2.5.2 Lethal Consentration -50 LC
50
Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar. Suatu senyawa kimia dikatakan
bersifat racun akut jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu singkat, dalam hal ini 24 jam. Sedangkan jika senyawa tersebut baru
menimbulkan efek dalam jangka waktu yang panjang, disebut racun kronis karena kontak yang berulang – ulang walaupun dalam jumlah yang sedikit
Harmita, 2009 LC
50
Median Lethal Concentration yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50 dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik
dan perhitungan pada suatu waktu pengamatan tertentu, untuk beberapa penelitian LC
50
24 jam, LC
50
48 jam , LC
50
96 jam sampai waktu hidup hewan uji Dhahiyat dan Djuangsih, 1997
Selanjutnya pengujian efek toksik dihitung dengan analisa probit yaitu menghitung mortalitas dengan cara : akumulasi mati dibagi jumlah akumulasi
hidup dan mati total dikali 100. Grafik dibuat dengan log konsentrasi sebagai sumbu x terhadap mortalitas sebagai sumbu y. Nilai LC
50
merupakan konsentrasi dimana zat menyebabkan kematian 50 yang diperoleh dengan memakai
persamaan regresi linier y = a + bx. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik bilai nilai LC
50
1000 µgml untuk ekstrak dan 30 µgml untuk suatu senyawa. Tingkat toksisitas suatu ekstrak dapat diklasifikasikan berdasarkan LC
50,
yaitu kategori sangat tinggi highly toxic bila mampu membunuh 50 larva pada
konsentrasi 1-10 µ gml, sedang medium toxic pada konsentrasi 10 -100 µgml, dan rendah low toxic pada konsentrasi 100 – 1000 µgml Meyer, et al., 1982.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kanker adalah penyakit yang disebabkan terjadinya berkembangan sel – sel tubuh yang tidak normal, diluar kewajaran. Penyakit kanker merupakan
penyakit penyebab kematian terbesar kedua setelah kardiovaskular. Selain itu angka peningkatan penderita yang mengidap penyakit kanker berkembang sangat
pesat, yaitu mencapai angka 347.792 orang pada tahun 2013 dan terus bertambah setiap tahunnya Riset kesehatan Dasar, 2013. Belum adanya terapi dan
pengobatan yang dianggap tepat untuk mengatasinya memicu masyarakat pada umumnya dan peneliti pada khususnya untuk mengeksplorasi bahan – bahan alam
yang dianggap potensial sebagai alternatif agen antikanker. Benalu kopi Loranthus Ferrugineus Roxb. merupakan salah satu dari daftar tanaman yang
telah digunakan masyarakat sebagai tanaman obat yang berpotensi sebagai
antikanker Santoso,1993.
Benalu merupakan tanaman yang unik, satu sisi benalu merupakan parasit bagi inang tempat tumbuhnya tetapi benalu dapat dimanfaatkan sebagai tanaman
obat Soejono,1995. Berdasarkan pengalaman,benalu yang menempel pada tumbuhan tertentu telah digunakan dalam pengobatan tradisional. Benalu pada
umumnya digunakan sebagai obat campak, sedangkan benalu pada jeruk nipis dimanfaatkan sebagai ramuan obat untuk penyakit amandel. Benalu teh sendiri
digunakan sebagai obat kanker Purnomo, 2000. Kandungan kimia yang terdapat dalam benalu adalah flavonoid, tannin,
asam amino, karbohidrat, alkaloid, dan saponin Anonim,1996. Berdasarkan berbagai penelitian, senyawa dalam benalu yang diduga memiliki aktivitas
antikanker adalah flavonoid, yaitu kuersetin yang bersifat inhibitor terhadap enzim DNA topoisomerase sel kanker Anonim, 1996.
Penggunaan benalu tanaman sebagai antikanker yang menjanjikan masih membutuhkan eksplorasi lebih lanjut baik dari sisi budaya maupun formulasi,
benalu dalam bentuk sediaan tradisional jamu dapat digunakan sebagai obat
Universitas Sumatera Utara