2tabel

Dalam taraf nyata α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) untuk distribusi Chi-Kuadrat adalah ( b-1 )( k-1), dalam hal yang lainnya kita terima hipotesis H0.

2. Koefisien Kontingensi

Kegunaan teknik koefisien kontingensi yang diberi simbol C, adalah untuk mencari atau menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala ordinal (kategori), paling tidak berjenis nominal.


(27)

Cara kerja atau perhitungan koefisien kontingensi sangatlah mudah jika nilai Chi-kuadrat sudah diketahui. Oleh karena itu biasanya para peneliti menghitung harga koefisien kontingensi setelah menemukan harga Chi-kuadrat.Test signifikansi yang digunakan tetap menggunakan tabel kritik Chi-kuadrat, dengan derajat kebebasan (db) sama dengan jumlah kolom dikurangi satu dikalikan dengan jumlah baris dikurangi satu (b-1)(k-1). Rumus untuk menghitung koefisien kontingensi adalah :

N C

hitung hitung

+

= 2

2

χ χ

Keterangan :

C = Koefisien kontigensi 2

hitung

χ = Hasil perhitungan Chi-Kuadrat

N = Banyak data

3. Metode Analisa

Dalam penelitian ini dilakukan metode analisis kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah I :

Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan penelitian di Polres Tanah Karo dari tanggal 20 November s/d 26 November 2008.

Langkah II:


(28)

Langkah III :

Dari data yang dianalisis maka dapat dibentuk daftar kontingensi frekuensi yang diamati seperti di bawah ini :

Tabel 2.1 Daftar Kontingensi

FAKTOR II (K TARAF)

JUMLAH

1 2 …. K

F A KT O R I (B T AR AF

) 1 n11 n12 …. n1k N10

2 n12 n22 …. n2k N20

B nB1 nB2 …. nBk nB0

Jumlah n01 n02 …. n0k N

Dimana : faktor I dan faktor II adalah faktor-faktor yang membentuk daftar kontingensi dengan b baris dan k kolom. nij adalah frekuensi yang diamati.

= = b i ij i E N 1 )

( ; i = 1,2,3,...,b

= = k j ij j E N 1 )

( ; j = 1,2,3,...,k

Langkah 4:

Tentukan frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati dengan rumus :

E

ij

= (n

io

x n

oj

) / n


(29)

Dengan :

Eij : frekuensi yang diharapkan

n : jumlah data yang diamati

Dari rumus di atas dapat disusun tabel kontingensi dari frekuensi yang diharapkan seperti pada tabel 2.2 di bawah ini :

Tabel 2.2 Daftar Kontingesi dari Frekuensi yang Diharapkan

FAKTOR II (K TARAF)

JUMLAH

1 2 …. K

F

A

KT

O

R

I

(B

T

AR

AF

) 1 E11 E12 …. E1k N10

2 E12 E22 …. E2k N20

B EB1 EB2 …. EBk nB0

Jumlah n01 n02 …. n0k N

Dengan terbentuknya daftar frekuensi yang diamati dan daftar frekuensi yang diharapkan maka dapat ditentukan maka dapat ditentukan harga X2.

Langkah 5 :

Untuk menghitung harga Chi-kuadrat, perlu perhatikan kriteria sebagai berikut : 1. Tidak boleh menggunakan data kurang dari 20.

2. Frekuensi teoritis (Eij) minimum harus 5 setiap kotak, sebab X2 hanya berlaku

apabila Eij ≥ 5, dengan kata lain apabila Eij < 5 maka terhadap data tidak dapat


(30)

lebih dari 2 x 2 sebelum menghitung X2 perlu diperhatikan dahulu Eij pada

setiap kotak dalam tabel. Jika syarat tidak dipenuhi maka beberapa kolom atau baris perlu digabung.

3. Setiap kotak tidak boleh mempunyai frekuensi kurang dari 1.

Setelah kritea-kriteria di atas dipenuhi maka harga X2 dapat dihitung dengan rumus :

∑∑

= = − = b i k j ij ij ij E E n X 1 1 2

2 ( )

Untuk menguji apakah harga X2 dianggap berarti pada suatu level of signifikan tertentu harus diketahui nilai kritis dari X2 dengan menggunakan daftar pencarian harga Chi-kuadrat yang dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan. Dengan membaca nilai ini Chi-kuadrat yang tepat harus terlebih dahulu dipilih confidence coefficient yang akan dipakai dan degree of freedom (db) yaitu (b-1)(k-1).

Langkah 6:

Hipotesa yang diajukan adalah :

H0 = Tidak ada hubungan antara jumlah kejahatan dan jumlah penduduk dengan

jumlah personil polisi pada setiap polsek .

H1 = Ada hubungan antara jumlah kejahatan dan jumlah penduduk dengan

jumlah personil polisi pada setiap polsek.

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Tolak H0 jika X 2 hitung X 2tabel


(31)

Terima H0 jika X 2 hitung < X 2tabel

Langkah 7 :

Selanjutnya akan ditentukan koefisien kontingensi (C) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

N C

hitung hitung

+

= 2

2

χ χ

Keterangan :

C = Koefisien kontigensi

χhitung2 = Hasil perhitungan Chi-Kuadrat N = Banyak data

Harga C dipakai untuk nilai derajat asosiasi antar faktor-faktornya adalah dengan membandingkan harga C dengan kefisien kontingensi maksimum dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Cmaks = m m 1

Dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.

Langkah 8 :

Dengan membandingkan C dengan Cmaks maka keeratan hubungan variabel I dan

variabel II ditentukan oleh persentase. Hubungan kedua variabel ini disimbolkan dengan Q dan mempunyai nilai antara -1 dan +1. Bilamana harga Q mendekati +1


(32)

maka hubungan tambah erat dan bila harga Q menjauhi +1 maka hubungan kedua variabel semakin kurang erat.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

100

× =

maks

C C

Q %

Dengan ketentuan-ketentuan Davis (1971) sebagai berikut : 1.Sangat erat jika Q ≥0,70

2. Erat jika Q antara 0,50 dan 0,69 3. Cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49 4. Kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29 5. Dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan0,09 6. Tidak ada jika Q = 0,00

.


(33)

BAB 3

SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

3.1 Sejarah Kepolisian

Lahir, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak Proklamasi kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai operasi militer bersama-sama satuan angkatan bersenjata yang lain. Kondisi seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir sebagai satu-satunya satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap.

Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi Republik Indonesia dipimpin oleh Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang.


(34)

Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya juga terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan dalih ingin melucuti tentara Jepang. Pada kenyataannya pasukan Sekutu tersebut justru ingin membantu Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu perang antara Sekutu dan pasukan Indonesia pun terjadi dimana-mana. Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 November 1945, yang dikenal sebagai “ Pertempuran Surabaya “. Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh bangsa Indonesia.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat heroiknya mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Andil pasukan Polisi dalam mengobarkan semangat perlawanan rakyat ketika itupun sangat besar dalam menciptakan keamanan dan ketertiban di dalam negeri. Polri juga sudah banyak disibukkan oleh berbagai operasi militer, penumpasan pemberontakan dari DI dan TII, PRRI, PKI, RMS, RAM, dan G30 S/PKI serta berbagai penumpasan GPK.

Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, Polri bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional maupun Internasional, sebagaimana yang ditempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan polisi termasuk Indonesia untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya di Namibia (Afrika Selatan) dan di Kamboja (Asia).


(35)

3.2 Visi dan Misi Kepolisian

3.2.1 Visi

Polri yang mampu menjadi Pelindung, Pengayom, dan Pelayan Masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama masyarakat serta sebagai penegak hukum yang professional dan proporsional yang selalu menjungjung tinggi supermasi hukum dan hak asasi manusia, pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera.

3.2.2 Misi

Berdasarkan uraian visi sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya uraian tentang jabaran misi Polri ke depan adalah sebagai berikut :

1. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat ( meliputi aspek security, surety, safety dan peace ) sehingga masyarakat bebas dari gangguan fisik dan psikis.

2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya preemtif dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat ( Law abiding Citizenship ).

3. Menegakkan hukum secara professional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia menuju kepada adanya kepastian hukum dan rasa keadilan.

4. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap memperhatikan norma-morma dan nilai-nilai yang berlaku dalam bingkai integritas wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(36)

5. Mengelola sumber daya manusia Polri secara professional dalam mencapai tujuan Polri yaitu terwujudnya keamanan dalan negeri sehingga dapat mendorong meningkatnya gairah kerja guna mencapai kesejahteraan masyarakat.

6. Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam (internal Polri) sebagai upaya menyamakan Visi dan Misi Polri ke depan.

7. Memelihara soliditas institusi Polri dari berbagai pengaruh eksternal yang sangat merugikan organisasi.

8. Melanjutkan operasi pemulihan keamanan di beberapa wilayah konflik guna menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Meningkatkan kesadaran hukun dan kesadaran berbangsa dari masyarkat yang berbhineka tunggal ika.

10.Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Polri pada kurun waktu tahun yang akan datang ditetapkan sasaran yang hendak dicapai.

11.Bidang Kamtibmas.

12.Tercapainya situasi Kamtibmas yang kondusif bagi penyelenggaran

pembangunan nasional.

13.Terciptanya suatu proses penegakan hukum yang konsisten dan berkeadilan, bebas KKN dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

14.Terwujudnya aparat penegak hukum yang memiliki integritas dan kemampuan professional yang tinggi serta mampu bertindak tegas, adil, dan berwibawa. 15.Kesadaran hukum dan kepatuhan hukum masyarakat yang meningkat yang

terwujud dalam bentuk partisipasi aktif dan dinamis masyarakat terhadap upaya Binkamtibmas yang semakin tinggi.


(37)

16.Kinerja Polri yang lebih profesional dan proporsional dengan menjungjung tinggi nilai-nilai demokrasi sehingga disegani dan mendapat dukungan kuat dari masyarakat untuk mewujudkan lingkungan kehidupan yang lebih aman dan tertib.

17.Bidang Keamanan dalam Negeri.

18.Tercapainya kerukunan antar umat beragama dalam kerangka interaksi sosial yang intensif serta tumbuhnya kesadaran berbangsa guna menjamin keutuhan bangsa yang berbhineka tunggal ika.

19.Tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

3.3 Makna Logo Polri

Lambang Polri bernama Rastra Sewakottama yang berarti Polri adalah abdi utama rakyat. Sebutan itu adalah Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1945. Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat dan untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus sebagai pelindung dan pengayom rakyat. Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo dengan rincian makna :


(38)

Gambar 3.1. Logo Polri

Makna dari gambar 3.1 di atas :

1. Perisai bermakna pelindung rakyat dan Negara.

2. Tiang dan nyala obor bernama penegasan tugas Polri, disamping memberi sesuluh atau

3. Penerangan juga bernama penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas yang mantap.

4. Pancaran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 agustus 1945, hari Proklamasi Kemerdekaan.

5. Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas de suatu padi merupakan butir ngan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan Kapolri pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Polisi Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.

6. 3 bintang di atas logo bernama Tri Brata adalah pedoman hidup Polri. 7. sedang warna hitam dan kuning adalah legendaries Polri.

8. Warna kuniing keemasan : perlambang kebesaran jiwa dan keagungan hati nurani segenap prajurit Polri.


(39)

9. Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang bernama harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun.

3.4. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas

Pelaksanaan proses organisasi yang sukses akan membuat suatu organisasi akan mencapai tujuan dalam waktu yang relatif singkat. Proses ini akan tercermin pada struktur organisasinya.

Struktur organisasi merupakan suatu bagan yang menunjukkan aspek-aspek pokok, hubungan antara bagian seluruh pengawasan dan masing-masing bertanggung jawab terhadap tugasnya. Karena itu penyusunan struktur organisasi dalam suatu kerja sama dan koordinasi yang baik dalam organisasi sangat penting untuk dapat menciptakan suatu kesatuan tindak usaha atau keharmonisan dari berbagai fungsi yang berbeda-beda untuk dapat menciptakan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Suatu struktur organisasi dapat dipandang sebagai skema yang menghubungkan fungsi-fungsi yang ada dalam badan usaha dan menunjukkan hubungan yang tetap diantara pegawai-pegawai yang melaksanakan fungsi-fungsi tersebut.

Adapun ringkasan tugas dari setiap bagian adalah sebagai berikut :

1. Unsur Pimpinan, terbagi menjadi : a. Kepala Polres, disingkat Kapolres


(40)

bertanggung jawab kepada Kapolda.

Kapolres bertugas memimpin, membina dan mengawasi / mengendalikan satuan-satuan organisasi dalam lingkungan Polres serta memberikan saran pertimbangan dan melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolda.

b. Wakil Kepala Polres, disingkat Wakapolres

Wakapolres adalah pimpinan Polres yang berada di bawah dan bertanggun jawab kepada Kapolres.

Wakapolres bertugas membantu Kapolres dalam melaksanakan tugasnya dengan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas staf seluruh satuan organisasi dalam jajaran Polres, dan dalam batas kewenagannya memimpin Polres dalam hal Kapolres berhalangan serta melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolres.

2. Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf a. Bagian Operasi, disingkat Bagops

Bagops adalah unsur pembantu pimpinan dan pelaksana staf Polres yang berada di bawah Kapolres.

Bagops bertugas menyelenggarakan administrasi dan pengawasan operasional, perencanaan dan pengendalian operasi kepolisian, pelayanan fasilitas dan perawatan tahanan dan pelayanan atas permintaan perlindungan saksi / korban kejahatan dan permintaan bantuan pengamanan proses peradialn dan pengamanan khusus lainnya. b. Bagian Pembinaan Kemitraan, disingkat Bagbinamitra


(41)

Polres yang berada di bawah Kapolres.

Bagbinamitra bertugas mengatur penyelenggaraan dan mengawasi / mengarahkan pelaksanaan penyuluhan masyarakat dan pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa oleh satuan-satuan fungsi yang berkompeten, membina hubungan kerja sama dengan organisasi / lembaga / tokoh sosial / kemasyarakatan dan instansi pemerintah, khususnya instansi Polsus / PPNS dan pemerintah daerah dalam kerangka otonomi daerah, dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat pada hukum dan peraturan perundang-undangan, pengembangan penanganan swakarsa dan pembinaan hubungan Polri-Masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas Polri.

c. Bagian Administrasi, disingkat Bagmin

Bagmin adalah unsur pembantu pimpinan dan pelaksana Polres yang berada di bawah Kapolres.

Bagmin bertugas menyelenggarakan penyusunan rencana / program kerja dan anggaran, pembinaan, dan administrasi personil, pelatihan serta pembinaan dan administrasi logistik.

3. Unsur Pelaksana Staf Khusus dan Pelayanan

Unsur Pelaksana Staf Khusus dan Pelayanan adalah pelaksana staf khusus Polres yang berada di bawah Kapolres, terbagi menjadi :

a. Urusan Telekkomunikasi dan Informatika, disingk at Urtelematika Urtelematika bertugas menyelenggarakan pelayanan telekomunikasi, pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi termasuk


(42)

informasi kriminal dan pelayanan multimedia.

b. Unit Pelayanan Pengaduan dan Penegakan Disiplin, disingkat Unit P3D

Unit P3D bertugas menyelenggarakan pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan tindakan anggota Polri dan pembinaan disiplin, tata tertib, termasuk pengaman internal, dalam rangka penegakan hukum dan pemuliaan profesi.

c. Tata Usaha dan Urusan Dalam, disingkat Taud

Taud bertugas melaksanakan ketatausahaan dan urusan dalam meliputi korespondensi ketatausahan perkantoran, kearsipan, dokumentasi, penyelenggaraan rapat, apel / upacara, kebersihan dan ketertiban serta urusan perbengkelan / pemeliharaan kendaraan roda dua maupun roda empat dan urusan persenjataan.

d. Urusan Kedokteran dan Kesehatan, disingkat Urdokkes

Urdokkes bertugas menyelenggarakan fungsi kedokteran Kepolisian dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas operasional Polri dan pelayanan kesehatan personil, baik dengan menggunakan sumber daya yang tersedia maupun melalui kerja sama dengan pihak lain.

4. Unsur Pelaksana Utama

Merupakan unsur pelaksana utama Polres yang berada di bawah Kapolres, terbagi menjadi :

a. Sentral Pelayanan Kepolisian, disingkat SPK

SPK bertugas memberikan pelayanan Kepolisian kepada warga masyarakat yang membutuhkan, dalam bentuk penerimaan dan


(43)

penanganan pertama laporan / pengaduan, pelayanan permintaan bantuan / pertolongan kepolisian, penjagaan markas termasuk penjaga tahanandan pengamanan barang bukti yang berada di Mapolres dan penyelesaian perkara ringan / perselisihan antar warga, sesuai ketentuan hukum dan peraturan / kebijakan dalam organisasi Polri. b. Satuan Itelelijen Keamanan, disingkat Satintelkam

Satintelkam bertugas menyelenggarakan / membina fungsi intelijen bidang keamanan, termasuk persandian dan pemberian pelayanan dalam bentuk surat izin / keterangan yang menyangkut orang asing, senjata dan bahan peledak, kegiatan sosial / politik masyarakat dan Surat Keterangan Rekaman Kejahatan ( SKRK ) kepada warga masyarakat yang membutuhkan serta melakukan pengawasan / pengamanan atas pelaksanaannya.

c. Satuan Reserse Kriminal, disingkat Satreskrim

Satreskrim bertugas menyelenggarakan / membina fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, dengan memberikan pelayanan / perlindungan khusus kepada korban / pelaku, remaja, anak dan wanita, serta menyelenggarakan fungsi identifikasi, baik untuk kepentingan penyidikan maupun pelayanan umum, dan menyelenggarakan koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan PPNS, sesuai ketentuan hukum dan perundang-undangan.

d. Satuan Samapta, disingkat Satsamapta

Satsamapta bertugas menyelenggarakan / membina fungsi kesamaptaan kepolisian / tigas polisi umum dan pengamanan obyek khusus, termasuk pengambilan tindakan pertama di tempat kejadian perkara


(44)

dan penanganan tindak pidana ringan, pengendalian massa dan pemberdayaan bentuk-bentuk penanganan swakarsa masyarakat dalam rangka pemeliharan keamanan dan ketertiban masyarakat.

e. Satuan Kepolisian Perairan, disingkat Satpolair

Satpolair atau Unit Polair bertugas menyelenggarakan fungsi kepolisian perairan, termasuk penanganan pertama tindak pidana yang ditemukan di wilayah perairan, pembinaan masyarakat pantai dan pencarian dan penyelamatan dan kecelakaan di laut (SAR)

f. Satuan Narkotika dan Obat Berbahaya lainnya, disingkat Satnarkoba Satnarkoba bertugas menyelenggarakan / membina fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan berbahaya, termasuk penyukuhan dan pembinaan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi korban / penyalahgunaan narkoba.

g. Detasemen / Satuan Penanganan Obyek khusus, yang dapat berupa detasemen penanganan obyek vital disingkat Denpamobvit atau Satuan Penanganan Pariwisata disingkat Sat-Pam Pariwisata

Denpamobvit bertugas menyelenggarakan kegiatan pengamanan obyek vital yang meliputi proyek / instalasi vital, VIP, kawasan industri , obyek lainnya yang memerlukan pengamanan khususnya.

h. Satuan Lalu Lintas, disingkat Satlantas

Satlantas bertugas menyelenggarakan / membina fungsi lalu lintas kepolisian, yang meliputi penjagaan, peraturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas , registrasi dan identifikasi pengemudi / kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas guna


(45)

memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

5. Mapolres Persiapan

Mapolres persiapan merupakan satuan organisasi kewilayahan Polda yang disiapkan sebagai pelaksana Polda yang berkedudukan di bawah Polda.

Mapolres persiapan bertugas menyelenggarakan perencanaan pembangunan Mapolres, dan persiapan pembentukan Polres difinitif, di samping secara bertahap sesuai kemampuan sumber daya yang tersedia menyelenggarakan tugas Polres.

6. Polsek

Polsek adalah pelaksana utama kewilayahan Polres yang berada di bawah Kapolres.

Polsek bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum dan pemberian perlindungan. Pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta tugas-tugas Polri lain dalam wilayah hukumnya sesuai ketentuan hukum dan peraturan / kebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri.

7. Juyar / Bendaharawan

Juru bayar / Bendaharawan, disingkat Juyar, adalah unsur pelayan staf pada organisasi yang ditetapkan dengan surat keputusan Kapolri tentang struktur / manejemen program dan anggaran sebagai Satuan Kerja ( Satker ).


(46)

Gambar 3.2 : Struktur Organisasi Polres Tanah karo

KAPOLRES WAKA

BAG OPS BAG BINAMITRA BAG MIN

UR TELEMATIK

A

UNIT P3D UR

DOKKES TAUD SPK SAT INTELKAM SAT RESKRIM SAT NARKOBA DEN PAM OBVIT SAT SAMAPTA SAT PAM SAT LANTAS SAT/UNI T POL POLSEK UNSUR PIMPINAN

UNSUR PEMBANTU PIMPINAN / PELAKSANA STAF

UNSUR PELAKSANA STAF KHUSUS DAN PELAYANAN


(47)

Martina Susely Br Surbakti : Hubungan Antara Jumlah Kejahatan Dan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Personil Polisi Pada Setiap Polsek Di Kabupaten Karo Tahun 2008, 2009.

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, penulis mengambil data di Polres Tanah Karo Bagian Oprasional yang dilaksanakan dari tanggal 20 november sampai dengan 26 november 2008.

4.1 Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen dan variabel independen.

Adapun daftar distribusi Jumlah dari personil polisi, kejahatan, dan penduduk adalah sebagai berikut :


(48)

Tabel 4.1 Daftar Jumlah Personil Polisi di Setiap Kesatuan

No. Kesatuan Jumlah Personil Polisi (f) Proporsi (%)

1 Kabanjahe 339 61.86131387

2 Berastagi 43 7.846715328

3 Munte 15 2.737226277

4 Tiga Panah 31 5.656934307

5 Tiga Binanga 16 2.919708029

6 Juhar 16 2.919708029

7 Mardinding 19 3.467153285

8 Payung 18 3.284671533

9 Barus Jahe 15 2.737226277

10 Simpang Empat 20 3.649635036

11 Kuta Buluh 16 2.919708029

Jumlah 548 100

0 100 200 300 400 500 600

Jum lah

1 3 5 7 9 11

Kesatuan

Kesatuan

Jumlah Personil Polisi (f)


(49)

Tabel 4.2 Daftar Jumlah Kejahatan di Setiap Kesatuan

No. Kesatuan Jumlah Kejahatan (f) Proporsi (%)

1 Kabanjahe 321 50.71090047

2 Berastagi 107 16.90363349

3 Munte 17 2.685624013

4 Tiga Panah 46 7.266982622

5 Tiga Binanga 32 5.055292259

6 Juhar 15 2.369668246

7 Mardinding 22 3.475513428

8 Payung 15 2.369668246

9 Barus Jahe 11 1.737756714

10 Simpang Empat 37 5.845181675

11 Kuta Buluh 10 1.579778831

Jumlah 633 100

0 100 200 300 400 500 600 700

1 3 5 7 9 11

Kesatuan

Ju

m

lah Kesatuan

Jumlah Kejahatan (f)


(50)

Tabel 4.3 Daftar jumlah Penduduk di Setiap Kesatuan

No. Kesatuan Jumlah penduduk (f) Proporsi (%)

1 Kabanjahe 60318 17.16661734

2 Berastagi 55734 15.86200223

3 Munte 20797 5.918865691

4 Tiga Panah 54652 15.55406298

5 Tiga Binanga 19138 5.44671114

6 Juhar 13859 3.944297716

7 Mardinding 34967 9.951674598

8 Payung 24798 7.057557888

9 Barus Jahe 23188 6.599348831

10 Simpang Empat 32064 9.125475285

11 Kuta Buluh 11853 3.373386307

Jumlah 351368 100

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000

Jum lah

1 3 5 7 9 11

Kesatuan

Kesatuan

Jumlah penduduk (f)


(51)

Tabel 4.4 Hubungan Jumlah Kejahatan dengan Jumlah Personil Polisi di setiap Kesatuan

No. Kesatuan Jumlah Kejahatan Jumlah Personil Jumlah

1 Kabanjahe 321 339 660

2 Berastagi 107 43 150

3 Munte 17 15 32

4 Tiga panah 46 31 77

5 Tiga Binanga 32 16 48

6 Juhar 15 16 31

7 Mardinding 22 19 41

8 Payung 15 18 33

9 Barus Jahe 11 15 26

10 Simpang Empat 37 20 57

11 Kuta Buluh 10 16 26

Jumlah 633 548 1181

4.2 Analisa Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jumlah kejahatan dengan jumlah personil polisi , makia kita dapat melakukan uji Chi-kuadrat (X2) yaitu dengan cara mengamati jumlah frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati yang dapat ditentukan dengan rumus :

Eij = (nio x noj) / n

Dengan:

Eij = Banyak data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi)

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j


(52)

Dapat dicari jumlah frekuensi yang diharapkan dari jumlah frekuensi yang diamati, yaitu:

E11 = ( 660 X 633 ) / 1181 = 353,7510

E12 = ( 660 X 548 ) / 1181 = 306, 2489

E21 = ( 150 X 633 ) / 1181 = 80,3979

E22 = ( 150 X 548 ) / 1181 = 69,6020

E31 = ( 32 X 633 ) / 1181 = 17,1516

E32 = ( 32 X 548 ) / 1181 = 14,8484

E41 = ( 77 X 633 ) / 1181 = 41,2709

E42 = ( 77 X 548 ) / 1181 = 35,7290

E51 = ( 48 X 633 ) / 1181 = 25,7273

E52 = ( 48 X 548 ) / 1181 = 22,2726

E61 = ( 31 X 633 ) / 1181 = 16,6156

E62 = ( 31 X 548 ) / 1181 = 14,3844

E71 = ( 41 X 633 ) / 1181 = 21,9754

E72 = ( 41 X 548 ) / 1181 = 19,0246

E81 = ( 33 X 633 ) / 1181 = 17,6876

E82 = ( 33 X 548 ) / 1181 = 15,3124

E91 = ( 26 X 633 ) / 1181 = 13,9356

E92 = ( 26 X 548 ) / 1181 = 12,0643

E101 = ( 57 X 633 ) / 1181 = 30,5512

E102 = ( 57 X 548 ) / 1181 = 26,4488


(53)

E112 = ( 26 X 548 ) / 1181 = 12,0644

Dari koefisien di atas dapat dibentuk daftar kontingensi dari frekuensi yang diharapkan yang dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini :

Tabel 4.5 Daftar Frekuensi yang Diharapkan

No. Kesatuan Jumlah Kejahatan Jumlah Personil Jumlah

1 Kabanjahe 353.7511 306.2489 660.0000

2 Berastagi 80.3980 69.6020 150.0000

3 Munte 17.1516 14.8484 32.0000

4 Tiga panah 41.2710 35.7290 77.0000

5 Tiga Binanga 25.7273 22.2727 48.0000

6 Juhar 16.6156 14.3844 31.0000

7 Mardinding 21.9754 19.0246 41.0000

8 Payung 16.6156 15.3124 31.9280

9 Barus Jahe 13.9356 12.0644 26.0000

10 Simpang Empat 30.5512 26.4488 57.0000

11 Kuta Buluh 13.9356 12.0644 26.0000

Jumlah 631.9280 548.0000 1179.9280

Dari jumlah yang diamati dan jumlah frekuensi yang diharapkan dapat ditentukan pada setiap item kejadian yang berlaku, diamati perbedaan antara nij dan Eij

ada tidaknya hubungan antara faktor I dan II dan jumlah beda = 0 dengan penggabungan tabel 4.4 dan tabel 4.5 dapat ditentukan harga X2 seperti tabel 4.6 di bawah ini :


(54)

Tabel 4.6 Penentuan Harga Chi-Kuadrat (X2)

nij Eij nij-Eij (nij-Eij)2 (nij-Eij)2/Eij

321 353.7511 -32.7511 1072.6318 3.0322

339 306.2489 32.7511 1072.6318 3.5025

107 80.3980 26.6020 707.6681 8.8021

43 69.6020 -26.6020 707.6681 10.1673

17 17.1516 -0.1516 0.0230 0.0013

15 14.8484 0.1516 0.0230 0.0015

46 41.2710 4.7290 22.3638 0.5419

31 35.7290 -4.7290 22.3638 0.6259

32 25.7273 6.2727 39.3461 1.5294

16 22.2727 -6.2727 39.3461 1.7666

15 16.6156 -1.6156 2.6101 0.1571

16 14.3844 1.6156 2.6101 0.1815

22 21.9754 0.0246 0.0006 0.0000

19 19.0246 -0.0246 0.0006 0.0000

15 16.6156 -1.6156 2.6101 0.1571

18 15.3124 2.6876 7.2229 0.4717

11 13.9356 -2.9356 8.6180 0.6184

15 12.0644 2.9356 8.6180 0.7143

37 30.5512 6.4488 41.5867 1.3612

20 26.4488 -6.4488 41.5867 1.5723

10 13.9356 -3.9356 15.4893 1.1115

16 12.0644 3.9356 15.4893 1.2839

Jumlah 1179.9280 1.0720 3830.5083 37.5998

Jadi dari tabel 4.6 penentuan harga Chi-Kuadrat diperoleh :

∑∑

= = − = b i k j ij ij ij E E n X 1 1 2

2 ( )

X2hitung = 37,5998 atau dibulatkan menjadi dua desimal : X2hitung = 37,60


(55)

Dengan hipotesa sebagai berikut :

H0 = Tidak ada hubungan antara jumlah kejahatan dengan jumlah personil polisi di

setiap kesatuan

H1 = Ada hubungan antara jumlah kejahatan dengan jumlah personil polisi di setiap

kesatuan

Harga X2 yang terdapat pada tabel dengan dk (derajat kebebasan) = (b-1)(k-1) = (2-1)(11-1) = 10 dan α = 0,05 diperoleh harga dari tabel X2(0.05)(10) = 18,3.

Ternyata X2hitung > X2tabel yakni 37,60 > 18,3

Jadi H0 ditolak maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara jumlah kejahatan

dengan jumlah personil polisi di setiap kesatuan.

Untuk mengetahui derajat hubungan antara jumlah kejahatan dan personil polisi maka ditentukan koefisien kontingensi C (derajat hubungan) sebagai berikut :

N C hitung hitung + = 2 2 χ χ 1181 60 , 37 60 , 37 + = C

C = 0,18

Untuk menentukan derajat asosiasi antara jumlah kejahatan terhadap jumlah personil polisi maka harga C tersebut dibandingkan dengan harga Cmaks yaitu :

Cmaks = m m 1

Cmaks =

2 1 2−


(56)

Dengan membandingkan harga C dengan harga Cmaks adalah sebagai berikut : 100 × = maks C C Q % 100 71 , 0 18 , 0 × = Q % 100 2535 , 0 x

Q= %

=

Q 25,35 %

Berdasarkan ketentuan Davis (1971) nilai Q berada di antara 0,10 dan 0,29 maka dapat diketahui bahwa derajat hubungan antara jumlah kejahtan dengan jumlah personil polisi kurang erat.

Tabel 4.7 Hubungan Jumlah Penduduk dengan Jumlah Personil Polisi

No. Kesatuan Jumlah Penduduk Jumlah Personil Polisi Jumlah

1 Kabanjahe 60318 339 60657

2 Berastagi 55734 43 55777

3 Munte 20797 15 20812

4 Tiga Panah 54652 31 54683

5 Tiga Binanga 19138 16 19154

6 Juhar 13859 16 13875

7 Mardinding 34967 19 34986

8 Payung 24798 18 24816

9 Barus Jahe 23188 15 23203

10 Simpang Empat 32064 20 32084

11 Kuta Buluh 11853 16 11869

Jumlah 351368 548 351916

Untuk mengetahui apakah ada hubungan jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi maka jumlah frekuensi yang diharapkan dari jumlah frekuensi yang diamati dapat ditentukan dengan rumus :


(57)

Eij = (nio x noj) / n

Dengan:

Eij = Banyak data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi)

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j

n = total jumlah data

Dapat dicari jumlah frekuensi yang diharapkan dari jumlah frekuensi yang diamati, yaitu :

E11 = ( 60657 x 351368 ) / 351916 = 60562,5455

E12 = ( 60657 x 548 ) / 351916 = 94,4545

E21 = ( 55777 x 351368 ) / 351916 = 55690,1446

E22 = ( 55777 x 548 ) / 351916 = 86,8554

E31 = ( 20812 x 351368 ) / 351916 = 2079,5917

E32 = ( 20812 x 548 )/ 351916 = 32,4083

E41 = ( 54683 x 351368 ) / 351916 = 54597,8482

E42 = ( 54683 x 548 ) / 351916 = 85,1518

E51 = ( 19154 x 351368 ) / 351916 = 19124,1736

E52 = ( 19154 x 548 ) / 351916 = 29,8264

E61 = ( 13875 x 351368 ) / 351916 = 13853,3939

E62 = ( 13875 x 548 ) / 351916 = 21,6060

E71 = ( 34986 x 351368 ) / 351916 = 34931,5202

E72 = ( 34986 x 548 ) / 351916 = 54,4798

E81 = ( 24816 x 351368 ) / 351916 = 24777,3568


(58)

E91 = ( 23203 x 351368 ) / 351916 = 23166,8685

E92 = ( 23203 x 548 ) / 351916 = 36,1315

E101 = ( 32084 x 351368 ) / 351916 = 32034,0391

E102 = ( 32084 x 548 ) / 351916 = 49,9609

E111 = ( 11869 x 351368 ) / 351916 = 11850,5177

E112 = ( 11869 x 548 ) / 351916 = 18,4823

Dari koefisien di atas dapat dibentuk daftar kontingensi dari frekuensi yang diharapkan yang dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini :

Tabel 4.8 Daftar Frekuensi Yang Diharapkan

No. Kesatuan Jumlah Penduduk Jumlah Personil Jumlah

1 Kabanjahe 60562.5455 94.4545 60657

2 Berastagi 55690.1446 86.8554 55777

3 Munte 20779.5918 32.4082 20812

4 Tiga Panah 54597.8482 85.1518 54683

5 Tiga Binanga 19124.1736 29.8264 19154

6 Juhar 13853.394 21.606 13875

7 Mardinding 34931.5202 54.4798 34986

8 Payung 24777.3568 38.6432 24816

9 Barus Jahe 23166.8685 36.1315 23203

10 Simpang Empat 32034.0391 49.9609 32084

11 Kuta Buluh 11850.5177 18.4823 11869


(59)

Tabel 4.9 Penentuan Harga Chi-kuadrat

nij Eij nij-Eij (nij-Eij)2 (nij-Eij)2/Eij

60318 60562.5455 -244.5455 59802.52078 0.987450581

339 94.4545 244.5455 59802.52078 633.1360141

55734 55690.1446 43.8554 1923.293879 0.034535624

43 86.8554 -43.8554 1923.293879 22.14363692

20797 20779.5918 17.4082 303.0466034 0.014583857

15 32.4082 -17.4082 303.0466034 9.35091389

54652 54597.8482 54.1518 2932.418413 0.053709414

31 85.1518 -54.1518 2932.418413 34.43753514

19138 19124.1736 13.8264 191.1696998 0.009996233

16 29.8264 -13.8264 191.1696998 6.40940964

13859 13853.3940 5.6060 31.42732852 0.002268565

16 21.6060 -5.6060 31.42732852 1.454564312

34967 34931.5202 35.4798 1258.819173 0.03603677

19 54.4798 -35.4798 1258.819173 23.1061459

24798 24777.3568 20.6432 426.1426012 0.017198873

18 38.6432 -20.6432 426.1426012 11.02761578

23188 23166.8685 21.1315 446.5392169 0.019274906

15 36.1315 -21.1315 446.5392169 12.35873217

32064 32034.0391 29.9609 897.6541523 0.028021885

20 49.9609 -29.9609 897.6541523 17.9671416

11853 11850.5177 2.4823 6.161741529 0.000519955

16 18.4823 -2.4823 6.161741529 0.33338634

Jumlah 351916.0000 0.0000 136438.3872 772.9286925

Jadi dari tabel 4.9 penentuan harga Chi-Kuadrat diperoleh :

∑∑

= = − = b i k j ij ij ij E E n X 1 1 2

2 ( )

X2hitung = 772,9286925 atau dibulatkan menjadi dua desimal : X2hitung = 772,93


(60)

Dengan hipotesa sebagai berikut :

H0 = Tidak ada hubungan antara jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi di

setiap kesatuan

H1 = Ada hubungan antara jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi di setiap

kesatuan

Harga X2 yang terdapat pada tabel dengan dk (derajat kebebasan) = (b-1)(k-1) = (2-1)(11-1) = 10 dan α = 0,05 diperoleh harga dari tabel X2(0.05)(10) = 18,3.

Ternyata X2hitung > X2tabel yakni 772,93 > 18,3

Jadi H0 ditolak maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara jumlah penduduk

dengan jumlah personil polisi di setiap kesatuan.

Untuk mengetahui derajat hubungan antara jumlah penduduk dan personil polisi maka ditentukan koefisien kontingensi C (derajat hubungan) sebagai berikut :

N C hitung hitung + = 2 2 χ χ 351916 93 , 772 93 , 772 + = C

C = 0,0468

Untuk menentukan derajat asosiasi antara jumlah penduduk terhadap jumlah personil polisi maka harga C tersebut dibandingkan dengan harga Cmaks yaitu :

Cmaks = m m 1

Cmaks =

2 1 2−


(61)

Dengan membandingkan harga C dengan harga Cmaks adalah sebagai berikut : 100 × = maks C C Q % 100 71 , 0 0468 , 0 × = Q % % 100 0662 . 0 X

Q = %

=

Q 6,62 %

Berdasarkan ketentuan Davis (1971) nilai Q berada di antara 0,01 dan 0,09 maka dapat diketahui bahwa derajat hubungan antara jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi dapat diabaikan.

4.3 Evaluasi

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan di Kantor Polisi Tanah Karo dengan data 548 personil polisi, 633 jumlah kejahatan dan 351368 jumlah penduduk maka dari hasil perhitungan Chi-kuadrat untuk jumlah kejahatan mempunyai hubungan yang kurang erat dengan jumlah personil polisi. Ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan bahwa

dengan dk = 10, = 0,05 mempunyai X2hitung > X2tabel yaitu sebesar 37,60 > 18,3.

Begitu juga dengan hasil perhitungan Chi-kuadrat untuk jumlah penduduk mempunyai hubungan dengan jumlah personil polisi. Ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan

bahwa dk = 10, = 0,05 X2hitung > X2tabel yaitu sebesar 772,93 > 18,3.

Dari hasil perhitungan nilai koefisien kontingensi yang menunjukkan keeratan atau besar hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, besar hubungan antara jumlah kejahatan dengan personil polisi dapat dilihat dengan membandingkan harga C = 0,18 dan Cmaks = 0,71 dan Q = 25,35 % dan besar hubungan jumlah


(62)

penduduk dengan jumlah personil polisi dapat dilihat dengan membandingkan harga C dan harga Cmaks yaitu C = 0,0468 dan Cmaks = 0,71 dan Q = 6,62 % sehingga dapat

disimpulkan bahwa hubungan antara jumlah penduduk dan jumlah personil polisi dapat diabaikan.


(63)

BAB 5

IMPLEMENTASI SISTEM

5.1Pengenalan Excel

Microsoft Excel adalah General Purpose Electronic Spread Sheet yang dapat digunakan untuk mengorganisir, menghitung, menyediakan maupun menganalisa data-data dan mempresentasikannya ke grafik atau diagram dan tabel. Aplikasi ini juga banyak digunakan untuk memproyeksikan data.

Microsoft ini juga merupakan pengembangan dari Microsoft Excel versi lainnya yang dikonsentrasikan agar program aplikasi spread sheet (lembar kerja) ini lebih mudah dipakai , lebih fleksibel, lebih mudah diintegrsasikan dengan program aplikasi Microsoft Office XP lainnya.

Cara mengaktifkan Microsoft Excel sama dengan program-program aplikasi umumnya yang ada di dalam Microsoft Office, yaitu :

1). Cara 1

• Klik tombol “start” yang ada pada taskbar

• Bawa pointer mouse ke program folder

• Klik icon Microsoft excel 2). Cara 2


(64)

• Pilih Run

• Ketik “Excel” kemudian Ok 3). Cara 3

• Klik kanan pada tombol “Start”

• Pilih dan klik open

• Klik ganda pada program file, Microsoft office, Office Excel.Exc (biasanya folder program file berada di directory c:/)


(65)

Gambar 5.2 Tampilan Lembar Kerja Excel

Keterangan dari lembar kerja di atas adalah :

1. Titlebar : Baris judul berisi nama aplikasi yang digunakan yakni MS. Excel.

2. MenuBar : Baris menu yakni perintah yang dapat diaktifkan dengan mengklik menu atau menekan tombol Alt di keyboard dengan salah satu huruf bergaris bawah pada menu.

3. ToolBar : Baris tool (alat) yakni icon-icon perintah MS.Excel.

4. FormulaBar : Daerah tempat penulisan atau tampilan rumus atau data yang ada pada lembar kerja.

5. NameBox : Daerah penunjuk range atau sel yang sedang aktif.

6. ScrollBar : Lajur penggulung layer baik secara tegak (vertical) maupun secara mendatar (horizontal).


(66)

Tampilan layar Microsoft Excel berupa bentuk standar dari menu bar, toolbars, formula bar, status bar dan sebuah buku kerja (workbook) baru. Workbook ini memuat satu atau lebih worksheet (kertas kerja).Jumlah worksheet dalam keadaan default ada 3 (tiga) dan worksheet yang aktif bernama “sheet 1”.

Setelah aktif di dalam Microsoft Excel, akan tampil lembar kerja baru yang tersusun atas sel-sel yang terbentuk dalam baris dan kolom. Satu lembar kerja (worksheet) dapat memuat 65536 baris dan 256 kolom yaitu dari kolom A-IV, sedangkan 1 (satu) sel dapat memuat sebanyak 32000 karakter.

Alamat sel adalah perpotongan dari baris dan kolom. Jadi sel B5 berarti sel yang berada pada kolom “B”, baris ke ”5” dari lembar kerja. Di samping sel dikenal juga istilah “range”, yaitu sekumpulan sel yang membentuk daerah yang ditandai dengan alamat sel kiri atas dan alamat sel kanan bawah.

Sel aktif memiliki border gelap di sekelilingnya, dan alamat sel aktif ditampilkan pada kotak di atas tepi kiri lembar kerja. Sewaktu mengetikkan teks atau rumus, karakter akan terlihat pada formula bar. Tanda + (plus) yang terlihat pada lembar kerja menandakan keberadaan mouse.

5.2Tipe Data Dalam Microsoft Excel

Tipe data dalam Microsoft ini terbagi dalam dua data yaitu :

1. konstanta yaitu data yang diketik langsung pada area kerja berupa teks, data tanggal, waktu, mata uang, persen, pecahan, notasi ilmiah dan lainnya.


(67)

2. Rumus yaitu gabungan dari tipe konstanta, alamat sel, nama sel atau range, fungsi operator yang menghasilkan nilai baru. Tipe rumus ditandai dengan diawali tanda = atau tanda +.

Berikut ini adalah beberapa operator yang sering digunakan :

+ Tambah = Sama dengan

- Kurang > Lebih besar

* Kali > = Lebih besar sama dengan

/ Bagi < Lebih kecil

^ Pangkat < = Lebih kecil sama dengan

% Persen <> tidak sama dengan

5.3Fungsi Statistik

Fungsi ini bertujuan untuk menganalisa kumpulan suatu data. Penganalisaan data tersebut ada beberapa bentuk antara lain :

1. SUM (range) fungsinya untuk mencari total sekumpulan data angka.

2. MAX (range) fungsinya untuk mencari nilai tertinggi dari sekumpulan data angka. 3. MIN (range) fungsinya untuk mencari nilai terendah dari sekumpulan data angka. 4. AVERAGE (range) fungsinya untuk mencari nilai rata-rata sekumpulan data angka. 5. COUNT (range) fungsinya untuk mencari banyak data dari sekumpulan data angka. 6. COUNTA 9range) fungsinya untuk mencari banyak data dari sekumpulan data atau


(68)

Gambar 5.3 Tampilan Pehitungan Pada Excel

5.4Mengedit Worksheet dan Mengolah Workbook

5.4.1 Mengedit Worksheet

1. Cut and Paste (move)

Berfungsi untuk memindahkan data ke daerah lain, caranya :

• Blok data yang akan dipindahkan dengan menggunakan mouse.

• Klik menu Edit kemudian pilih Cut

• Tempatkan penunjuk sel pada sel ke mana data dipindahkan

• Klik menu Edit, paste atau tekan Ctrl + V 2. Copy and Paste (copy)

Caranya adalah :

• Blok data yang akan dicopy dengan menggunaka mouse

• Klik menu Edit kemudian pilih Copy atau tekan Ctrl + C


(69)

• Klik menu Edit, Paste atau tekan Ctrl + V 3. Copy with Fill Handle

Berfungsi untuk mengcopy data konstanta atau rumus, caranya :

• Blok data yang akan dicopy dengan menggunakan mouse

• Arahkan mouse pada fill handle kemudian tariklah fill handle ke arah bawah, atas kiri atau ke kanan sesuai kebutuhan

• Lepaskan tombol mouse

5.4.2 Mengolah Workbook

1. Format

Klik menu format kemudian pilih sheet

Gambar 5.4 Tampilan Mengolah Workbook

Keterangan :

- Rename : mengganti nama sheet - Hide : sembunyikan sheet - Unhide : tampilkan kembali


(70)

- Background : memberi latar belakang sheet dengan gambar

2. Insert

Klik menu insert kemudian pilih worksheet, ini berfungsi untuk menyisipkan atau menambah worksheet

3. Edit

• Edit + delete sheet : yaitu menghapus sheet secara permanent

• Edit + move or copy sheet : memindahkan atau menduplikasikan sheet

4. Window

• Arrange : menyusun jendela-jendela yang terbuka

• Split : membagi layar menjadi 2 bagian

5.5Pembentukan Grafik

Insert + Chart atau klik icon Chart wizart 1. Menentukan tipe / jenis grafik

2. Menentukan arah penyajian data 3. Menentukan tampilan grafik

• Title : mengatur tampilan judu l

• Axis : mengatur tampilan sumbu

• Gridlines : mrngatur tampilan garis skala


(71)

• Data label : mengatur data tampila label

• Data table : mengatur tampilan data 4. Menetukan lokasi penempatan grafik

• As new sheet : diletakkan di sheet baru

• As object in : diletakkan di sheet aktif


(72)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan evaluasi, maka penulis mengambil keputusan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara jumlah kejahatan dan jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi pada setiap polsek di kabupaten Karo.

2. Besar hubungan antara jumlah kejahatan dengan jumlah personil polisi dapat dilihat dari nilai kontingensi yaitu dengan membandingkan harga C = 0,18 dan Cmaks = 0,71 sehingga diperoleh nilai Q = 25,35 % , yang menunjukkan

hubungan antara keduanya dapat dikatakan kurang erat ( sesuai ketentuan Davis, berada antara 0,10 dan 0,29 ).

3. Besar hubungan antara jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi dapat dilihat dari nilai kontingensi yaitu dengan membandingkan harga C dan harga Cmaks yaitu C = 0,0468 dan Cmaks = 0,71 dan Q = 6,62 % sehingga dapat

disimpulkan bahwa hubungan antara keduanya dapat diabaikan ( sesuai ketentuan Davis berada antara 0,01 dan 0,09 ).

4. Kesimpulan-kesimpulan di atas bukanlah merupakan kesimpulan mutlak, karena kesimpulan ini hanya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu jumlah kejahatan dan jumlah penduduk.


(73)

1. Apabila ada penelitian seperti penelitian ini sebaiknya digunakan beberapa metode untuk dapat dilihat dan dapat dibandingkan antara metode yang satu dengan metode yang lainnya.

2. Hendaknya pihak kepolisian memperhatikan jumlah personil polisi di setiap kesatuan dengan jumlah penduduk, sehingga jumlah kejahatan dapat diatasi.


(74)

Bambang, Soepeno. 2002. Statistik Terapan Dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Ediwarman. 1994. Selayang Pandang Tentang Kriminologi. Medan : USU Press. Sudjana. 1992. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.

Syahperenong, Edward. 1985. Hukum Kepolisian di Indonesia. Bandung : Tarsito. Syani, Abdul. 1995. Pengantar Metode Statistik Non Parametrik. Jakarta : Pustaka Jaya.


(75)

L

A

M

P

I

R

A

N


(76)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIOANAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Jln. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Padang Bulan, Medan – 20155

Telp. (061) 8211050, 8214290 Fax. (061) 82144290

Medan, 20 November 2008 Nomor : 4687 /H5.2.1.8/SPB/2008

Lampiran : 1 Exs

Hal : Pengambilan Data Riset Mahasiswa

Program Studi Diploma III Statistika Departemen Matematika FMIPA USU

Kepada Yth :

Kapolres Tanah Karo

di Kantor Polisi Resort Tanah Karo Jl. Veteran no.45 Kabanjahe

Kab. Karo

Dengan hormat,

Bersama ini kami memohon kesediaan saudara untuk menerima Mahasiswa Diploma III Statistika FMIPA USU untuk melakukan penelitian pengumpulan data, atas nama:

NAMA NIM PROGRAM STUDI

MARTINA SUSELY BR

SURBAKTI 062407065 D III STATISTIKA

Data yang dimaksud khusus dipergunakan untuk menyusun Tugas Akhir mahasiswa yang bersangkutan pada Program Diploma III Statistika FMIPA USU.

Demikianlah kami sampaikan atas bantuan dan kerjasama saudara dihanturkan terimakasih.

a.n Dekan

Pembantu Dekan I

Dr. Sutarman, M.Sc NIP. 1319455359

Tembusan:

1. Yth Ketua Program Studi D-III Statistika 2. Arsip


(77)

(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan evaluasi, maka penulis mengambil keputusan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara jumlah kejahatan dan jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi pada setiap polsek di kabupaten Karo.

2. Besar hubungan antara jumlah kejahatan dengan jumlah personil polisi dapat dilihat dari nilai kontingensi yaitu dengan membandingkan harga C = 0,18 dan

Cmaks = 0,71 sehingga diperoleh nilai Q = 25,35 % , yang menunjukkan

hubungan antara keduanya dapat dikatakan kurang erat ( sesuai ketentuan Davis, berada antara 0,10 dan 0,29 ).

3. Besar hubungan antara jumlah penduduk dengan jumlah personil polisi dapat dilihat dari nilai kontingensi yaitu dengan membandingkan harga C dan harga Cmaks yaitu C = 0,0468 dan Cmaks = 0,71 dan Q = 6,62 % sehingga dapat

disimpulkan bahwa hubungan antara keduanya dapat diabaikan ( sesuai ketentuan Davis berada antara 0,01 dan 0,09 ).

4. Kesimpulan-kesimpulan di atas bukanlah merupakan kesimpulan mutlak, karena kesimpulan ini hanya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu jumlah kejahatan dan jumlah penduduk.


(2)

1. Apabila ada penelitian seperti penelitian ini sebaiknya digunakan beberapa metode untuk dapat dilihat dan dapat dibandingkan antara metode yang satu dengan metode yang lainnya.

2. Hendaknya pihak kepolisian memperhatikan jumlah personil polisi di setiap kesatuan dengan jumlah penduduk, sehingga jumlah kejahatan dapat diatasi.


(3)

Bambang, Soepeno. 2002. Statistik Terapan Dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Ediwarman. 1994. Selayang Pandang Tentang Kriminologi. Medan : USU Press. Sudjana. 1992. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.

Syahperenong, Edward. 1985. Hukum Kepolisian di Indonesia. Bandung : Tarsito. Syani, Abdul. 1995. Pengantar Metode Statistik Non Parametrik. Jakarta : Pustaka Jaya.


(4)

L

A

M

P

I

R

A

N


(5)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIOANAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Jln. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Padang Bulan, Medan – 20155

Telp. (061) 8211050, 8214290 Fax. (061) 82144290

Medan, 20 November 2008 Nomor : 4687 /H5.2.1.8/SPB/2008

Lampiran : 1 Exs

Hal : Pengambilan Data Riset Mahasiswa Program Studi Diploma III Statistika Departemen Matematika FMIPA USU

Kepada Yth :

Kapolres Tanah Karo

di Kantor Polisi Resort Tanah Karo Jl. Veteran no.45 Kabanjahe

Kab. Karo

Dengan hormat,

Bersama ini kami memohon kesediaan saudara untuk menerima Mahasiswa Diploma III Statistika FMIPA USU untuk melakukan penelitian pengumpulan data, atas nama:

NAMA NIM PROGRAM STUDI

MARTINA SUSELY BR

SURBAKTI 062407065 D III STATISTIKA

Data yang dimaksud khusus dipergunakan untuk menyusun Tugas Akhir mahasiswa yang bersangkutan pada Program Diploma III Statistika FMIPA USU.

Demikianlah kami sampaikan atas bantuan dan kerjasama saudara dihanturkan terimakasih.

a.n Dekan

Pembantu Dekan I

Dr. Sutarman, M.Sc NIP. 1319455359

Tembusan:

1. Yth Ketua Program Studi D-III Statistika 2. Arsip


(6)